Jarak Rumah ke Sekolah Belum Jadi Pertimbangan Beli Properti

Kamis, 27 Juni 2019 - 22:03 WIB
Jarak Rumah ke Sekolah Belum Jadi Pertimbangan Beli Properti
Jarak Rumah ke Sekolah Belum Jadi Pertimbangan Beli Properti
A A A
JAKARTA - Kebijakan pemerintah menerapkan sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah-sekolah negeri menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Dalam sistem zonasi, pertimbangan utama pihak sekolah untuk menerima calon peserta didik adalah kedekatan jarak antara sekolah dengan rumah.

Kebijakan baru ini cukup membuat kontroversi ini karena selama ini masyarakat memilih sekolah favorit bagi anak mereka tanpa mempertimbangkan kedekatan jarak tempat tinggal dengan sekolah.

Fakta tersebut juga terungkap dari hasil survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H1 2019, dimana lima besar faktor pertimbangan dalam membeli properti, kedekatan jarak rumah ke sekolah belum menjadi pertimbangan utama.

Survei berkala ini dilaksanakan oleh Rumah.com untuk mengikuti secara langsung perkembangan yang terjadi di pasar, dan diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerja sama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura.

"Pertimbangan jarak dan lingkungan yang menjadi pertimbangan utama tersebut berkaitan dengan kelompok usia responden yang berencana membeli rumah dalam enam bulan ke depan, yakni usia 21-39 tahun," ujar Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan di Jakarta Kamis (27/6/2019).

Usia ini, lanjut dia, merupakan usia produktif dan akan atau berkeluarga kecil, sehingga mobilitas dan lingkungan yang ramah anak-anak jadi pertimbangan utama. Selain itu mereka belum terlalu memikirkan pendidikan lanjutan bagi anak-anak mereka untuk jenjang SMP dan SMA sehingga kedekatan rumah dengan sarana pendidikan belum termasuk jadi pertimbangan utama.

Survei ini diikuti oleh 1.000 responden dari kota-kota di seluruh Indonesia dimana sebanyak 69% responden berasal dari rentang usia milenial (22-39 tahun) yang terdiri dari 34% milenial muda (kelahiran 1990-1997), sedangkan 35%-nya adalah milenial tua (kelahiran 1982-1989).

Ike menjelaskan, mengacu pada hasil survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H1 2019, ada banyak hal yang menjadi pertimbangan responden saat memilih rumah yang cocok. Di antara pertimbangan-pertimbangan tersebut, jarak ke fasilitas transportasi umum menjadi pertimbangan responden terbanyak, yakni sebesar 76%.

Kemudian disusul dengan jarak ke tempat kerja, kedekatan ke sarana kesehatan, masing-masing sebesar 47% dan 43%. Kedekatan jarak antara rumah dengan sekolah belum menjadi pertimbangan utama karena sistem zonasi sekolah baru diterapkan setahun terakhir ini sehingga orang tua bisa bebas menyekolahkan anaknya di sekolah yang selama ini favorit tanpa harus memiliki kedekatan jarak dengan sekolah tersebut.

Properti baru memang masih menjadi idaman para responden. Namun, hampir separuh dari total responden mengaku tak bermasalah membeli properti seken. Bagi responden ini, kedekatan dengan sarana-sarana penunjang seperti transportasi umum, pendidikan, kesehatan, dan perbelanjaan tampaknya lebih penting ketimbang kondisi rumah itu sendiri.

"Berdasarkan usia, kalangan milenial adalah kalangan yang paling resisten terhadap rumah seken. Total, 61% dari kalangan milenial hanya menghendaki rumah baru, hanya 39% yang tak keberatan dengan rumah second. Sebaliknya, dari kelompok umur yang lebih tua (40-59 tahun), hanya 34% yang hanya menginginkan rumah baru," tegas Ike.

Namun perumahan baru yang ada saat ini biasanya memang memiliki lokasi yang relatif jauh dari sekolah-sekolah negeri sehingga akan menyulitkan orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah negeri pilihan mereka jika tidak masuk ke area sistem zonasi sekolah tersebut.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9421 seconds (0.1#10.140)