Indonesia Korsel Jalin Kerja Sama Bisnis di Bidang Ethylene

Sabtu, 08 Januari 2022 - 20:00 WIB
loading...
Indonesia Korsel Jalin...
Indonesia-Korsel menjalin kerja sama bisnis di industri petrokimia. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Korea, Gandi Sulistiyanto Soeherman mengatakan bahwa Indonesia dan Korea Selatan menjalin kerja sama baru di bidang ethylene. Hal ini diwujudkan dengan menyepakati nota kesepakatan terkait fasilitas percepatan realisasi investasi antara Kementerian Investasi Indonesia dan perusahaan Korsel, Lotte Chemical Corporation, yang dilakukan secara hybrid pada Jumat (7/1/2022).

“Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Investasi dan Lotte Chemical Corporation ini mencerminkan komitmen yang tinggi dari Indonesia dan Korea Selatan dalam meningkatkan investasi dan mengembangkan kemitraan baru di bidang ethylene,” kata Dubes Gandi sebagaimana dikutip di laman KBRI Seoul, Sabtu (8/1/2022).



Selain penandatanganan Nota Kesepahaman tersebut, dilakukan pula penandatanganan Perjanjian Engineering, Procurement and Construction/EPC antara PT Lotte Chemical Indonesia dan para kontraktor. Penandatanganan juga disaksikan oleh Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia dan pimpinan sektor swasta Indonesia dan Korea Selatan.

Dubes Gandi mengatakan, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, Pemerintah Indonesia menawarkan negara-negara mitra, termasuk Korea Selatan, menjadi equity partner dalam joint venture dalam rangka mengatasi masalah rantai pasok global. Proyek ethylene baru, atau disebut Proyek Line, bertujuan membangun kompleks petrokimia yang luas. Kompleks tersebut disiapkan untuk memproduksi 1 juta ton ethylene dengan target penjualan sebesar USD 2,06 milyar per tahun.

Di hari yang sama, Dubes RI di Seoul telah memenuhi undangan dari Menteri Perdagangan Korea Selatan, Mr Yeo Han-Koo, dalam rangka membahas potensi kerjasama Korsel dengan sejumlah negara mitra guna mengatasi krisis kekurangan pasokan raw materials. Dalam kesempatan tersebut, Dubes Gandi menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia memandang penting pendekatan jangka pendek dan jangka panjang untuk mengatasi masalah raw materials.

“Untuk jangka pendek, perlunya aktivasi kembali dari konektivitas global termasuk mobilitas pelaku usaha dan kelompok pekerja, serta pentingnya peningkatan kapasitas dan kesempatan sektor swasta dalam mengakses rantai pasok global.



Untuk jangka panjang, Dubes Sulis menyampaikan tiga strategi yaitu, pertama, penguatan infrastruktur logistik, dimana Indonesia saat ini sedang membangun dan mengembangkan 30 pelabuhan di seluruh wilayah NKRI. Kedua, perlunya diversifikasi sumber pasokan. Ketiga, proteksionisme perdagangan perlu dibatasi dan tunduk pada ketentuan hukum internasional yang berlaku.

Menteri Yeo juga menanyakan mengenai kebijakan tentang pelarangan ekspor batubara di Indonesia dan kemungkinan amandemennya. Dubes Sulis menjawab, Pemerintah Indonesia sedang melakukan pembahasan antarkementerian secara intensif dan keputusannya segera diumumkan.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2220 seconds (0.1#10.140)