Produksi Minyak Pertamina EP Semester I Capai 82.300 Bph
A
A
A
KUALA SIMPANG - Anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina EP, hingga semester I/2019 mencatatkan produksi minyak dan gas masing-masing 82.300 barel per hari (bph) dan 968 MMSCFD. Capaian itu masing-masing hampir 99% dari target sebesar 83.000 bph untuk minyak dan 970 MMSCFD untuk gas.
"Dari sisi produksi dan operasional kita masih on the trac. Kita mau mengejar di semester II agar lebih baik lagi," ujar Production & Operation Director Pertamina EP Chalid Said Salim di Kuala Simpang, Aceh Tamiang, baru-baru ini.
Chalid mengatakan, untuk gas sebetulnya produksi bisa mencapai target. Namun, jelas dia, pada bulan April, di unit bisnis Pertamina EP Asset 3 ada beberapa perusahaan yang tidak menyerap gas yang diproduksi Pertamina EP. "Jadi kita harus menurunkan produksi. Sebenarnya kalau itu terealisir realisasi produksi gas bisa 100%," tuturnya.
Lebih lanjut Chalid menjelaskan, untuk pekerjaan pengeboran, dari target 102 pekerjaan Pertamina EP sudah menyelesaikan pengeboran 43 sumur dan sebanyak 8 sumur lainnya tengah berjalan (on going). Menurut dia, agar target pengeboran berjalan sesuai rencana, Pertamina EP menambah perangkat anjungan pengeboran (rig). "Ada empat rig yang kita sudah tambah, karena ini kontribusinya sangat besar terhadap produksi minyak," katanya.
Chalid mengatakan, jika dibandingkan semester I/2018, capaian perusahaan di semester pertama ini jauh lebih baik. Pada semester I/2018, kata dia, produksi minyak Pertamina EP hanya sekitar 76.000-77.000 bph. "Sekarang 82.300 bph, Jadi sangat signifikan penambahannya," ujar dia.
Tetapi, untuk produksi gas menurutnya terjadi penurunan jika dibandingkan semester I/2018 dimana produksinya sekitar 1.000 MMSCFD. Sementara di periode yang sama tahun ini produksi gas hanya 970 MMSCFD. Penurunan produksi gas menurutnya terjadi karena ada satu struktur yang secara reservoir management harus diturunkan produksinya.
Untuk mencapai target produksi tahun ini, Pertamina EP menurutnya akan berupaya meminimalkan gap produksi yang ada di semester II. Peningkatan produksi, kata Chalid, dilakukan dengan dua cara, yakni melalui kegiatan pengeboran maupun work over sumur untuk meningkatkan produksi, dan yang kedua menekan penurunan produksi dari sumur yang telah ada.
"Kita akan jaga supaya decline-nya jangan tajam sekali, ini yang kita jaga terkait dengan kehandalan fasilitas, baik itu sumur maupun fasilitas permukaan, jangan sampai ada unplanned shutdown," tandasnya.
Chalid mengungkapkan, Pertamina EP melakukan production enhancement melalui program enhanced oil recovery (EOR) dan menggunakan teknologi lain terkait lifting, seperti dengan teknologi thermochemical yang diterapkan di Ramba, Bentayan, Asset I. "Kalau berhasil itu akan menjadi suatu peluang. Intinya kita selalu cari terobosan-terobosan, kita didukung penuh oleh SKK Migas," tegasnya.
Chalid menambahkan, Pertamina EP paling banyak melakukan pengeboran di Asset 5, di struktur Bunyu, antara lain Sembakung dan Sanga-Sanga. Terakhir, kata dia, pengeboran di Sangatta sukses menghasilkan initial production hampir 900 bph. "Walaupun sekarang sumur itu hanya berproduksi 250 bph, tapi itu menurut kami sangat signifikan nilainya dan akan diteruskan mengebor di situ 2-3 sumur lagi sampai akhir tahun," jelasnya.
