Krakatau Steel Tidak Takut Perang Harga, Asal Jangan Curang

Selasa, 16 Juli 2019 - 06:02 WIB
Krakatau Steel Tidak...
Krakatau Steel Tidak Takut Perang Harga, Asal Jangan Curang
A A A
JAKARTA - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menjadi sorotan. Industri baja nasional kita lunglai sejak tujuh tahun belakangan dengan utang yang terus menumpuk. Laporan keuangan KRAS tahun 2018, utangnya mencapai USD2,49 miliar, meningkat 10,45% dibandingkan tahun 2017 sebesar USD2,26 miliar. Utang jangka pendek yang harus dibayarkan mencapai USD1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan tahun 2017 sebesar USD1,36 miliar. Belum lagi utang jangka panjang yang mencapai USD899,43 juta.

Utang jangka pendek tersebut, kebanyakan dalam bentuk Letter of Credit impor (LoC), dan kredit modal kerja, baik yang berdenominasi rupiah maupun dolar Amerika Serikat (USD). Pinjaman terbesar diberikan oleh kreditur PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan total mencapai USD359,6 juta.

Adapun beban keuangan yang dicatat KRAS pada 2018 mencapai USD112,33 juta, meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2011 yang hanya USD40,62 juta. Akibatnya, KRAS harus menanggung kerugian sepanjang tahun 2018 sebesar USD1,73 miliar, naik 20% dari tahun 2017 sebesar USD1,44 miliar.

Lunglainya industri baja nasional kita akibat maraknya impor baja. Padahal baja adalah tulang punggung negara, karena baja adalah mother of industry, memiliki banyak turunan mulai dari permesinan, manufaktur, otomotif, elektronik, pembangunan infrastruktur hingga properti.

Karena itu pula, Amerika Serikat memproteksi industri bajanya menghadapi "serbuan massif" baja dari China, dengan menerapkan bea masuk tambahan. Awal dari perang dagang AS dengan China yang telah berdampak pada perekonomian global.

Ditengah sorotan, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan tidak gentar. Bergabung dengan KRAS sejak September 2018, Silmy yang acap disebut "montir" karena rajin memoles BUMN dari rugi menjadi untung, sebut saja PT Pindad dan PT Barata Indonesia (Persero), mengatakan telah menyiapkan tiga strategi restrukturisasi.

Menurut dia, jika restrukturisasi ini dijalankan dengan baik, maka setelah tahun 2020, Krakatau Steel akan menuju tinggal landas. "Saya sudah menyiapkan restrukturisasi utang, bisnis, dan organisasi meski hal ini tidak menyenangkan semua pihak. Untuk restrukturisasi bisnis, termasuk melakukan divestasi dan sekuritisasi aset non-core, dengan target USD1 miliar," ujar Silmy kepada Bona Ventura dari SINDOnews di Gedung Krakatau Steel, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (15/7/2019).

Dengan tiga jurus restrukturisasi, Silmy ingin organisasi Krakatau Steel menjadi ramping dan lincah, tidak gemuk dan lebar seperti sekarang. Sehingga produktivitasnya naik, memiliki daya saing, memenangkan pasar baja dalam negeri. Ketika omzet penjualan naik membuat bottom line KRAS menjadi positif. "Dan akhirnya bisa membayar utang," tandas alumnus pendidikan pertahanan di NATO School di Oberammergau Jerman.

Selain restrukturisasi, kata pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 19 November 1974 itu, industri baja nasional harus mendapat proteksi dari pemerintah. Dengan menerapkan standard and barrier, agar tidak mudah produk-produk baja impor, terutama produk baja jadi masuk membanjiri pasar Indonesia.

Menurut dia, impor baja saat ini merupakan komoditi impor ketiga terbesar di Indonesia. Data The South East Asia Iron and Steel Institute, tahun 2018 kemarin, impor baja di Indonesia mencapai 7,6 juta ton. Badan Pusat Statistik pada tahun lalu, menyebut jumlah impor baja dan besi mencapai 5,45% dari total importasi dengan nilai USD10,25 miliar.

"Impor baja ini komoditi impor ketiga terbesar di Indonesia. Jadi ikut menekan neraca perdagangan Indonesia, kasihan dong rupiah. Jadi harus dibenahi bersama-sama. Pemerintah membenahi dengan kebijakan, saya di Krakatau Steel membenahi dari sisi mikro," ujar Silmy.

