Pelabuhan Tanjung Priok Siap Jadi Hub Terbesar di Asia Tenggara
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC, Elvyn G. Masassya mengatakan, Pelabuhan Tanjung Priok siap menjadi pelabuhan hub terbesar di Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan Tanjung Priok sudah membuka layanan langsung ke Amerika dan Eropa.
“IPC telah membuka layanan pelayaran langsung (direct call services) ke Amerika, Eropa, Australia dan Intra Asia. IPC terus mengembangkan layanan direct call dari Tanjung Priok, dan yang terbaru adalah melalui penguatan kerja sama dengan Pelabuhan Ningbo, Cina, akhir April lalu," ujar Evelyn di Jakarta.
Dengan layanan direct call, ekspor atau impor tak perlu lagi mampir ke Singapura. “Tanpa transhipment di Singapura, biaya jasa kepelabuhanan dan jasa tambang (freight cost) terpangkas hingga 40%,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Elvyn memaparkan capaian IPC selama kuartal I 2019. Dia menjelaskan, pada kuartal I laba bersih tercatat Rp.757,9 miliar. Angka ini naik 50,8% dibandingkan kuartal I 2018 yang sebesar Rp.500 miliar. Pendapatan usaha juga naik 5,53%, dari Rp.2,6 triliun menjadi Rp.2,74 triliun.
Meski demikian, lanjut Elvyn, EBITDA turun 0,9% dari Rp.1,09 triliun menjadi Rp.1,08 triliun. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga mengalami sedikit kenaikan, dari 65,58% menjadi 67,48%.
Sedangkan arus (throughput) petikemas kuartal I 2019 tercatat 1,83 juta TEUs. Angka ini sama dengan kuartal I 2018. Untuk arus non peti kemas, IPC mencatat kenaikan sebesar 5,53% dari 13,36 juta Ton menjadi 14,10 juta Ton.
“IPC telah membuka layanan pelayaran langsung (direct call services) ke Amerika, Eropa, Australia dan Intra Asia. IPC terus mengembangkan layanan direct call dari Tanjung Priok, dan yang terbaru adalah melalui penguatan kerja sama dengan Pelabuhan Ningbo, Cina, akhir April lalu," ujar Evelyn di Jakarta.
Dengan layanan direct call, ekspor atau impor tak perlu lagi mampir ke Singapura. “Tanpa transhipment di Singapura, biaya jasa kepelabuhanan dan jasa tambang (freight cost) terpangkas hingga 40%,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Elvyn memaparkan capaian IPC selama kuartal I 2019. Dia menjelaskan, pada kuartal I laba bersih tercatat Rp.757,9 miliar. Angka ini naik 50,8% dibandingkan kuartal I 2018 yang sebesar Rp.500 miliar. Pendapatan usaha juga naik 5,53%, dari Rp.2,6 triliun menjadi Rp.2,74 triliun.
Meski demikian, lanjut Elvyn, EBITDA turun 0,9% dari Rp.1,09 triliun menjadi Rp.1,08 triliun. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga mengalami sedikit kenaikan, dari 65,58% menjadi 67,48%.
Sedangkan arus (throughput) petikemas kuartal I 2019 tercatat 1,83 juta TEUs. Angka ini sama dengan kuartal I 2018. Untuk arus non peti kemas, IPC mencatat kenaikan sebesar 5,53% dari 13,36 juta Ton menjadi 14,10 juta Ton.
(akr)