Menperin Airlangga Terima Gelar Doktor Honoris Causa di Korsel

Kamis, 27 Juni 2019 - 11:46 WIB
Menperin Airlangga Terima...
Menperin Airlangga Terima Gelar Doktor Honoris Causa di Korsel
A A A
KOREA SELATAN - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menerima penghargaan Doktor Honoris Causa bidang Development Policy (kebijakan publik) dari KDI School of Public Policy, Korea Selatan. Sekolah tersebut berafiliasi dengan lembaga riset The Korea Development Institute (KDI).

Saat ini, KDI yang berbasis di Kota Sejong, Korea Selatan tersebut berada di 20 besar peringkat bagi lembaga riset terbaik dunia serta tercatat sebagai lembaga riset terbaik di kategori “Top International Development Policy Think Tanks”.

“Merupakan kehormatan bagi saya untuk menerima gelar doctoral dari KDI School, karena sekolah ini merupakan institusi pendidikan dan riset yang diakui dunia dan telah berperan penting dalam pembangunan di Korea Selatan,” kata Airlangga usai menerima penghargaan di Korea Selatan, Rabu (26/6/2019) waktu setempat.

Sebagai menteri yang juga pernah menjabat anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Airlangga dinilai memiliki pengalaman mumpuni berkecimpung di bidang pelayanan publik. Sejak terpilih menjadi legislator pada 15 tahun lalu, putra dari alm. Hartarto Sastrosoenarto (Menteri Perindustrian era Presiden Soeharto) ini turut aktif berkontribusi dalam menyusun berbagai kebijakan publik di Tanah Air.

Kebijakan yang ikut disusun Airlangga saat duduk di kursi legislatif, dianggap sebagai reformasi yang paling progresif di Indonesia, beberapa di antaranya Undang-undang Pertambangan dan Mineral, serta membantu merevisi Undang-undang Perindustrian dan Undang-undang Perdagangan.

“Ayah saya mengajari arti dan tujuan menjadi pelayan masyarakat. Hasratnya adalah melayani publik dan kecintaannya terhadap Tanah Air selalu memberikan inspirasi bagi saya, dan saya juga merasa diberkahi karena dapat melayani negara yang saya cintai. Ini semakin memberi tujuan dalam hidup,” terangnya.

Berbekal pengalaman dan keahlian yang mumpuni di bidangnya, pada tahun 2016, Airlangga didaulat untuk menahkodai Kementerian Perindustrian oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Peran baru tersebut dijadikan momentum olehnya untuk berkontribusi lebih besar pada Tanah Air, khususnya pada sektor perindustrian dan pembangunan lebih lanjut.

Salah satu terobosan yang sudah dilakukan antara lain, menjadi inisiator sekaligus motor dalam pengembangan revolusi industri 4.0 di Indonesia. “Saya ingin berterima kasih kepada Bapak Presiden Joko Widodo. Beliau adalah pemimpin yang telah mengerjakan banyak hal positif bagi negara kami,” ujarnya.

Secara pribadi, menurutnya, Presiden Jokowi adalah mentornya yang membuat dirinya mampu mendedikasikan untuk tujuan pembangunan Indonesia. “Beliau juga memberikan dukungan penuh untuk peluncuran peta jalan Making Indonesia 4.0 pada April 2018 lalu, yang menjadi salah satu kerangka pembangunan masa depan Indonesia,” ungkapnya.

Airlangga pun menuturkan, revolusi industri 4.0 yang membawa industri pada digitalisasi, diyakini menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang. Dengan meningkatnya populasi anak muda, termasuk generasi milenial dan generasi Z, ekonomi Indonesia memperoleh bonus demografi yang akan mendorong ekonomi semakin maju, termasuk di bidang ekonomi digital. Aspirasi besar dari Making Indonesia 4.0 sendiri menjadikan Indonesia masuk ke dalam 10 perekonomian utama di dunia pada tahun 2030.

“Yang sudah nampak unggul saat ini adalah empat unicorns asal Indonesia. Dua di antaranya, GoJek dan Tokopedia telah menjadi decacorns. Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan startup dan yang berhubungan dengan teknologi telah menyumbang USD10 Miliar, dan pada 2025 ditargetkan berkontribusi USD150 Miliar terhadap perekonomian nasional,” tegasnya.

Dean of KDI School of Public Policy You Jong Il menyampaikan, ada tiga kunci pencapaian yang menjadikan Menperin layak dianugerahi gelar Honorary PhD. Pertama, pada September 2018, ketika mendampingi kunjungan Presiden RI, Airlangga berpartisipasi dalam Kerja Sama Industri Korea Selatan-Indonesia. “Sebagai kelanjutannya, 15 MoU ditandatangani oleh perusahaan publik maupun privat di berbagai sektor, termasuk manufaktur, migas, engineering, lingkungan, hydropower, dan lainnya,” ujar You.

Poin kedua, menurutnya, adanya jalinan kerja sama yang penting antara Kemenperin dengan NRC, yang dapat mendukung inovasi industri dan menyiapkan menuju revolusi industri 4.0. Melalui MoU kedua belah pihak ini, kedua negara berkolaborasi di lima sektor strategis, yaitu industri tekstil dan pakaian, makanan dan minuman, elektronika, otmotif, dan kimia.