Menurut Silmy, secara harga dan kualitas, produk baja dari Krakatau Steel mampu bersaing dengan baja impor, terutama asal China. "Krakatau Steel tidak takut bersaing harga, asal jangan curang," tegas dia.

Kecurangan tersebut, terang Silmy, karena baja impor kerap tidak membayar bea masuk. Belum lagi praktik dumping dan Pemerintah China yang memberikan pemotongan pajak (tax rebate) untuk perusahaan-perusahaan China mengekspor bajanya ke luar negeri. Sehingga menjejali pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Berikut petikan wawancara Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim dengan SINDOnews:

Selama tujuh tahun belakangan, Krakatau Steel merugi dan utang menumpuk hingga USD2,49 miliar. Bagaimana restrukturisasi dan strategi yang akan Anda lakukan?
Krakatau Steel memang tujuh tahun belakangan sakit dan rugi. Sehingga manajemen harus melakukan strategi yang bisa memecahkan masalah Krakatau Steel, tidak hanya untuk sekarang tetapi juga untuk masa depan. Maka itu, saya sudah menyiapkan tiga strategi: restrukturisasi bisnis, restrukturisasi utang, dan restrukturisasi organisasi.

Untuk restrukturisasi utang, urusannya dengan para kreditur yaitu perbankan. Ini sedang berjalan dan arahnya sudah benar. Mereka sudah setuju untuk restrukturisasi utang.

Terkait restrukturisasi bisnis, kami menggandeng McKinsey & Company, konsultan manajemen multinasional. Mengenai positioning KRAS. Apa yang diproduksi, bisnis prosesnya seperti apa, teknologi yang digunakan, hingga bisnis modelnya. Sehingga kami bisa berdaya saing.

Termasuk juga restrukturisasi anak usaha dan cucu usaha, baik mayoritas yang dimiliki KRAS maupun afiliasi. Nah, anak usaha dan cucu usaha yang sejenis bisnisnya, dikluster dan kalau bisa merger, ya merger.

Dalam restrukturisasi bisnis ini, termasuk penjualan aset non-core, bisa melalui divestasi atau sekuritisasi. Tapi dalam menjual, juga harus cermat. Harga menentukan. Jangan sampai saat sedang jelek ini, dijual, harganya murah.

Kemudian, mekanisme penjualannya melalui apa, entah IPO atau strategic partner. Dan anak-anak usaha yang bagus harus dikembangkan, karena keuntungannya bagus supaya bisa menyerap tenaga kerja. Untuk divestasi dan sekuritisasi aset non-core ini, target saya meraih USD1 miliar.

Terakhir, restrukturisasi organisasi, KRAS harus modern. Saat ini, kami seperti organisasi tahun 1980-an, tebal dan lebar, sangat birokratis. Dengan adanya teknologi dan komunikasi era sekarang. KRAS tidak boleh kegemukan. Di KRAS banyak jabatan ad-hoc yang distrukturkan, seperti manajer dan super intendant. Saya harus mengurangi job enlargement ini.

Jadi yang tebal, kami tipiskan. Yang lebar, kami rampingkan. Supaya lincah merespon permasalahan dan peluang yang ada di pasar. Untuk itu, diperlukan keberanian melakukan aksi perampingan ini. Semua konsultan yang diundang, sudah tahu masalah yang dihadapi KRAS, tapi harus ada orang yang berani melakukan aksi.

Memang dalam melakukan restrukturisasi organisasi ini tidak menyenangkan semua pihak. Tapi perlu pendekatan yang tegas dan keberanian. Karena sosialiasinya bagus, belum tentu responnya bagus. Ini bagian dari transformasi manajemen. Ini juga yang disyaratkan oleh pemegang saham dan kreditur, harus ada operation excellent. Harus ramping dan sistemnya baik sehingga menciptakan confidence level dan trust level dari kreditur.

Mengenai restrukturisasi organisasi ini menimbulkan pemutusan hubungan kerja…
Iya, saya pangkas organisasi di KRAS hingga 30%, dari 6.200 tenaga kerja, sekarang menjadi tinggal 4.000-an tenaga kerja. Beberapa mitra dan vendor KRAS, tidak saya perpanjang kontraknya. Rata-rata kontraknya habis bulan Agustus mendatang. Ini bukan PHK. Saya tidak perpanjang kontraknya, yang berakibat kepada tenaga kerja si mitra dan vendor. Jadi itu urusan vendor bukan urusan Krakatau Steel.

