Penerapan B20 Diperluas, Pertamina Serap FAME 3,2 Juta KL
A
A
A
JAKARTA - Tren realisasi penyerapan bahan nabati untuk campuran Biosolar atau fatty acid methyl ester (FAME) terus meningkat. Per Juli 2019, Pertamina mencatat penyerapan FAME mencapai 3,2 juta kiloliter atau 59% dari alokasi FAME pada 2019.
Sementara, realisasi penyerapan FAME pada 2018 sebesar 3,2 juta kiloliter. Dengan demikian, penyerapan FAME selama periode Januari-Juli 2019 sudah menyamai realisasi selama satu tahun 2018.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan tren realisasi penggunaan FAME dalam Biosolar meningkat seiring upaya Pertamina untuk memasok seluruh industri dengan Biosolar sesuai regulasi. "Pertamina selalu siap memasok kebutuhan industri dengan bahan bakar sesuai yang diperlukan," kata Fajriyah di Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Per 1 September 2018, implementasi program pencampuran 20% FAME ke dalam Minyak Solar atau Biosolar B20 sudah diperluas ke sektor non-PSO, sehingga saat ini penjualan B20 sudah dilakukan baik pada sektor PSO maupun non-PSO.
Pertamina kini memiliki 111 terminal BBM yang siap untuk mendistribusikan B20, sedangkan titik pencampuran FAME dilaksanakan di 29 titik pencampuran yaitu 26 terminal BBM dan tiga kilang. "Konsumsi Biosolar terbesar ada di sektor transportasi," ujar Fajriyah.
Sejak Mei 2019, Pertamina tidak lagi melakukan impor diesel karena kebutuhan Minyak Solar di dalam negeri sudah bisa dipenuhi dari hasil produksi kilang-kilang Pertamina. Untuk sektor industri, Pertamina melayani seluruh sektor industri yang membutuhkan jenis BBM diesel dengan Biosolar. Hingga saat ini, sektor listrik dan pertambangan adalah dua sektor terbesar yang menyerap Biosolar.
Sementara, realisasi penyerapan FAME pada 2018 sebesar 3,2 juta kiloliter. Dengan demikian, penyerapan FAME selama periode Januari-Juli 2019 sudah menyamai realisasi selama satu tahun 2018.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan tren realisasi penggunaan FAME dalam Biosolar meningkat seiring upaya Pertamina untuk memasok seluruh industri dengan Biosolar sesuai regulasi. "Pertamina selalu siap memasok kebutuhan industri dengan bahan bakar sesuai yang diperlukan," kata Fajriyah di Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Per 1 September 2018, implementasi program pencampuran 20% FAME ke dalam Minyak Solar atau Biosolar B20 sudah diperluas ke sektor non-PSO, sehingga saat ini penjualan B20 sudah dilakukan baik pada sektor PSO maupun non-PSO.
Pertamina kini memiliki 111 terminal BBM yang siap untuk mendistribusikan B20, sedangkan titik pencampuran FAME dilaksanakan di 29 titik pencampuran yaitu 26 terminal BBM dan tiga kilang. "Konsumsi Biosolar terbesar ada di sektor transportasi," ujar Fajriyah.
Sejak Mei 2019, Pertamina tidak lagi melakukan impor diesel karena kebutuhan Minyak Solar di dalam negeri sudah bisa dipenuhi dari hasil produksi kilang-kilang Pertamina. Untuk sektor industri, Pertamina melayani seluruh sektor industri yang membutuhkan jenis BBM diesel dengan Biosolar. Hingga saat ini, sektor listrik dan pertambangan adalah dua sektor terbesar yang menyerap Biosolar.
(akr)