The Fed Bisa Bantu AS Menangkan Perang Dagang Lawan China
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta dukungan dari Federal Reserve (the Fed) alias Bank Sentral AS untuk memenangkan perang dagang melawan China yang semakin memanas. Konflik perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia itu seperti diketahui telah meningkat sepanjang minggu, dimana kedua pihak menerapkan tarif tinggi bea impor untuk produk dari masing-masing negara.
Seperti dilansir BBC, Rabu (15/5/2019) dalam sebuah kicauannya di Twitter, Trump mengatakan China bakal bergerak untuk merangsang ekonominya guna mengatasi dampak buruk dari perang dagang. "Jika The Fed mengikuti potensi stimulus China tersebut, maka akan membuat pertandingan berakhir," ujar Trump lewat postingan Twitter-nya.
"China akan memompa uang ke dalam sistem mereka dan mungkin mengurangi suku bunga seperti biasa untuk mendongkrak bisnis serta meminimalisir dampak. Jika Federal Reserve ikut 'bermain', maka pertandingan berakhir dan kami menang! Bagaimanapun, China menginginkan kesepakatan !." jelas Trump.
Presiden AS secara historis kerap menghindari untuk berkomentar seputar kebijakan Fed di depan umum, lantaran takut dinilai mempolitisasi lembaga tersebut dan merusak kepercayaan dalam keputusannya. Akan tetapi Trump telah merusak kebiasaan dengan melayangkan serangan kepada The Fed dan ketuanya Jerome Powell pada sejumlah kesempatan selama setahun terakhir.
Hal itu tentunya memberikan tekanan kepada The Fed untuk mempertahankan tren suku bunga rendah. Seperti diketahui Bank Sentral AS telah "menormalisasi" kebijakan moneter setelah bertahun-tahun mempertahankan suku bunga pada tingkat yang sangat rendah setelah krisis keuangan 2008. Pada saat yang sama, China telah berusaha untuk mendukung ekonominya untuk membantu perekonomian yang melambat serta efek perang dagang.
Waktu yang Tepat Capai Kesepakatan
AS dan China sendiri telah berperang sejak tahun lalu, dengan memberlakukan tarif impor tinggi bernilai miliaran dolar untuk produk satu sama lain. Hanya belum lama ini, kedua negara bersepakat untuk mulai bernegosiasi akan tetapi minggu lalu pejabat AS mengatakan China telah melanggar janji yang disepakati.
Akibatnya Negeri Paman Sam -julukan AS- kembali menerapkan tarif tinggi terhadap produk asal China dengan nilai mencapai USD200 miliar. Hal berselang satu hari, China langsung membalas dengan kenaikan tarif terhadap beberapa produk-produk AS pekan ini.
Trump mengatakan di Twitter, bahwa AS akan membuat kesepakatan dengan China "ketika waktunya tepat". "Rasa hormat dan persahabatan saya dengan Presiden Xi tidak terbatas tetapi, seperti yang telah saya katakan berkali-kali sebelumnya. Ini harus menjadi hal yang besar bagi Amerika Serikat atau itu tidak masuk akal," kata Trump.
Dia menambahkan: "Itu semua akan terjadi, dan jauh lebih cepat daripada yang dipikirkan orang!"
Seperti dilansir BBC, Rabu (15/5/2019) dalam sebuah kicauannya di Twitter, Trump mengatakan China bakal bergerak untuk merangsang ekonominya guna mengatasi dampak buruk dari perang dagang. "Jika The Fed mengikuti potensi stimulus China tersebut, maka akan membuat pertandingan berakhir," ujar Trump lewat postingan Twitter-nya.
"China akan memompa uang ke dalam sistem mereka dan mungkin mengurangi suku bunga seperti biasa untuk mendongkrak bisnis serta meminimalisir dampak. Jika Federal Reserve ikut 'bermain', maka pertandingan berakhir dan kami menang! Bagaimanapun, China menginginkan kesepakatan !." jelas Trump.
Presiden AS secara historis kerap menghindari untuk berkomentar seputar kebijakan Fed di depan umum, lantaran takut dinilai mempolitisasi lembaga tersebut dan merusak kepercayaan dalam keputusannya. Akan tetapi Trump telah merusak kebiasaan dengan melayangkan serangan kepada The Fed dan ketuanya Jerome Powell pada sejumlah kesempatan selama setahun terakhir.
Hal itu tentunya memberikan tekanan kepada The Fed untuk mempertahankan tren suku bunga rendah. Seperti diketahui Bank Sentral AS telah "menormalisasi" kebijakan moneter setelah bertahun-tahun mempertahankan suku bunga pada tingkat yang sangat rendah setelah krisis keuangan 2008. Pada saat yang sama, China telah berusaha untuk mendukung ekonominya untuk membantu perekonomian yang melambat serta efek perang dagang.
Waktu yang Tepat Capai Kesepakatan
AS dan China sendiri telah berperang sejak tahun lalu, dengan memberlakukan tarif impor tinggi bernilai miliaran dolar untuk produk satu sama lain. Hanya belum lama ini, kedua negara bersepakat untuk mulai bernegosiasi akan tetapi minggu lalu pejabat AS mengatakan China telah melanggar janji yang disepakati.
Akibatnya Negeri Paman Sam -julukan AS- kembali menerapkan tarif tinggi terhadap produk asal China dengan nilai mencapai USD200 miliar. Hal berselang satu hari, China langsung membalas dengan kenaikan tarif terhadap beberapa produk-produk AS pekan ini.
Trump mengatakan di Twitter, bahwa AS akan membuat kesepakatan dengan China "ketika waktunya tepat". "Rasa hormat dan persahabatan saya dengan Presiden Xi tidak terbatas tetapi, seperti yang telah saya katakan berkali-kali sebelumnya. Ini harus menjadi hal yang besar bagi Amerika Serikat atau itu tidak masuk akal," kata Trump.
Dia menambahkan: "Itu semua akan terjadi, dan jauh lebih cepat daripada yang dipikirkan orang!"
(akr)