Menuju Negara Maju Berpendapatan Tinggi, RI Harus Genjot Sektor Manufaktur
![Menuju Negara Maju Berpendapatan...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2019/08/12/33/1429088/menuju-negara-maju-berpendapatan-tinggi-ri-harus-genjot-sektor-manufaktur-yiE-thumb.jpg)
Menuju Negara Maju Berpendapatan Tinggi, RI Harus Genjot Sektor Manufaktur
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) bakal terus mendorong sektor manufaktur untuk mendorong ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi dan berkelanjutan. Langkah itu diharapkan mampu menghindarkan Indonesia dari middle income trap dan kemudian bertransformasi menjadi negara maju berpendapatan tinggi.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, pertumbuhan sektor manufaktur tidak hanya berperan sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Sektor manufaktur juga memainkan peran penting untuk meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Karena itu, kata dia, BI menggelar seminar internasional bertema "Structural Transformation through Manufacturing Sector Development for High and Sustainable Economic Growth" di Gedung BI, hari ini. Seminar ini, jelasnya, merupakan rangkaian awal kegiatan Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia (Rakorpusda) yang akan diselenggarakan pada awal September 2019.
"Penyelenggaraan seminar internasional ini menekankan pada dua tujuan utama. Pertama, untuk meningkatkan sinergi di antara para pemangku kebijakan, pelaku sektor manufaktur, dan publik tentang penguatan peran sektor manufaktur untuk mendukung transformasi struktur ekonomi. Kedua, membahas peta jalan strategi pengembangan industri manufaktur Indonesia secara bertahap dan terintegrasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan, dengan mengacu pada praktik-praktik terbaik dari negara lain," ujar Dody Waluyo di Gedung BI, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Berbagai pemaparan para narasumber dan diskusi yang mengemuka dalam seminar ini menurutnya bisa menjadi masukan bagi perumusan kebijakan penguatan peran industri manufaktur yang akan dibahas pada Rakorpusda.
Dalam kesempatan yang sama, Profesor dari University of Cambridge Sir Mike Gregory menyampaikan bahwa pengembangan manufaktur perlu dilakukan secara terintegrasi dengan pendekatan end-to-end. Menurutnya, Indonesia memiliki kesempatan untuk melakukan itu.
Dalam seminar tersebut, R Edi Prio Pambudi dari Kemenko Perekonomian, menyampaikan perlunya sinergi dan sinkronisasi antarpemangku kebijakan dalam menyusun strategi kebijakan penguatan industri manufaktur melalui pemilihan sektor prioritas, perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur dan konektivitas, serta perbaikan SDM.
Sementara Rofyanto Kurniawan dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menyampaikan bahwa pemerintah akan secara konsisten mendukung peningkatan ekspor, investasi, dan daya saing industri manufaktur melalui pemberian insentif fiskal dan skema inisiatif pajak.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, pertumbuhan sektor manufaktur tidak hanya berperan sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Sektor manufaktur juga memainkan peran penting untuk meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Karena itu, kata dia, BI menggelar seminar internasional bertema "Structural Transformation through Manufacturing Sector Development for High and Sustainable Economic Growth" di Gedung BI, hari ini. Seminar ini, jelasnya, merupakan rangkaian awal kegiatan Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia (Rakorpusda) yang akan diselenggarakan pada awal September 2019.
"Penyelenggaraan seminar internasional ini menekankan pada dua tujuan utama. Pertama, untuk meningkatkan sinergi di antara para pemangku kebijakan, pelaku sektor manufaktur, dan publik tentang penguatan peran sektor manufaktur untuk mendukung transformasi struktur ekonomi. Kedua, membahas peta jalan strategi pengembangan industri manufaktur Indonesia secara bertahap dan terintegrasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan, dengan mengacu pada praktik-praktik terbaik dari negara lain," ujar Dody Waluyo di Gedung BI, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Berbagai pemaparan para narasumber dan diskusi yang mengemuka dalam seminar ini menurutnya bisa menjadi masukan bagi perumusan kebijakan penguatan peran industri manufaktur yang akan dibahas pada Rakorpusda.
Dalam kesempatan yang sama, Profesor dari University of Cambridge Sir Mike Gregory menyampaikan bahwa pengembangan manufaktur perlu dilakukan secara terintegrasi dengan pendekatan end-to-end. Menurutnya, Indonesia memiliki kesempatan untuk melakukan itu.
Dalam seminar tersebut, R Edi Prio Pambudi dari Kemenko Perekonomian, menyampaikan perlunya sinergi dan sinkronisasi antarpemangku kebijakan dalam menyusun strategi kebijakan penguatan industri manufaktur melalui pemilihan sektor prioritas, perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur dan konektivitas, serta perbaikan SDM.
Sementara Rofyanto Kurniawan dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menyampaikan bahwa pemerintah akan secara konsisten mendukung peningkatan ekspor, investasi, dan daya saing industri manufaktur melalui pemberian insentif fiskal dan skema inisiatif pajak.
(fjo)