“Selain itu, berpartisipasi dalam banyak Korea Indonesia Business Forum, untuk meningkatkan investasi Korea di Indonesia, di sektor infrastruktur, energi, dan manufaktur, sehingga Korea menjadi investor terbesar kelima di Indonesia dalam lima tahun terakhir, yang menciptakan satu juta lapangan kerja di Indonesia,” paparnya.

Poin ketiga adalah menciptakan peluang kerja sama perdagangan bagi wirausaha Korea di sektor industri makanan, fesyen, dan kosmetik, yang menunjukkan peningkatan popularitas hallyu wave di Indonesia.

Hubungan Indonesia – Korsel
Pada kesempatan itu, Airlangga mengungkapkan, saat ini Indonesia juga sudah mulai bertranformasi dari ekonomi berbasis komoditas menjadi manufaktur bernilai tambah tinggi seperti Korea Selatan. “Kami belajar dari Korea Selatan sebagai negara yang sukses mentransformasi dirinya menjadi negara industrial sekaligus pusat jasa. Samsung, Hyundai, maupun LG sekarang bertransformasi menjadi merek global yang diakui,” terangnya.

Airlangga menyebut, pada triwulan I tahun 2019, sektor manufaktur Indonesia berkontribusi 22,7% terhadap total investasi, atau senilai USD134,9 miliar. Kemudian, di sektor lain, inisiatif pembangunan klaster industri baru di Sulawesi Tengah menjadi sangat sukses, ini merupakan buah dari upaya Kemenperin mendorong lebih banyak industri hilir untuk meningkatkan nilai dari mineral dasar seperti nickel ore.

Di sektor otomotif, Indonesia merupakan pemain penting. Dengan kedatangan teknologi baru seperti kendaraan listrik atau hybrid, kesempatan di masa depan terbuka lebar. Dengan kebijakan yang sesuai, wilayah kami memiliki potensi menjadi manufacturing hub bagi global supply chain. Untuk mengambil keuntungan ini, Indonesia mengambil beberapa langkah yang sejauh ini berhasil.

“Investasi Korea di Indonesia penting untuk mendukung kinerja Indonesia. Saya harap hubungan produktif ini dapat berlangsung hingga tahun-tahun mendatang,” imbuhnya.

Airlangga mengatakan, pada sektor bisnis dan ekonomi secara umum, Indonesia dan Korea Selatan telah membuat banyak kemajuan. Beberapa kerja sama strategis yang sudah dilakukan meliputi joint task force untuk mempromosikan kerja sama ekonomi. Kedua negara juga bersiap mendirikan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement di 2019 yang menargetkan perdagangan bilateral hingga USD30 Miliar pada 2022 mendatang.

Selanjutnya, dibentuk juga Korea-Indonesia Technology Cooperation Center untuk mempromosikan kerja sama lebih lanjut antara kedua negara dan untuk mendukung perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia di area teknologi industri, melaksanakan riset dan program pembangunan bersama, dan semacamnya.

“Hasilnya, Korea secara konsisten menjadi negara investor lima besar dalam lima tahun terakhir, dengan investasi di sektor industri baja, permesinan, karet dan plastik, kayu, kimia, dan elektronika. Di sisi lain, terdapat penambahan impor dari Korea di beberapa tahun terakhir, dengan total USD9,5 Miliar pada 2018. Produknya antara lain mineral dan bahan bakar, besi dan baja, mesin elektronik, peralatan dan komponen, permesinan, plastic, karet, dan tekstil rajutan,” tuturnya.

Selain itu, sejak 2016, Kemenperin aktif berkolaborasi dengan perusahaan Korea, terutama di sektor industri pengolahan, energi, dan infrastruktur. Hasilnya, beberapa perusahaan memutuskan meningkatkan investasinya, seperti Lotte Chemicals yang mengembangkan investasinya di Cilegon sebesar USD4 Miliar.

“Kebijakan kami dalam memperdalam struktur industri didukung oleh perusahaan-perusahaan Korea. Saat ini kami meningkatkan kerja sama di industri stainless steel, terutama untuk Indonesia bagian timur. Making Indonesia 4.0 menarik industri otomotif dari Korea. Kami berharap Indonesia bisa menjadi manufacturing hub penting di Asia,” jelasnya.

Sementara itu, di bidang riset dan ilmu pengetahuan, Pemerintah RI menjalin MoU kerja sama industri dengan Korean Ministry of Trade, Industry and Energy. Hal tersebut untuk mendukung inovasi dan riset. Lalu, memulai MoU dengan National Research Council of Economics, Humanities, and Social Sciences. Tipe kolaborasi di bidang riset dan inovasi merupakan kunci untuk masa depan.

“Tren ekonomi global berubah menjadi knowledge-based economy (berbasis pengetahuan) sehingga merupakan suatu kebutuhan bagi kita untuk belajar satu sama lain dan menguasai teknologi industri generasi selanjutnya,” sambungnya.

Airlangga menambahkan persahabatan Indonesia – Korea Selatan secara formal dimulai pada 1966 saat Korsel membuka konsulat pertama di Indonesia. Kerja sama lain dilakukan di bidang pendidikan, kebudayaan dan kesenian. Bahkan sekolah Korean International School yang berdiri sejak 1975 di Jakarta menjadi sekolah yang terbesar di Asia Tenggara. Begitu pula dengan musik KPop yang mempunyai basis fans besar di Indonesia.
(atk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0853 seconds (0.1#10.140)