Tingkatkan Daya Saing, Industri Keuangan RI Harus Bersatu
A
A
A
JAKARTA - Industri keuangan di Indonesia harus berkolaborasi dan menghasilkan layanan terintegrasi. Tren nasabah khususnya menengah ke atas akan membandingkan kemudahan layanan serupa di negara lain seperti Singapura.
Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, industri keuangan di Indonesia harus kompetitif. Kolaborasi pelaku industri keuangan dibutuhkan karena kondisi sekarang ini menurutnya masih terkotak-kotak. Contohnya, nasabah bank harus buka rekening pasar modal yang terpisah. Padahal, riset mengungkap bahwa nasabah Indonesia lebih suka melihat investasinya terkonsolidasi.
“Berbeda dengan negara lain, nasabah Indonesia lebih suka lihat semua portofolio investasinya dalam satu platform. Sektor jasa keuangan di Indonesia harus bersatu. Nasabah tidak puas dengan pilihan deposito di Indonesia saja atau hanya obligasi saja,” ujar Parwati dalam acara Bank OCBC NISP Coffee Morning Talk bertema “Sinergi, Kunci Penting Bangun Industri Keuangan Kompetitif” di Plataran Menteng, Jakarta, Senin (15/7/2019).
Pertumbuhan produk perbankan kini hanya setengah dari pertumbuhan produk off balance sheet atau yang tidak dikelola langsung oleh bank. Karena itu perbankan harus berkolaborasi bahkan dengan fintech atau layanan digital lainnya. Nasabah juga membutuhkan produk dengan kurs selain rupiah dan akses ke produk keuangan asing.
“Kita harus bisa bekerjasama untuk solusi keuangan yang kompetitif. Bahkan layanan digital tidak cukup cek saldo dan transfer, karena itu sudah standar. Kami ingin produk untuk berinvestasi dan nasabah bisa memantaunya, serta switching investasinya. Ini yang terus kami tingkatkan dengan jaringan regional. Kami berbagi informasi antar wilayah,” ujarnya.
Pada tahun 2020 juga diperkirakan masyarakat kelas menengah akan mencapai 141 juta orang atau menguasai 53% dari total populasi. Perubahan besar ini akan menjadi bonus demografi dari populasi Indonesia untuk mendukung pertumbuhan industri keuangan di Indonesia.
Ditambah dengan perkembangan digitalisasi yang mendorong transparansi informasi dan akses yang semakin luas untuk mendapatkan pilihan portofolio keuangan yang bervariasi, tidak hanya di pasar lokal melainkan juga hingga pasar global.
Solusi keuangan terintegrasi yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah yang terus berkembang menjadi kunci utama dalam meningkatkan keunggulan kompetitif dari industri keuangan Indonesia. Dengan solusi keuangan terintegrasi, industri keuangan Indonesia akan mampu memberikan solusi yang lengkap bagi nasabah untuk melakukan investasi di Indonesia.
“Jika Indonesia mampu menyediakan layanan satu pintu untuk berbagai produk investasi, hal tersebut akan menjadi salah satu keunggulan karena memasilitasi nasabah dengan kemudahan dan kenyamanan dalam memilih dan mengelola investasinya,” tambah Parwati.
Memanfaatkan momentum ini, Bank OCBC NISP telah mempersiapkan diri dalam memberikan layanan wealth management yang memungkinkan nasabah untuk terus mengembangkan aset dan likuiditasnya dengan berbagai produk-produk yang sesuai.
Bank OCBC NISP memiliki aspirasi untuk turut membangun industri keuangan Indonesia lebih kompetitif dan memiliki daya saing di pasar global melalui berbagai inisiatif. Antara lain dalam hal digitalisasi layanan. Menurut data Global Wealth Management Research Report, 44% Gen X dan 39% generasi millenial sudah menggunakan fintech.
Tingginya penetrasi digital ini ditangkap dengan menghadirkan aplikasi ONe Mobile. Nasabah tidak hanya difasilitasi dengan kemudahan transaksi perbankan, tetapi juga dalam hal pengelolaan kekayaan melalui aplikasi ini.
