Tiga Langkah Kemenhub Atasi Tumpahan Minyak dari Anjungan ONWJ

Sabtu, 10 Agustus 2019 - 17:32 WIB
Tiga Langkah Kemenhub Atasi Tumpahan Minyak dari Anjungan ONWJ
Tiga Langkah Kemenhub Atasi Tumpahan Minyak dari Anjungan ONWJ
A A A
JAKARTA - Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan terus melakukan penanggulangan musibah tumpahan minyak dari anjungan yang dioperasikan oleh PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Pantai Utara Jawa yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), Ahmad, menyatakan Ditjen Perhubungan Laut dalam hal ini, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IV Kepulauan Seribu selaku Mission Coordinator (MC) Tier 1, terus melakukan langkah penanganan tumpahan minyak dari PHE ONWJ. Langkah ini sesuai Perpres No 109 tahun 2006 tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut.

Adapun langkah pertama adalah mengaktifkan Posko Penanggulangan Tumpahan Minyak (PTM) Kantor KSOP Kelas IV Kepulauan Seribu yang memantau proses penanganan tumpahan minyak selama 24 jam.

"Data hari ini, Posko menyebutkan sebanyak 4.380,85 barrel tumpahan minyak telah berhasil dikumpulkan dan diangkat ke darat dari area pencemaran tumpahan minyak yang meliputi area offshore, yaitu di Blok+ Offshore North West Java dan area Onshore meliputi Sungai Buntu, Pusakajaya Utara, Cemarajaya, dan Sedari," ujar Ahmad di Jakarta, Sabtu (10/8/2019).

Ahmad melanjutkan, selain melakukan pemantauan secara aktif dan berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait, Posko juga berkoordinasi dengan Distrik Navigasi kelas I Tanjung Priok untuk secara rutin memancarkan navigational warning (NAVTEX dan VHF) melalui Stasiun Radio Pantai.

Langkah kedua adalah penanganan offshore secara keseluruhan, telah dikerahkan 46 unit kapal dengan 926 orang personel yang terlibat dengan menggunakan oil boom sepanjang 5.700 meter.

"Kementerian Perhubungan juga mengerahkan kapal negara yang terdiri dari kapal patroli Sea and Coast Guard yaitu KN. Alugara milik pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok, kapal negara KNP. 355, KN V054, dan KNS. 017 milik KSOP Kelas IV Kepulauan Seribu serta Kapal Negara Kenavigasian KN. Edam milik Kantor Distrik Navigasi kelas I Tanjung Priok," jelas Ahmad.

Sedangkan di area Onshore, lanjut Ahmad, sudah terpasang sepanjang 2.700 meter oil boom, dengan melibatkan 1.805 personel yang terdiri dari Ditjen Perhubungan Laut, OSCT, masyarakat sekitar, Pokwasmas, serta TNI dan Polri.

"Untuk area Onshore, sudah sebanyak total 1.113.082 karung limbah yang terkumpul dan dikirim ke darat," tukas Ahmad.

Selain itu, laporan dari Posko juga menyebutkan selain mobile oil boom sepanjang 2x200 meter yang disiagakan di Teluk Jakarta, saat ini juga tersedia static oil boom sepanjang 2x200 meter di FSRU (Floating Storage Regastification Unit) Nusantara Regas.

"Kami terus berupaya memberikan dukungan secara penuh dalam menanggulangi pencemaran tumpahan minyak dan gas ini, misalnya dengan mengerahkan tambahan oil boom, kapal patroli ataupun tambahan buoy atau rambu suar jika dibutuhkan," kata Ahmad.

Langkah ketiga adalah penanganan terhadap masyarakat yang terdampak tumpahan minyak, seperti menyiapkan posko kesehatan dan rutin memberikan informasi terkini kepada masyarakat yang terdampak tumpahan, mengenai langkah yang telah diambil oleh tim penanganan tumpahan minyak dimaksud.

"Kami memastikan Pertamina sudah menyediakan 6 posko kesehatan di 6 daerah terdampak. Diantaranya Desa Sedari, Desa Cemara Jaya, Desa Tambak Sari, Desa Sungai Buntu, Desa Muara Bening, dan Kepulauan Seribu. Selain itu, akan ada 6 dokter, 5 ambulans dan 37 tenaga medis," jelas Ahmad.

Pemerintah terus memonitor dan meminta Pertamina secara optimal menahan tumpahan minyak agar tidak melebar ke perairan yang lebih luas dengan melakukan strategi proteksi berlapis di sekitar anjungan, serta mengejar, melokalisasi, dan menyedot ceceran minyak yang melewati batas sabuk oil boom di sekitar anjungan.

Adapun insiden ini juga memberi dampak di darat atau di bagian garis pantai (shoreline). Terhitung ada 2.520 meter fishnet di pesisir pantai yang terdampak.

Upaya penanggulangan bencana juga telah dilakukan bersama baik Ditjen Perhubungan Laut, Pertamina, TNI dan masyarakat sekitar.

"Di darat upaya-upaya sudah dilakukan terutama di kawasan-kawasan mangrove, kawasan-kawasan wisata, kemudian yang banyak penduduknya. Kami memastikan Pertamina sudah pasang oil boom yang untuk kebutuhan di shoreline," tutup Ahmad.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5349 seconds (0.1#10.140)