Fintech P2P Lending Mulai Garap Segmen Petani Unbankable
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan teknologi finansial (fintech) P2P Lending, Kredit Pintar, siap ekspansi menggarap pinjaman ke segmen petani. Pada tahap awal, Kredit Pintar akan menyasar petani di Wonodadi, Kutorejo, Mojokerto, Jawa Timur dan kemudian akan dikembangkan bertahap menyasar desa dan kota lain di Jawa Timur.
CEO Kredit Pintar Wisely Reinharda Wijaya mengatakan, pihaknya meluncurkan produk Petani Pintar untuk melayani kebutuhan petani. Terdapat dua produk yakni pinjaman Rp1 juta dan Rp2 juta. Adapun tenor yang ditawarkan selama 8 minggu. Sedangkan bunga yang dikenakan sebesar 6,6% per tahun.
"Fokus kami adalah ibu rumah tangga baik yang memiliki suami petani atau petani. Karena ibu rumah tangga yang mengendalikan keuangan. Untuk meminimalisasi risiko pinjaman menggunakan tanggung renteng dengan anggota kelompok 5 hingga 10 orang," jelas Wisely di Jakarta, Kamis (23/5/2019).
Dia mengatakan pinjaman tani ini adalah produk yang baru diluncurkan. Selama ini porsi bisnis Kredit Pintar fokus dalam pembiayaan konsumtif multiguna. Pembiayaan kepada para pelaku usaha termasuk petani diyakini akan berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia.
"Kami ingin lebih fokus ke sektor produktif yang memiliki dampak besar yaitu pelaku pertanian," ujarnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 jumlah pekerja di sektor pertanian masih tergolong besar, yaitu sebanyak 35,7 juta orang. Hal ini menggambarkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang besar dan membutuhkan solusi terpadu untuk keberlanjutannya.
Di era ekonomi yang semakin maju, teknologi finansial menjadi solusi pembiayaan terpadu yang mudah, cepat dan sederhana. Pihaknya berharap dengan adanya Petani Pintar dapat mempermudah petani dalam meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat terus memainkan perannya dalam mendukung roda ekonomi di Indonesia.
"Kami sebagai pemain teknologi finansial, mendukung program pemerintah dalam industri 4.0 melalui pada sektor pertanian melalui Petani Pintar agar petani di Indonesia dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya," kata Wisely.
Produk Petani Pintar memudahkan petani untuk memperoleh pembiayaan bibit dan pupuk hingga Rp2 juta hanya menggunakan KTP dan Kartu Keluarga. Dia mengakui menyasar segmen pertanian memiliki risiko yang lebih besar. Namun ini akan membuktikan fintech konsumtif juga bisa membidik sektor produktif. Bahkan setelah menggarap segmen pertanian, Kredit Pintar juga akan menyasar segmen lainnya seperti transportasi dan invoice financing.
"Saat ini kami mencoba mengembangkan model bisnis dan kesiapan SDM di lapangan. Kalau ini sukses bisa dikembangkan lagi ke daerah lainnya. Risikonya cukup besar karena ini adalah masyarakat yang unbankable atau tidak tersentuh perbankan. Bahkan KUR Tani pemerintah juga tidak bisa menyentuh mereka," ujarnya.
Wisely menargetkan pada tahap awal, portofolio pinjaman bisa bergeser. Dia menargetkan besar porsi pinjaman produktif mencapai 10% dalam jangka panjang.Hingga saat ini, Kredit Pintar terus mendorong pemerataan tingkat kesejahteraan masyarakat dengan melayani lebih dari 3 juta nasabah masyarakat Indonesia dengan menyalurkan pinjaman lebih dari Rp4 triliun.
"Ke depan kami akan mengkaji produk pembiayaan petani dengan skala yang lebih luas dan nilai yang lebih besar dalam memberikan solusi terpadu terhadap masa depan pertanian di Indonesia," tuturnya.
CEO Kredit Pintar Wisely Reinharda Wijaya mengatakan, pihaknya meluncurkan produk Petani Pintar untuk melayani kebutuhan petani. Terdapat dua produk yakni pinjaman Rp1 juta dan Rp2 juta. Adapun tenor yang ditawarkan selama 8 minggu. Sedangkan bunga yang dikenakan sebesar 6,6% per tahun.
"Fokus kami adalah ibu rumah tangga baik yang memiliki suami petani atau petani. Karena ibu rumah tangga yang mengendalikan keuangan. Untuk meminimalisasi risiko pinjaman menggunakan tanggung renteng dengan anggota kelompok 5 hingga 10 orang," jelas Wisely di Jakarta, Kamis (23/5/2019).
Dia mengatakan pinjaman tani ini adalah produk yang baru diluncurkan. Selama ini porsi bisnis Kredit Pintar fokus dalam pembiayaan konsumtif multiguna. Pembiayaan kepada para pelaku usaha termasuk petani diyakini akan berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia.
"Kami ingin lebih fokus ke sektor produktif yang memiliki dampak besar yaitu pelaku pertanian," ujarnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 jumlah pekerja di sektor pertanian masih tergolong besar, yaitu sebanyak 35,7 juta orang. Hal ini menggambarkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang besar dan membutuhkan solusi terpadu untuk keberlanjutannya.
Di era ekonomi yang semakin maju, teknologi finansial menjadi solusi pembiayaan terpadu yang mudah, cepat dan sederhana. Pihaknya berharap dengan adanya Petani Pintar dapat mempermudah petani dalam meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat terus memainkan perannya dalam mendukung roda ekonomi di Indonesia.
"Kami sebagai pemain teknologi finansial, mendukung program pemerintah dalam industri 4.0 melalui pada sektor pertanian melalui Petani Pintar agar petani di Indonesia dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya," kata Wisely.
Produk Petani Pintar memudahkan petani untuk memperoleh pembiayaan bibit dan pupuk hingga Rp2 juta hanya menggunakan KTP dan Kartu Keluarga. Dia mengakui menyasar segmen pertanian memiliki risiko yang lebih besar. Namun ini akan membuktikan fintech konsumtif juga bisa membidik sektor produktif. Bahkan setelah menggarap segmen pertanian, Kredit Pintar juga akan menyasar segmen lainnya seperti transportasi dan invoice financing.
"Saat ini kami mencoba mengembangkan model bisnis dan kesiapan SDM di lapangan. Kalau ini sukses bisa dikembangkan lagi ke daerah lainnya. Risikonya cukup besar karena ini adalah masyarakat yang unbankable atau tidak tersentuh perbankan. Bahkan KUR Tani pemerintah juga tidak bisa menyentuh mereka," ujarnya.
Wisely menargetkan pada tahap awal, portofolio pinjaman bisa bergeser. Dia menargetkan besar porsi pinjaman produktif mencapai 10% dalam jangka panjang.Hingga saat ini, Kredit Pintar terus mendorong pemerataan tingkat kesejahteraan masyarakat dengan melayani lebih dari 3 juta nasabah masyarakat Indonesia dengan menyalurkan pinjaman lebih dari Rp4 triliun.
"Ke depan kami akan mengkaji produk pembiayaan petani dengan skala yang lebih luas dan nilai yang lebih besar dalam memberikan solusi terpadu terhadap masa depan pertanian di Indonesia," tuturnya.
(fjo)