Promosi Wisata yang Menginspirasi ala Film Bali: Beats of Paradise
A
A
A
JAKARTA - Kesuksesan film Bali: Beats of Paradise menambah keyakinan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya bahwa film merupakan media paling efektif untuk mempromosikan destinasi wisata.
Usai menonton film garapan sutradara muda Livi Zheng itu, Menpar pun mendorong pemerintah daerah dan pengelola destinasi wisata untuk memfilmkan destinasi wisata unggulan di daerahnya.
"(Bali: Beats of Paradise) ini benar-benar film pariwisata. Pengambilan gambarnya bagus dan di destinasi wisata yang bagus. Semoga menginspirasi destinasi lainnya. Saya dengar yang sudah ketularan itu Belitung, yang mau difilmkan juga oleh Livi," kata Menpar usai menghadiri premier film Bali: Beats Of Paradise di Jakarta, Rabu (14/8/2019) malam.
Efektivitas film dalam mendongkrak pariwisata telah terbukti, diantaranya di Selandia Baru yang menjadi lokasi syuting film Lord of The Ring. Di dalam negeri, film Laskar Pelangi juga sukses mengungkit perekonomian Belitung dari yang sebelumnya mengandalkan tambang timah jadi bergeser ke pariwisata.
Contoh lainnya adalah film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang mengangkat pariwisata Magelang dan Yogyakarta.
"Setelah penayangan film tersebut, lokasi yang digunakan dalam film pun dikunjungi banyak wisatawan," ucapnya.
Sementara film Bali: Beats of Paradise menceritakan tentang kehidupan seniman asal Bali bernama I Nyoman Wenten dan istrinya Nanik, yang memperkenalkan pariwisata dan budaya, khususnya gamelan dan tari Bali, kepada masyarakat dunia.
"Ketika budaya dan destinasi wisata dituangkan dalam satu film seperti ini bagus. Tanpa terasa penonton dikenalkan dengan beragam destinasi wisata seperti Ubud, Pemuteran, Canggu, dan banyak spot destinasi yang ditampilkan dalam film ini. Jadi, saya makin yakin bahwa film adalah salah satu media untuk promosi destinasi," tuturnya.
Menpar juga optimistis film yang dirilis pertengahan 2018 itu akan menjadikan Bali semakin populer di mata wisatawan mancanegara (wisman), terlebih film ini sudah ditayangkan di Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan di pesawat milik maskapai Singapore Airlines.
"Bali masih menjadi penyumbang terbesar kunjungan wisman, yaitu 40% dari keseluruhan wisman yang datang ke Tanah Air. Kontribusinya besar terhadap perolehan devisa pariwisata, nilainya mencapai USD8 miliar," sebut menteri asal Banyuwangi itu.
Menpar berharap agar sineas yang mengangkat film bertema pariwisata dan budaya Indonesia semakin banyak, sehingga lokasi wisata yang dikenal masyarakat pun bertambah.
Pada kesempatan yang sama, sutradara Livi Zheng berterima kasih atas sambutan dan dukungan yang diterimanya dari berbagai pihak.
Baginya, dukungan tersebut memberinya semangat untuk berkarya lebih baik lagi dalam membuat film.
"Sebagai orang Indonesia, harus kita yang mempromosikan negara kita. Karena latar belakang saya adalah film, saya menjadikan film sebagai salah satu cara mempromosikan Indonesia. Bahkan, dalam keseharian pun saya tetap menggunakan produk Indonesia," ungkap Livi yang tinggal di Negeri Paman Sam dan ikut berkiprah di Disney.
"Saya akan terus mengangkat Indonesia di film-film saya. Kemarin baru cari-cari lokasi syuting di Padang, dan juga di Jawa Timur baru selesai syuting untuk dua film layar lebar," sebutnya.
Livi mengaku senang karena industri film Indonesia kian berkembang dan produksi film juga terus meningkat. Sayangnya, kurang diimbangi dengan ketersediaan bioskop yang belum memadai.
"Harapan saya di setiap kabupaten itu ada bioskopnya," tandasnya.
Dubes RI untuk Korea Selatan Umar Hadi yang turut memproduseri film Bali: Beats of Paradise, menceritakan antusiasme penonton di Negeri Ginseng manakala film ini diputar di jaringan bioskop Lotte Cinema selama sekitar dua pekan pada bulan April.
"Mereka bilang, gara-gara nonton film ini jadi ingin berkunjung lagi ke Bali," ungkapnya.
Senada, Umar mengamini bahwa film merupakan salah satu media paling baik untuk mempromosikan pariwisata Indonesia dan hal-hal baiknya.
Berkaca kepada Livi yang sukses berkarier di Hollywood, Umar pun yakin ada banyak diaspora Indonesia lainnya yang potensial dan bisa mengharumkan nama bangsa.
"Orang Indonesia di negara manapun tinggalnya ternyata banyak talentanya. Hebat-hebat," tandasnya.
Film Bali: Beats of Paradise karya sutradara muda asal Blitar ini menceritakan kolaborasi antara Wenten dengan musisi dunia Judith Hill. Keduanya menggarap lagu Queen of the Hill, yang menggabungkan gamelan dan tari Bali, dengan musik barat bergenre funk.
Proses pembuatan film bergenre dokumenter ini memakan waktu selama satu tahun dengan lokasi syuting di Bali, Los Angeles, Boston. Film yang sarat nilai budaya ini lantas dirilis pada pertengahan 2018 di AS.
