The Fed Dovish, LPS Prediksi Laju Suku Bunga BI7DRR Menurun
A
A
A
JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) periode Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6% dan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah dalam rangka menambah ketersediaan likuiditas perbankan dalam pembiayaan ekonomi. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai laju kenaikan BI7DRR sudah memuncak dan akan menurun.
"Laju kenaikan BI7DRR sudah mencapai peak dan potensial untuk menurun seiring perubahan arah The Fed yang lebih dovish dan upaya memberikan ruang kebijakan akomodatif menghadapi risiko perlambatan ekonomi," ujar Direktur Group Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan LPS Doddy Ariefianto di Jakarta, Senin (24/6/2019).
Menurut Doddy, ruang rencana pelonggaran perlu memperhatikan risiko volatilitas di pasar keuangan dan risiko efek perang dagang yang potensial mempengaruhi kinerja neraca transaksi berjalan.
"Seiring dengan dipertahankannya BI7DRR, arah suku bunga antar bank (JIBOR) diperkirakan bergerak dalam range terbatas merespon kondisi likuiditas yang relatif stabil," tukasnya.
Posisi operasi pasar terbuka (OPT) konvensional BI pada posisi akhir Mei 2019 turun ke level Rp200,96 triliun dibandingkan periode akhir April 2019 yang mencapai Rp290,87 triliun. Penurunan OPT dikontribusikan dari penurunan pada pos reverse repo sebesar Rp22,28 triliun, penempatan deposit facility yang turun Rp6,9 triliun, pos SBI turun Rp4,4 triliun, dan Sertifikat Deposito Bank Indonesia turun sebesar Rp0,35 triliun.
"Penempatan di instrumen OPT diproyeksikan akan kembali pulih secara bertahap sejalan dengan kembalinya dana tunai ke sistem perbankan. Relatif stabilnya tingkat bunga kebijakan akan berdampak positif terhadap bunga simpanan dan diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan volume OPT," tutur Doddy.
Sejauh ini, BI terus berupaya memastikan ketersediaan likuiditas melalui penguatan kebijakan pengelolaan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran yang lebih akomodatif.
"Laju kenaikan BI7DRR sudah mencapai peak dan potensial untuk menurun seiring perubahan arah The Fed yang lebih dovish dan upaya memberikan ruang kebijakan akomodatif menghadapi risiko perlambatan ekonomi," ujar Direktur Group Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan LPS Doddy Ariefianto di Jakarta, Senin (24/6/2019).
Menurut Doddy, ruang rencana pelonggaran perlu memperhatikan risiko volatilitas di pasar keuangan dan risiko efek perang dagang yang potensial mempengaruhi kinerja neraca transaksi berjalan.
"Seiring dengan dipertahankannya BI7DRR, arah suku bunga antar bank (JIBOR) diperkirakan bergerak dalam range terbatas merespon kondisi likuiditas yang relatif stabil," tukasnya.
Posisi operasi pasar terbuka (OPT) konvensional BI pada posisi akhir Mei 2019 turun ke level Rp200,96 triliun dibandingkan periode akhir April 2019 yang mencapai Rp290,87 triliun. Penurunan OPT dikontribusikan dari penurunan pada pos reverse repo sebesar Rp22,28 triliun, penempatan deposit facility yang turun Rp6,9 triliun, pos SBI turun Rp4,4 triliun, dan Sertifikat Deposito Bank Indonesia turun sebesar Rp0,35 triliun.
"Penempatan di instrumen OPT diproyeksikan akan kembali pulih secara bertahap sejalan dengan kembalinya dana tunai ke sistem perbankan. Relatif stabilnya tingkat bunga kebijakan akan berdampak positif terhadap bunga simpanan dan diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan volume OPT," tutur Doddy.
Sejauh ini, BI terus berupaya memastikan ketersediaan likuiditas melalui penguatan kebijakan pengelolaan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran yang lebih akomodatif.
(ind)