Tanggulangi Kekeringan, Kementan Optimalisasi Irigasi dan Pompanisasi
A
A
A
JAKARTA - Kekeringan yang melanda lahan sawah pertanian di sejumlah daerah mulai terjadi. Di beberapa wilayah, petani mengeluhkan irigasi yang minim. Untuk ini, pemerintah sudah melakukan penanggulangan bencana kekeringan dengan mengoptimalisasi jaringan irigasi dan pompanisasi di sekitar lahan terdampak.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan), Sarwo Edhy, mengatakan pihaknya melakukan optimalisasi pompanisasi di sejumlah wilayah terdampak. Bahkan, kata dia, pompanisasi sudah dilakukan sejak empat tahun terakhir.
"Sudah kita instruksikan kepada petani dan kelompok tani untuk mengoptimalisasi pompa yang kami beri. Kita instruksikan mereka memompa air dari sungai terdekat," kata Sarwo Edhy di Jakarta, Rabu (3/7/2019).
Sedangkan untuk lahan kering yang berlokasi jauh dari sungai, kata dia, petani dapat memanfaatkan sumber air permukaan. Dia menjelaskan, sumber air permukaan tersebut perlu diukur terlebih dahulu tingkat kemampuannya untuk kemudian baru dapat diinventarisasi ke beberapa lokasi titik lahan yang terdampak kekeringan.
Berdasarkan catatannya, dalam kurun empat tahun terakhir, Kementan telah mengalokasikan sekitar 200 ribuan unit pompa dengan berbagai jenis ukuran. Sedangkan bagi wilayah-wilayah yang terdampak kekeringan lahan yang belum memiliki pompa diimbau segera mengajukan kepada dinas pertanian di wilayah masing-masing.
Tidak hanya itu, lanjut Sarwo Edhy, guna mengantisipasi kekeringan, pihaknya juga selama tiga tahun terakhir telah membangun banyak infrastruktur air. Dia menuturkan, sebanyak 3 juta hektar infrastruktur air telah dibangun selama tiga tahun terakhir dan yang diharapkan dapat meminimalisasi dampak kekeringan di areal pertanian.
"Dalam kurun waktu 2015-2019 (angka realisasi per April 2019) telah terbangun yang dapat mengairi lahan sawah seluas 3,129 juta hektar yang dapat Meningkatkan indeks pertanaman (IP) 0,5, sehingga berdampak pada peningkatan produksi sebanyak 8,21 juta ton," jelas Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy menambahkan, pihaknya juga sudah mempersiapkan Tim Khusus Penanganan Kekeringan. Tim khusus ini akan turun ke lokasi-lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi.
"Tugas dan fungsi dari Tim Khusus ini nanti untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait, antara lain TNI, Kementerian PUPR serta Pemerintah Daerah setempat," ujar Sarwo Edhy.
Tujuannya untuk memetakan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari bendung atau bendungan. Serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring air sesuai jadwal yang telah disepakati.
"Secara umum permasalahan kekeringan yang terjadi disebabkan oleh curah hujan yang sedikit dan kondisi penggelontoran debit air dari bendung atau bendungan yang mengalami penurunan," kata Sarwo Edhy.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan), Sarwo Edhy, mengatakan pihaknya melakukan optimalisasi pompanisasi di sejumlah wilayah terdampak. Bahkan, kata dia, pompanisasi sudah dilakukan sejak empat tahun terakhir.
"Sudah kita instruksikan kepada petani dan kelompok tani untuk mengoptimalisasi pompa yang kami beri. Kita instruksikan mereka memompa air dari sungai terdekat," kata Sarwo Edhy di Jakarta, Rabu (3/7/2019).
Sedangkan untuk lahan kering yang berlokasi jauh dari sungai, kata dia, petani dapat memanfaatkan sumber air permukaan. Dia menjelaskan, sumber air permukaan tersebut perlu diukur terlebih dahulu tingkat kemampuannya untuk kemudian baru dapat diinventarisasi ke beberapa lokasi titik lahan yang terdampak kekeringan.
Berdasarkan catatannya, dalam kurun empat tahun terakhir, Kementan telah mengalokasikan sekitar 200 ribuan unit pompa dengan berbagai jenis ukuran. Sedangkan bagi wilayah-wilayah yang terdampak kekeringan lahan yang belum memiliki pompa diimbau segera mengajukan kepada dinas pertanian di wilayah masing-masing.
Tidak hanya itu, lanjut Sarwo Edhy, guna mengantisipasi kekeringan, pihaknya juga selama tiga tahun terakhir telah membangun banyak infrastruktur air. Dia menuturkan, sebanyak 3 juta hektar infrastruktur air telah dibangun selama tiga tahun terakhir dan yang diharapkan dapat meminimalisasi dampak kekeringan di areal pertanian.
"Dalam kurun waktu 2015-2019 (angka realisasi per April 2019) telah terbangun yang dapat mengairi lahan sawah seluas 3,129 juta hektar yang dapat Meningkatkan indeks pertanaman (IP) 0,5, sehingga berdampak pada peningkatan produksi sebanyak 8,21 juta ton," jelas Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy menambahkan, pihaknya juga sudah mempersiapkan Tim Khusus Penanganan Kekeringan. Tim khusus ini akan turun ke lokasi-lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi.
"Tugas dan fungsi dari Tim Khusus ini nanti untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait, antara lain TNI, Kementerian PUPR serta Pemerintah Daerah setempat," ujar Sarwo Edhy.
Tujuannya untuk memetakan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari bendung atau bendungan. Serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring air sesuai jadwal yang telah disepakati.
"Secara umum permasalahan kekeringan yang terjadi disebabkan oleh curah hujan yang sedikit dan kondisi penggelontoran debit air dari bendung atau bendungan yang mengalami penurunan," kata Sarwo Edhy.
(ven)