Pengguna ONe Mobile dapat membeli produk-produk investasi mulai dari deposito, reksadana, dan obligasi. Nasabah juga dapat memantau perkembangan investasinya dengan mudah melalui fitur 'Investment Portfolio' yang terdapat pada aplikasi ONe Mobile.
Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, industri keuangan di Indonesia harus kompetitif. Kolaborasi pelaku industri keuangan dibutuhkan karena kondisi sekarang ini menurutnya masih terkotak-kotak. Contohnya, nasabah bank harus buka rekening pasar modal yang terpisah. Padahal, riset mengungkap bahwa nasabah Indonesia lebih suka melihat investasinya terkonsolidasi.
“Berbeda dengan negara lain, nasabah Indonesia lebih suka lihat semua portofolio investasinya dalam satu platform. Sektor jasa keuangan di Indonesia harus bersatu. Nasabah tidak puas dengan pilihan deposito di Indonesia saja atau hanya obligasi saja,” ujar Parwati dalam acara Bank OCBC NISP Coffee Morning Talk bertema “Sinergi, Kunci Penting Bangun Industri Keuangan Kompetitif” di Plataran Menteng, Jakarta, Senin (15/7/2019).
Pertumbuhan produk perbankan kini hanya setengah dari pertumbuhan produk off balance sheet atau yang tidak dikelola langsung oleh bank. Karena itu perbankan harus berkolaborasi bahkan dengan fintech atau layanan digital lainnya. Nasabah juga membutuhkan produk dengan kurs selain rupiah dan akses ke produk keuangan asing.
“Kita harus bisa bekerjasama untuk solusi keuangan yang kompetitif. Bahkan layanan digital tidak cukup cek saldo dan transfer, karena itu sudah standar. Kami ingin produk untuk berinvestasi dan nasabah bisa memantaunya, serta switching investasinya. Ini yang terus kami tingkatkan dengan jaringan regional. Kami berbagi informasi antar wilayah,” ujarnya.
Pada tahun 2020 juga diperkirakan masyarakat kelas menengah akan mencapai 141 juta orang atau menguasai 53% dari total populasi. Perubahan besar ini akan menjadi bonus demografi dari populasi Indonesia untuk mendukung pertumbuhan industri keuangan di Indonesia.
Ditambah dengan perkembangan digitalisasi yang mendorong transparansi informasi dan akses yang semakin luas untuk mendapatkan pilihan portofolio keuangan yang bervariasi, tidak hanya di pasar lokal melainkan juga hingga pasar global.
Solusi keuangan terintegrasi yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah yang terus berkembang menjadi kunci utama dalam meningkatkan keunggulan kompetitif dari industri keuangan Indonesia. Dengan solusi keuangan terintegrasi, industri keuangan Indonesia akan mampu memberikan solusi yang lengkap bagi nasabah untuk melakukan investasi di Indonesia.
“Jika Indonesia mampu menyediakan layanan satu pintu untuk berbagai produk investasi, hal tersebut akan menjadi salah satu keunggulan karena memasilitasi nasabah dengan kemudahan dan kenyamanan dalam memilih dan mengelola investasinya,” tambah Parwati.
Memanfaatkan momentum ini, Bank OCBC NISP telah mempersiapkan diri dalam memberikan layanan wealth management yang memungkinkan nasabah untuk terus mengembangkan aset dan likuiditasnya dengan berbagai produk-produk yang sesuai.
Bank OCBC NISP memiliki aspirasi untuk turut membangun industri keuangan Indonesia lebih kompetitif dan memiliki daya saing di pasar global melalui berbagai inisiatif. Antara lain dalam hal digitalisasi layanan. Menurut data Global Wealth Management Research Report, 44% Gen X dan 39% generasi millenial sudah menggunakan fintech.
Tingginya penetrasi digital ini ditangkap dengan menghadirkan aplikasi ONe Mobile. Nasabah tidak hanya difasilitasi dengan kemudahan transaksi perbankan, tetapi juga dalam hal pengelolaan kekayaan melalui aplikasi ini.
Pengguna ONe Mobile dapat membeli produk-produk investasi mulai dari deposito, reksadana, dan obligasi. Nasabah juga dapat memantau perkembangan investasinya dengan mudah melalui fitur 'Investment Portfolio' yang terdapat pada aplikasi ONe Mobile.
(ind)