Permintaan Sarung Tangan Melonjak, Mark Dynamics Bidik Penjualan Rp1 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) emiten cetakan sarung tangan kesehatan berbasis porselen sepanjang tahun ini membidik penjualan sebesar Rp1,061 triliun dengan laba bersih diproyeksi sebesar Rp300,6 miliar.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pemakaian sarung tangan, perlengkapan wajib para dokter dan perawat di garda depan penanganan Covid-19, serta penerapan protokol kesehatan di masa pandemi ini masih menjadi faktor penting permintaan produksi sarung tangan. Hal ini akan menjadi gaya hidup baru yang tidak akan terlepas dari kehidupan sehari-hari.
Presiden Direktur MARK Ridwan Goh mengatakan di 2020, perseroan telah meningkatkan kapasitas produksi hingga mampu mencetak 800.000 pcs/bulan. Tidak membutuhkan waktu yang lama, utilisasi kapasitas baru tersebut mencapai titik maksimum hanya dalam 2 bulan. Ini disebabkan oleh kurangnya pasokan cetakan sarung tangan di pasar global disaat permintaan sedang berada di puncak tertingginya.
Alhasil, perseroan telah mengalokasikan capex lebih kurang Rp150 miliar untuk pembangunan pabrik baru yang ditotalkan akan mampu mencetak 1,4 juta pcs/bulan dimulai dari kuartal II/2021.
Menurutnya, pesanan MARK yang sudah dikantongi sekitar 98% dari total permintaan terdaftar di tahun 2021. Beberapa dari pelanggan tersebut merupakan pelanggan setia yang merupakan pemain utama produsen sarung tangan di panggung internasional, yakni Hartalega, Top Gloves, Kossan, Sri Tang, Intco, Zhong Hong Pu Lin, dan BlueSail.
Bahkan beberapa pelanggan baru ingin melakukan spot in dengan membeli produk MARK lebih mahal 50% dari harga normal. Dengan adanya penawaran bagus ini, Ridwan Goh memperkirakan kemungkinan akan ada kenaikan harga jual rata-rata di 2021.
“Melihat kondisi pasar yang cukup imbalance, average selling price (ASP) diperkirakan akan naik sekitar 15%. Ini tentunya katalis positif bagi kami untuk memacu kinerja di tahun recovery ini,” kata Ridwan dalam rilisnya di Jakarta, Senin (4/1/2021).
Kondisi ini berdampak positif bagi MARK yang sudah mengantongi kontrak senilai USD66,8 juta untuk pengapalan pada 2021. Dia juga yakin akan berhasil mencapai target yang telah ditetapkan untuk menyambut tahun baru ini. Tidak tanggung-tanggung, target penjualan akan naik sebesar dua kali lipat dari penjualan di 2020.
“Untuk penjualan 2020 mungkin akan dicapai sekitar Rp548 miliar, namun masih menunggu proses audit. Sedangkan di 2021, dengan adanya kenaikan ASP dan penambahan kapasitas hampir dua kali lipat, target penjualan konsolidasi akan mencapai angka Rp1,061 triliun dengan laba bersih sekitar Rp300,6 miliar,” jelas Ridwan Goh.
Menurutnya, target tersebut sangat realistis setelah mempertimbangkan kondisi pasar saat ini. Bahkan di 2022 nanti, penjualan konsolidasi perseroan diproyeksi akan naik 40% dari 2021 yaitu menjadi Rp1,474 triliun dan bottom line sekitar Rp433,3 miliar.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pemakaian sarung tangan, perlengkapan wajib para dokter dan perawat di garda depan penanganan Covid-19, serta penerapan protokol kesehatan di masa pandemi ini masih menjadi faktor penting permintaan produksi sarung tangan. Hal ini akan menjadi gaya hidup baru yang tidak akan terlepas dari kehidupan sehari-hari.
Presiden Direktur MARK Ridwan Goh mengatakan di 2020, perseroan telah meningkatkan kapasitas produksi hingga mampu mencetak 800.000 pcs/bulan. Tidak membutuhkan waktu yang lama, utilisasi kapasitas baru tersebut mencapai titik maksimum hanya dalam 2 bulan. Ini disebabkan oleh kurangnya pasokan cetakan sarung tangan di pasar global disaat permintaan sedang berada di puncak tertingginya.
Alhasil, perseroan telah mengalokasikan capex lebih kurang Rp150 miliar untuk pembangunan pabrik baru yang ditotalkan akan mampu mencetak 1,4 juta pcs/bulan dimulai dari kuartal II/2021.
Menurutnya, pesanan MARK yang sudah dikantongi sekitar 98% dari total permintaan terdaftar di tahun 2021. Beberapa dari pelanggan tersebut merupakan pelanggan setia yang merupakan pemain utama produsen sarung tangan di panggung internasional, yakni Hartalega, Top Gloves, Kossan, Sri Tang, Intco, Zhong Hong Pu Lin, dan BlueSail.
Bahkan beberapa pelanggan baru ingin melakukan spot in dengan membeli produk MARK lebih mahal 50% dari harga normal. Dengan adanya penawaran bagus ini, Ridwan Goh memperkirakan kemungkinan akan ada kenaikan harga jual rata-rata di 2021.
“Melihat kondisi pasar yang cukup imbalance, average selling price (ASP) diperkirakan akan naik sekitar 15%. Ini tentunya katalis positif bagi kami untuk memacu kinerja di tahun recovery ini,” kata Ridwan dalam rilisnya di Jakarta, Senin (4/1/2021).
Kondisi ini berdampak positif bagi MARK yang sudah mengantongi kontrak senilai USD66,8 juta untuk pengapalan pada 2021. Dia juga yakin akan berhasil mencapai target yang telah ditetapkan untuk menyambut tahun baru ini. Tidak tanggung-tanggung, target penjualan akan naik sebesar dua kali lipat dari penjualan di 2020.
“Untuk penjualan 2020 mungkin akan dicapai sekitar Rp548 miliar, namun masih menunggu proses audit. Sedangkan di 2021, dengan adanya kenaikan ASP dan penambahan kapasitas hampir dua kali lipat, target penjualan konsolidasi akan mencapai angka Rp1,061 triliun dengan laba bersih sekitar Rp300,6 miliar,” jelas Ridwan Goh.
Menurutnya, target tersebut sangat realistis setelah mempertimbangkan kondisi pasar saat ini. Bahkan di 2022 nanti, penjualan konsolidasi perseroan diproyeksi akan naik 40% dari 2021 yaitu menjadi Rp1,474 triliun dan bottom line sekitar Rp433,3 miliar.