Saya ingin merampingkan organisasi. Mengoptimalkan divisi-divisi yang ada menjadi unit usaha baru atau bergabung dengan anak usaha. Targetnya bisa menyerap 600 orang. Juga nanti ada pensiun secara natural 800 orang dan membuka pensiun dini secara sukarela hingga 500 orang, sampai dengan tahun 2020.

Semangatnya supaya organisasi Krakatau Steel ramping dan produktivitasnya naik, sehingga memiliki daya saing, menang di pasar baja, omzetnya pun jadi naik. Ketika bottom line-nya positif, akhirnya bisa membayar utang.

Program restrukturisasi saya ini sudah matang secara kajian dan perencanaan. Eksekusinya sudah berjalan hingga akhir tahun 2020. Selesai tahun 2020, KRAS akan tinggal landas. Maksimum target saya membenahi KRAS adalah tiga tahun.

Kalau bisa menjalankan restrukturisasi ini secara lancar, akan banyak manfaatnya. Setelah KRAS sehat, kami punya rencana besar yaitu meningkatkan kapasitas produksi hingga 10 juta ton di Cilegon. Saya baru bergabung 9 bulan di KRAS, masuk September 2018.

Selain utang yang membuat KRAS lunglai, impor baja terutama asal China telah menggerus produk KRAS. Ini kan harus ada proteksi seperti yang dilakukan Amerika Serikat misalnya…
Pertama, impor baja sejatinya tidak bisa dihindari, asal yang diimpor produk-produk yang belum bisa dibuat di sini.

Kedua, mereka harus tertib dalam membayar bea masuk. Mereka jangan melakukan shrink convertion atau perubahan kode harmoniasi sistem (HS code).

Itu harus ditekankan sehingga terjadi level playing field yang sama terhadap semua pemain industri baja di pasar baja nasional. Selama itu berjalan, Krakatau Steel mampu kok bersaing.

Mengenai proteksi, itu tidak salah. Karena kita sebagai negara harus melindungi kepentingan nasionalnya. Ini yang dilakukan Amerika Serikat dengan menerapkan bea masuk tambahan bagi baja asal China. Perang dagang Amerika Serikat dan China bermula dari baja. Karena AS ingin melindungi industri bajanya.

Asal tahu saja, produksi baja China sudah mencapai 2/3 dari dunia. Kebutuhan baja di dunia itu 1,5 miliar ton per tahun. China memproduksi baja hingga 800 juta ton per tahun. Dan mereka ingin menguasai pasar internasional, dengan mengekspor baja mereka ke luar negeri. Sehingga membanjiri pasar Indonesia.

Massifnya impor baja ini kan tidak lepas dari Permendag No 22 Tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja dan Produk Turunannya, dimana nadanya memudahkan baja impor untuk masuk…
Soal ini, saya sudah temui dan komunikasi ke stakeholder termasuk pemerintah. Mereka concern, bahkan Presiden Jokowi mendukung KRAS dengan mengubah Permendag No 22 Tahun 2018. Dan itu sudah diubah.

Bagaimana implementasinya?
Pengawasan. Ini yang penting. Percuma kalau diatas sudah oke, tapi dibawahnya tidak ada pengawasan. Dan yang harus mengawasi ini aparat, bukan hanya polisi, juga bea cukai, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian.

Perindustrian harus mengawasi pabrik, apakah mereka memakai baja yang sesuai standar atau tidak. Kalau tidak dilakukan pengawasan di pasar dan pabrik, ini bukan hanya berdampak pada KRAS juga konsumen. Apakah baja impor itu berstandar SNI atau tidak. Itu harus ada yang mengawasi. Kalau perlu harus ada standar yang menghambat barang impor masuk.

DPR menyoroti massifnya pembangunan infrastruktur di Indonesia, namun penyerapan baja dari KRAS masih minim. Tanggapan Anda?
Pembangunan ifrastruktur itu kembali lagi, siapa yang melaksanakan? Itu kontraktor. Mereka mencari yang murah, dan itu bisa baja dari KRAS atau non KRAS. Bisa mengambil dari baja impor yang tidak bayar bea masuk, jadi bajanya murah.