Chalid mengatakan, Pertamina EP tahun ini menyiapkan belanja modal (capex) yang sudah disetujui sebesar USD557 juta. Sementara, realisasi capex sampai saat ini sekitar USD200-an juta. "Tapi kami sedang ajukan penambahan (capex) menjadi sekitar USD600 juta. Itu untuk kegiatan pengeboran dan proyek," imbuhnya.
"Dari sisi produksi dan operasional kita masih on the trac. Kita mau mengejar di semester II agar lebih baik lagi," ujar Production & Operation Director Pertamina EP Chalid Said Salim di Kuala Simpang, Aceh Tamiang, baru-baru ini.
Chalid mengatakan, untuk gas sebetulnya produksi bisa mencapai target. Namun, jelas dia, pada bulan April, di unit bisnis Pertamina EP Asset 3 ada beberapa perusahaan yang tidak menyerap gas yang diproduksi Pertamina EP. "Jadi kita harus menurunkan produksi. Sebenarnya kalau itu terealisir realisasi produksi gas bisa 100%," tuturnya.
Lebih lanjut Chalid menjelaskan, untuk pekerjaan pengeboran, dari target 102 pekerjaan Pertamina EP sudah menyelesaikan pengeboran 43 sumur dan sebanyak 8 sumur lainnya tengah berjalan (on going). Menurut dia, agar target pengeboran berjalan sesuai rencana, Pertamina EP menambah perangkat anjungan pengeboran (rig). "Ada empat rig yang kita sudah tambah, karena ini kontribusinya sangat besar terhadap produksi minyak," katanya.
Chalid mengatakan, jika dibandingkan semester I/2018, capaian perusahaan di semester pertama ini jauh lebih baik. Pada semester I/2018, kata dia, produksi minyak Pertamina EP hanya sekitar 76.000-77.000 bph. "Sekarang 82.300 bph, Jadi sangat signifikan penambahannya," ujar dia.
Tetapi, untuk produksi gas menurutnya terjadi penurunan jika dibandingkan semester I/2018 dimana produksinya sekitar 1.000 MMSCFD. Sementara di periode yang sama tahun ini produksi gas hanya 970 MMSCFD. Penurunan produksi gas menurutnya terjadi karena ada satu struktur yang secara reservoir management harus diturunkan produksinya.
Untuk mencapai target produksi tahun ini, Pertamina EP menurutnya akan berupaya meminimalkan gap produksi yang ada di semester II. Peningkatan produksi, kata Chalid, dilakukan dengan dua cara, yakni melalui kegiatan pengeboran maupun work over sumur untuk meningkatkan produksi, dan yang kedua menekan penurunan produksi dari sumur yang telah ada.
"Kita akan jaga supaya decline-nya jangan tajam sekali, ini yang kita jaga terkait dengan kehandalan fasilitas, baik itu sumur maupun fasilitas permukaan, jangan sampai ada unplanned shutdown," tandasnya.
Chalid mengungkapkan, Pertamina EP melakukan production enhancement melalui program enhanced oil recovery (EOR) dan menggunakan teknologi lain terkait lifting, seperti dengan teknologi thermochemical yang diterapkan di Ramba, Bentayan, Asset I. "Kalau berhasil itu akan menjadi suatu peluang. Intinya kita selalu cari terobosan-terobosan, kita didukung penuh oleh SKK Migas," tegasnya.
Chalid menambahkan, Pertamina EP paling banyak melakukan pengeboran di Asset 5, di struktur Bunyu, antara lain Sembakung dan Sanga-Sanga. Terakhir, kata dia, pengeboran di Sangatta sukses menghasilkan initial production hampir 900 bph. "Walaupun sekarang sumur itu hanya berproduksi 250 bph, tapi itu menurut kami sangat signifikan nilainya dan akan diteruskan mengebor di situ 2-3 sumur lagi sampai akhir tahun," jelasnya.
Chalid mengatakan, Pertamina EP tahun ini menyiapkan belanja modal (capex) yang sudah disetujui sebesar USD557 juta. Sementara, realisasi capex sampai saat ini sekitar USD200-an juta. "Tapi kami sedang ajukan penambahan (capex) menjadi sekitar USD600 juta. Itu untuk kegiatan pengeboran dan proyek," imbuhnya.
(fjo)