Dorong Riset Fiskal, JFI Gandeng Lembaga Pelatihan Terbesar di Korsel
A
A
A
JAKARTA - Jurnal Fiskal Indonesia (JFI) yang fokus pada riset tentang kebijakan perekonomian menggandeng Korea Productivity Center (KPC). JFI yang diinisiasi anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun membuat nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan lembaga konsultan dan pelatihan terbesar di Korea Selatan itu dalam rangka memajukan studi dan riset fiskal.
Penandatanganan MoU JFI dengan KPC dilakukan di Jakarta, Rabu (26/6) lalu. MoU diteken oleh Misbakhun dan Chairman KPC Kyoo Sung Noh. Misbakhun dalam sambutannya mengatakan, jurnal-jurnal tentang fiskal di Indonesia masih sangat minim.
"Nantinya JFI akan melakukan riset apakah kebijakan fiskal selama ini sangat menguntungkan berbagai pihak atau malah merugikan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (27/6/2019).
Merujuk pada poin-poin dalam MoU, maka kedua belah pihak menjalin sinergi yang saling menguntungkan melalui diskusi dan konsultasi yang memadai untuk mengembangkan program kerja sama pada Revolusi Industri 4.0. Untuk itu, akan ada pertukaran informasi dan pengetahuan tentang Revolusi Industri 4.0 di antara kedua pihak.
Misbakhun menjelaskan, hasil kerja sama itu bisa dimanfaatkan lembaga pemerintah ataupun pelaku usaha. "Jadi isi jurnal akan lebih konkret dan produktif serta bermanfaat bagi Indonesia," ucapnya.
Selain itu, sambungnya, MoU antara JFI dan KPC juga sebagai bagian dari ikhtiar mempererat hubungan kerja sama antara Indonesia dengan Korea. "Bagaimanapun juga hubungan Indonesia-Korea harus diisi dengan hal positif dan produktif," ujarnya.
Untuk itu pula KPC akan membuka cabang di Indonesia guna melakukan pendidikan dan pelatihan. Selain itu, KPC juga akan menyediakan pelatihan bagi calon tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bakal bekerja di Korea.
"Kementerian Perindustrian Korea sangat tertarik dengan tenaga kerja Indonesia. Kami akan ajarkan pendidikan SDM khusus kepada calon pekerja di Korea," ujar Sung Noh.
Senada dengan Misbakhun, Sung Noh juga mengharapkan MoU itu akan memperkuat hubungan Indonesia-Korea. "Ini menjembatani kerja sama Indonesia-Korea," ujar Sung Noh.
Penandatanganan MoU JFI dengan KPC dilakukan di Jakarta, Rabu (26/6) lalu. MoU diteken oleh Misbakhun dan Chairman KPC Kyoo Sung Noh. Misbakhun dalam sambutannya mengatakan, jurnal-jurnal tentang fiskal di Indonesia masih sangat minim.
"Nantinya JFI akan melakukan riset apakah kebijakan fiskal selama ini sangat menguntungkan berbagai pihak atau malah merugikan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (27/6/2019).
Merujuk pada poin-poin dalam MoU, maka kedua belah pihak menjalin sinergi yang saling menguntungkan melalui diskusi dan konsultasi yang memadai untuk mengembangkan program kerja sama pada Revolusi Industri 4.0. Untuk itu, akan ada pertukaran informasi dan pengetahuan tentang Revolusi Industri 4.0 di antara kedua pihak.
Misbakhun menjelaskan, hasil kerja sama itu bisa dimanfaatkan lembaga pemerintah ataupun pelaku usaha. "Jadi isi jurnal akan lebih konkret dan produktif serta bermanfaat bagi Indonesia," ucapnya.
Selain itu, sambungnya, MoU antara JFI dan KPC juga sebagai bagian dari ikhtiar mempererat hubungan kerja sama antara Indonesia dengan Korea. "Bagaimanapun juga hubungan Indonesia-Korea harus diisi dengan hal positif dan produktif," ujarnya.
Untuk itu pula KPC akan membuka cabang di Indonesia guna melakukan pendidikan dan pelatihan. Selain itu, KPC juga akan menyediakan pelatihan bagi calon tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bakal bekerja di Korea.
"Kementerian Perindustrian Korea sangat tertarik dengan tenaga kerja Indonesia. Kami akan ajarkan pendidikan SDM khusus kepada calon pekerja di Korea," ujar Sung Noh.
Senada dengan Misbakhun, Sung Noh juga mengharapkan MoU itu akan memperkuat hubungan Indonesia-Korea. "Ini menjembatani kerja sama Indonesia-Korea," ujar Sung Noh.
(fjo)