Perang Dagang AS-China Untungkan Industri Sarung Tangan RI

Selasa, 28 Mei 2019 - 00:03 WIB
Perang Dagang AS-China Untungkan Industri Sarung Tangan RI
Perang Dagang AS-China Untungkan Industri Sarung Tangan RI
A A A
JAKARTA - Perang Dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dinilai memberikan berkah bagi industri di Tanah Air, khususnya pada industri sarung tangan karet, menyusul hambatan masuk berupa kenaikan tarif impor yang diberlakukan AS kepada produk China dari 10% menjadi 25%.

Hal ini membuat industri sarung tangan karet berpotensi menggeser pasar sarung tangan Vinyl dan Nitrile produksi China yang saat ini menguasai 44% impor sarung ke AS.

​Menurut Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia Tbk Ridwan Goh, perang dagang dengan tarif impor yang tinggi ke AS atas produk China akan menggeser peta pasar sarung tangan AS.
“Pemasok utama sarung tangan akan bergeser dari China ke Malaysia sebagai produsen sarung tangan karet terbesar di dunia. Secara tidak langsung hal ini akan menjadi sinyal positif bagi kinerja Perseroan,” kata Ridwan dalam pers rilis di Jakarta, Senin (27/5/2019).

Ridwan menyatakan, perseroan sebagai pemasok utama cetakan sarung tangan karet dunia memperoleh dampak turunan dari potensi peningkatan pasar sarung tangan karet. Saat ini Perseroan memasok global terbesar pasar sarung tangan adalah Malaysia dengan 63%, diikuti Thailand dengan 18%, China 10% dan kontribusi langsung Indonesia hanya 3%.

Dengan kenaikan bea masuk, harga sarung tangan dari Chiba menjadi tidak kompetitif dan sesuai hasil riset dari sebuah sekuritas di Malaysia rentang harga antara sarung tangan vinyl dan karet akan menyempit dari posisi saat ini dengan rentang diskon harga antara 75% hingga 130%.

"Yang lebih penting, Perseroan diuntungkan dari perang dagang ini karena sebagai pemasok 35% pasar cetakan sarung tangan karet dunia, dengan pasar utama Malaysia, Perseroan akan menerima permintaan yang lebih besar,” jelas Ridwan,

Dia menambahkan perseroan saat ini masih memiliki ruang ekspansi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pasar sarung tangan karet hingga tahun 2019 diwarnai banyak hal positif selain perang dagang, yaitu pergeseran perhatian masyarakat dunia dalam penggunaan sarung tangan kesehaatan.

Sarung tangan karet yang lebih aman bagi kesehatan perlahan tapi pasti menggeser produk sarung tangan lainnya, salah satunya dengan ditutupnya pabrik sarung tangan PVC di Tiongkok pada tahun 2017. Perseroan sendiri saai ini beroperasi pada tingkat produksi 610.000 cetakan per bulan.

Kemampuan produksi Perseroan dibuktikan dengan pencapaian kuartal I/2019 mencaiai peningkatan penjualan sebesar 12,22% menjadi Rp88,06 miiiar dibanding periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp78,47 miliar. Kemudian untuk posisi laba komprehensif tercatat meningkat 26,48%menjadi Rp23,00 miliar per 31 Maret 2019 dibandingkan Rp18,19 miliar per 31 Maret 2018. Sebesar 90,76% pendapatan perseroan pada kuartal pertama tahun 2019 berasal dari pasar ekspor, dan sisanya sebesar 9,24% untuk pasar domestik.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7159 seconds (0.1#10.140)