Diatas, kami melakukan kerja sama dengan BUMN Karya, tapi pelaksanaannya bisa beda. Karena kontraktor menyerahkan ke sub kontraktor. Nah, mereka cari yang murah. Dan baja KRAS bukan hanya untuk infrastruktur saja, baja kami utamanya untuk industri hilir, otomotif, elektronik, konstruksi bangunan, dan properti seperti baja ringan.

Kembali soal impor baja, apa sudah ada pembicaraan ke pemerintah untuk meminta proteksi?
Saya hanya minta pengawasan dan kecermatan. Itu saja. Terutama untuk impor produk baja jadi. Karena itu bisa menghancurkan dari hulu sampai hilir. Apalagi sampai yang masuk baja lapis warna, itu bisa memukul industri baja kita.

Jadi standar nasional perlu ditegakkan agar yang masuk adalah baja yang kualitasnya baik. Sehingga menghasilkan level playing field yang sama. Sehingga semuanya menghasilkan baja yang kualitasnya sama. Ini juga melindungi industri dan konsumen.

Harus dibuat standar sebagai palang pintu menjaga agar produk impor tidak mudah masuk ke Indonesia. Jangan sampai pengawasannya lemah karena dapat merusak pasar dan industri di Indonesia.

Masalah produk impor yang membanjiri Indonesia ini bukan hanya baja saja. Industri lain juga mengalami yang sama, hanya karena saat ini Krakatau Steel yang menjadi sorotan. KRAS seperti fenomena gunung es saja, industri yang lain juga sama, mengalami kesulitan atas mudahnya masuk produk impor.

Dan ini yang terpenting. Impor baja saat ini komoditi impor terbesar ketiga di Indonesia. (Data The South East Asia Iron and Steel Institute, tahun 2018 kemarin, impor baja di Indonesia mencapai 7,6 juta ton. BPS pada tahun lalu, menyebut jumlah impor baja dan besi mencapai 5,45% dari total importasi dengan nilai USD10,25 miliar.)

Impor baja ini bisa menekan neraca perdagangan Indonesia, kasihan dong rupiah. Jadi harus dibenahi bersama-sama. Pemerintah dari sisi kebijakan, saya di Krakatau Steel membenahi dari sisi mikro. Jadi saya hanya minta pengawasan dan standar.

Masuknya baja impor ini juga karena harga baja KRAS lebih mahal…
Soal harga, Krakatau Steel berani bersaing, tidak ada masalah. Krakatau Steel tidak takut perang harga, asal jangan curang. Jangan perang harga tetapi pakai cara curang, itu yang repot.

Baja impor banyak yang tidak bayar bea masuk. Belum lagi melakukan praktik dumping. Pemerintah China bahkan ikut turun tangan dengan memberi pemotongan pajak (tax rebate) kepada perusahaan-perusahaan baja mereka untuk melakukan ekspor. Cara seperti itu bisa mematikan pabrik baja kita. Bahkan industri baja di Malaysia dan Thailand saja sudah hancur.

Saat ini berapa produksi baja Krakatau Seel?
Produksi baja Krakatau Steel dan Krakatau Steel Posco sekitar 6 juta ton per tahun. Tapi itu tidak maksimal utilisasinya gara-gara maraknya impor.

Untuk target penjualan tahun ini berapa?

Target penjualan sih harus tumbuh, tapi di masa restrukturisasi ini, kami harus realistis lah. Pasang target tumbuh 10% dari tahun lalu, dimana penjualan tahun lalu sekitar USD2 miliar.

Soal pernyataan dari Said Didu bahwa Menteri Badan Usaha Milik Negara seperti tidak perhatian dengan BUMN yang merugi, seperti KRAS. Tanggapan Anda?
Jangan mengadu-ngadu saya dong dengan Menteri BUMN. Yang bilang itu kan Pak Said Didu (Mantan Sekretaris Menteri BUMN), dia itu teman saya. Dan hubungan saya dengan Ibu Rini (Menteri BUMN Rini Soemarno) juga baik. Semua teman.

Saya ditempatkan oleh Ibu Rini di Krakatau Steel ini juga pembelajaran, peluang, sekaligus tantangan untuk memperbaiki. Ada yang bilang saya ini seperti "montir" untuk membenahi BUMN. Dulu ditempatkan di Pindad, kemudian oleh Ibu Rini, saya ditempatkan ke PT Barata Indonesia. Sekarang dipercaya dan belajar untuk membenahi Krakatau Steel. Tidak semua orang diberi kepercayaan memimpin BUMN.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6385 seconds (0.1#10.140)