Perusahaan Fintech Mulai Cari Pendanaan di Pasar Modal
A
A
A
JAKARTA - Calon emiten yang bergerak di bidang finansial teknologi (technology financial/fintech) PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDI) berencana melakukan pencatatan saham perdana (Initial Public Offering) dengan mengincar dana hingga Rp200,11 miliar.
Hendra David selaku Direktur Utama Hensel Davest Indonesia mengatakan perseroan berencana melepas 381,17 juta saham biasa atau setara 25% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan.
“Untuk penawaran harga pada IPO ini kami tawarkan pada kisaran harga Rp396 hingga Rp525 perlembar sahamnya,” kata Hendra di Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Dengan demikian perusahaan yang bergerak dibidang pengembangan aplikasi perdagangan melalui internet (e-commerce) serta pendistribusian produk digital ini berharap bisa memperoleh dana segar dikisaran Rp150,94 miliar hingga Rp200,11 miliar.
“Dengan demikian HDI akan menjadi bisnis fintech pertama yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia nantinya,” tambahnya.
Perseroan didirikan sejak 2013 sebagai perusahaan yang memproses transaksi multi-biller. Dimulai dari pulsa elektrik kemudian mengembangkan usaha ke prepaid listrik dan biller lainya seperti BPJS dan PDAM. Berfokus di sektor B2B hingga di tahun 2015 meluncurkan aplikasi DavestPay untuk menyasar segmen B2C. Saat ini, Perseroan memiliki lebih dari 150 ribu jaringan agen yang tersebar di seluruh Indonesia dan memproses lebih dari 600 ribu transaksi dari ratusan produk per harinya.
Perusahaan yang berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan ini, merupakan perusahaan distribusi produk digital, perdagangan online atau e-commerce dan teknologi dengan fokus menyasar market di wilayah Indonesia bagian Timur.
Menurut Hendra seluruh dana hasil dari Penawaran Umum Perdana Saham ini setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham akan dialokasikan sekitar 65% untuk peningkatan modal kerja davestpay untuk akuisisi marchant berupa UMKM (warung) dan Individu, pembelian persediaan barang dagang, uang muka persedian barang dagang dan pembiayaan piutang usaha kepada pelanggan.
“Sekitar 10% akan digunakan untuk meningkatkan teknologi komunikasi informasi, serta pengembangan SDM perusahaan, dan 25% sisanya akan digunakan untuk pembelian bangunan untuk oprasional perusahaan,” tambahnya.
Hendra David selaku Direktur Utama Hensel Davest Indonesia mengatakan perseroan berencana melepas 381,17 juta saham biasa atau setara 25% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan.
“Untuk penawaran harga pada IPO ini kami tawarkan pada kisaran harga Rp396 hingga Rp525 perlembar sahamnya,” kata Hendra di Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Dengan demikian perusahaan yang bergerak dibidang pengembangan aplikasi perdagangan melalui internet (e-commerce) serta pendistribusian produk digital ini berharap bisa memperoleh dana segar dikisaran Rp150,94 miliar hingga Rp200,11 miliar.
“Dengan demikian HDI akan menjadi bisnis fintech pertama yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia nantinya,” tambahnya.
Perseroan didirikan sejak 2013 sebagai perusahaan yang memproses transaksi multi-biller. Dimulai dari pulsa elektrik kemudian mengembangkan usaha ke prepaid listrik dan biller lainya seperti BPJS dan PDAM. Berfokus di sektor B2B hingga di tahun 2015 meluncurkan aplikasi DavestPay untuk menyasar segmen B2C. Saat ini, Perseroan memiliki lebih dari 150 ribu jaringan agen yang tersebar di seluruh Indonesia dan memproses lebih dari 600 ribu transaksi dari ratusan produk per harinya.
Perusahaan yang berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan ini, merupakan perusahaan distribusi produk digital, perdagangan online atau e-commerce dan teknologi dengan fokus menyasar market di wilayah Indonesia bagian Timur.
Menurut Hendra seluruh dana hasil dari Penawaran Umum Perdana Saham ini setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham akan dialokasikan sekitar 65% untuk peningkatan modal kerja davestpay untuk akuisisi marchant berupa UMKM (warung) dan Individu, pembelian persediaan barang dagang, uang muka persedian barang dagang dan pembiayaan piutang usaha kepada pelanggan.
“Sekitar 10% akan digunakan untuk meningkatkan teknologi komunikasi informasi, serta pengembangan SDM perusahaan, dan 25% sisanya akan digunakan untuk pembelian bangunan untuk oprasional perusahaan,” tambahnya.
(her)