Di Indonesia, film Bali: Beats of Paradise dapat disaksikan di layar bioskop mulai 22 Agustus mendatang.
Usai menonton film garapan sutradara muda Livi Zheng itu, Menpar pun mendorong pemerintah daerah dan pengelola destinasi wisata untuk memfilmkan destinasi wisata unggulan di daerahnya.
"(Bali: Beats of Paradise) ini benar-benar film pariwisata. Pengambilan gambarnya bagus dan di destinasi wisata yang bagus. Semoga menginspirasi destinasi lainnya. Saya dengar yang sudah ketularan itu Belitung, yang mau difilmkan juga oleh Livi," kata Menpar usai menghadiri premier film Bali: Beats Of Paradise di Jakarta, Rabu (14/8/2019) malam.
Efektivitas film dalam mendongkrak pariwisata telah terbukti, diantaranya di Selandia Baru yang menjadi lokasi syuting film Lord of The Ring. Di dalam negeri, film Laskar Pelangi juga sukses mengungkit perekonomian Belitung dari yang sebelumnya mengandalkan tambang timah jadi bergeser ke pariwisata.
Contoh lainnya adalah film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang mengangkat pariwisata Magelang dan Yogyakarta.
"Setelah penayangan film tersebut, lokasi yang digunakan dalam film pun dikunjungi banyak wisatawan," ucapnya.
Sementara film Bali: Beats of Paradise menceritakan tentang kehidupan seniman asal Bali bernama I Nyoman Wenten dan istrinya Nanik, yang memperkenalkan pariwisata dan budaya, khususnya gamelan dan tari Bali, kepada masyarakat dunia.
"Ketika budaya dan destinasi wisata dituangkan dalam satu film seperti ini bagus. Tanpa terasa penonton dikenalkan dengan beragam destinasi wisata seperti Ubud, Pemuteran, Canggu, dan banyak spot destinasi yang ditampilkan dalam film ini. Jadi, saya makin yakin bahwa film adalah salah satu media untuk promosi destinasi," tuturnya.
Menpar juga optimistis film yang dirilis pertengahan 2018 itu akan menjadikan Bali semakin populer di mata wisatawan mancanegara (wisman), terlebih film ini sudah ditayangkan di Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan di pesawat milik maskapai Singapore Airlines.
"Bali masih menjadi penyumbang terbesar kunjungan wisman, yaitu 40% dari keseluruhan wisman yang datang ke Tanah Air. Kontribusinya besar terhadap perolehan devisa pariwisata, nilainya mencapai USD8 miliar," sebut menteri asal Banyuwangi itu.
Menpar berharap agar sineas yang mengangkat film bertema pariwisata dan budaya Indonesia semakin banyak, sehingga lokasi wisata yang dikenal masyarakat pun bertambah.
Pada kesempatan yang sama, sutradara Livi Zheng berterima kasih atas sambutan dan dukungan yang diterimanya dari berbagai pihak.
Baginya, dukungan tersebut memberinya semangat untuk berkarya lebih baik lagi dalam membuat film.
"Sebagai orang Indonesia, harus kita yang mempromosikan negara kita. Karena latar belakang saya adalah film, saya menjadikan film sebagai salah satu cara mempromosikan Indonesia. Bahkan, dalam keseharian pun saya tetap menggunakan produk Indonesia," ungkap Livi yang tinggal di Negeri Paman Sam dan ikut berkiprah di Disney.
"Saya akan terus mengangkat Indonesia di film-film saya. Kemarin baru cari-cari lokasi syuting di Padang, dan juga di Jawa Timur baru selesai syuting untuk dua film layar lebar," sebutnya.
Livi mengaku senang karena industri film Indonesia kian berkembang dan produksi film juga terus meningkat. Sayangnya, kurang diimbangi dengan ketersediaan bioskop yang belum memadai.
"Harapan saya di setiap kabupaten itu ada bioskopnya," tandasnya.
Dubes RI untuk Korea Selatan Umar Hadi yang turut memproduseri film Bali: Beats of Paradise, menceritakan antusiasme penonton di Negeri Ginseng manakala film ini diputar di jaringan bioskop Lotte Cinema selama sekitar dua pekan pada bulan April.
"Mereka bilang, gara-gara nonton film ini jadi ingin berkunjung lagi ke Bali," ungkapnya.
Senada, Umar mengamini bahwa film merupakan salah satu media paling baik untuk mempromosikan pariwisata Indonesia dan hal-hal baiknya.
Berkaca kepada Livi yang sukses berkarier di Hollywood, Umar pun yakin ada banyak diaspora Indonesia lainnya yang potensial dan bisa mengharumkan nama bangsa.
"Orang Indonesia di negara manapun tinggalnya ternyata banyak talentanya. Hebat-hebat," tandasnya.
Film Bali: Beats of Paradise karya sutradara muda asal Blitar ini menceritakan kolaborasi antara Wenten dengan musisi dunia Judith Hill. Keduanya menggarap lagu Queen of the Hill, yang menggabungkan gamelan dan tari Bali, dengan musik barat bergenre funk.
Proses pembuatan film bergenre dokumenter ini memakan waktu selama satu tahun dengan lokasi syuting di Bali, Los Angeles, Boston. Film yang sarat nilai budaya ini lantas dirilis pada pertengahan 2018 di AS.
Di Indonesia, film Bali: Beats of Paradise dapat disaksikan di layar bioskop mulai 22 Agustus mendatang.
(ind)