Investasi di KEK Galang Batang Ditargetkan Capai Rp17 T di 2020
A
A
A
JAKARTA - Investasi yang masuk di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Bintan, Kepulauan Riau diperkirakan mencapai Rp15-17 triliun pada akhir tahun 2020. Hal itu berkaitan dengan investasi pabrik alumina refinery PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) di KEK tersebut.
"Hingga Agustus ini, BAI telah merealisasikan investasi Rp5 triliun," kata Direktur Utama BAI Santoni dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (24/8/2019).
Dia menjelaskan, investasi Rp5 triliun itu digunakan untuk membangun pabrik alumina refinery yang saat ini telah selesai pembangunan pondasi dan struktur dasarnya. Kemudian, pelabuhan dengan dermaga serba guna 2x35.000 Dwt dan dermaga tongkang 4x10.000 Dwt yang pembangunannya sudah mencapai 95%, serta infrastruktur dasar lainnya di kawasan itu.
Realisasi investasi itu menurutnya akan meningkat drastis menjadi Rp15 triliun hingga Rp17 triliun pada akhir tahun 2020. Perusahaan, kata dia, menargetkan pada Desember tahun 2020 pabrik sudah mulai produksi.
"Kami bekerja keras mengejar target produksi di akhir tahun 2020. Karena itu kami meminta dukungan pemerintah agar semua bisa sesuai jadwal. Target ini tidak mudah dicapai tanpa dukungan semua pihak," kata Santoni.
Dia melanjutkan, pada triwulan I/2021, BAI menargetkan sudah bisa mengekspor alumina sebanyak 1 juta ton dengan devisa yang tercipta diperkirakan USD350 juta.
Seperti diketahui, KEK Galang Batang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No 42 Tahun 2017 dengan target nilai investasi Rp36,25 triliun selama lima tahun, dan mampu menyerap tenaga kerja 23.200 orang. BIA merupakan perusahaan pembangun dan pengelola KEK Galang Batang.
Santoni menjelaskan, hingga saat ini pihaknya telah menguasai lahan seluas 1.750 hektare dari target 2.333 hektare. Lahan seluas itu untuk membangun pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (refining) menjadi alumina berkapasitas 2 juta ton per tahun, pengolahan alumina menjadi aluminium ingot (smelting) berkapasitas 1 juta ton per tahun, pengembangan PLTU, dan pengembangan pelabuhan bongkar muat.
"Untuk mendukung operasional pabrik-pabrik pengolahan alumina ini, secara bertahap hingga tahap tiga nanti kami akan membangun PLTU 2.000 MW. Semua dana investasi dari BAI sendiri," kata Santoni.
Pengembangan KEK Galang Batang dilakukan secara bertahap dalam 3 tahapan pembangunan. Tahap I, jangka waktu 2016-2020 merupakan tahapan persiapan kawasan secara menyeluruh menjadi kawasan basis industri dengan menyusun organisasi pelaksana dan pengelolaan kawasan, penyiapan kerja sama dan kemitraan, pembangunan industri pengolahan, peningkatan infrastruktur dan logistik, dan hal lain yang diperlukan.
Tahap II, jangka waktu 2020-2026 diarahkan kepada pengembangan kaveling industri turunan refinery dan smelter alumina, antara lain industri manufaktur, industri automotif, dan industri lain berbasis alumina, serta fasilitas pendukung lain.
Tahap III, jangka waktu 2026-2030 merupakan tahap akhir dari pengembangan Kawasan yang diarahkan untuk melengkapi seluruh fasilitas yang diperlukan sesuai dengan master plan.
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Kemenko Ekonomi Wahyu Utomo menegaskan, pemerintah memberi dukungan penuh terhadap kelancaran pembangunan dan investasi di KEK Galang Batang yang memberi dampak ekonomi signifikan terhadap daerah dan juga nasional.
"Misalnya soal sertifikasi lahan dan proses perizinan, kita akan bantu koordinasikan dengan instansi terkait supaya semua berjalan lancar," tegasnya.
"Hingga Agustus ini, BAI telah merealisasikan investasi Rp5 triliun," kata Direktur Utama BAI Santoni dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (24/8/2019).
Dia menjelaskan, investasi Rp5 triliun itu digunakan untuk membangun pabrik alumina refinery yang saat ini telah selesai pembangunan pondasi dan struktur dasarnya. Kemudian, pelabuhan dengan dermaga serba guna 2x35.000 Dwt dan dermaga tongkang 4x10.000 Dwt yang pembangunannya sudah mencapai 95%, serta infrastruktur dasar lainnya di kawasan itu.
Realisasi investasi itu menurutnya akan meningkat drastis menjadi Rp15 triliun hingga Rp17 triliun pada akhir tahun 2020. Perusahaan, kata dia, menargetkan pada Desember tahun 2020 pabrik sudah mulai produksi.
"Kami bekerja keras mengejar target produksi di akhir tahun 2020. Karena itu kami meminta dukungan pemerintah agar semua bisa sesuai jadwal. Target ini tidak mudah dicapai tanpa dukungan semua pihak," kata Santoni.
Dia melanjutkan, pada triwulan I/2021, BAI menargetkan sudah bisa mengekspor alumina sebanyak 1 juta ton dengan devisa yang tercipta diperkirakan USD350 juta.
Seperti diketahui, KEK Galang Batang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No 42 Tahun 2017 dengan target nilai investasi Rp36,25 triliun selama lima tahun, dan mampu menyerap tenaga kerja 23.200 orang. BIA merupakan perusahaan pembangun dan pengelola KEK Galang Batang.
Santoni menjelaskan, hingga saat ini pihaknya telah menguasai lahan seluas 1.750 hektare dari target 2.333 hektare. Lahan seluas itu untuk membangun pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (refining) menjadi alumina berkapasitas 2 juta ton per tahun, pengolahan alumina menjadi aluminium ingot (smelting) berkapasitas 1 juta ton per tahun, pengembangan PLTU, dan pengembangan pelabuhan bongkar muat.
"Untuk mendukung operasional pabrik-pabrik pengolahan alumina ini, secara bertahap hingga tahap tiga nanti kami akan membangun PLTU 2.000 MW. Semua dana investasi dari BAI sendiri," kata Santoni.
Pengembangan KEK Galang Batang dilakukan secara bertahap dalam 3 tahapan pembangunan. Tahap I, jangka waktu 2016-2020 merupakan tahapan persiapan kawasan secara menyeluruh menjadi kawasan basis industri dengan menyusun organisasi pelaksana dan pengelolaan kawasan, penyiapan kerja sama dan kemitraan, pembangunan industri pengolahan, peningkatan infrastruktur dan logistik, dan hal lain yang diperlukan.
Tahap II, jangka waktu 2020-2026 diarahkan kepada pengembangan kaveling industri turunan refinery dan smelter alumina, antara lain industri manufaktur, industri automotif, dan industri lain berbasis alumina, serta fasilitas pendukung lain.
Tahap III, jangka waktu 2026-2030 merupakan tahap akhir dari pengembangan Kawasan yang diarahkan untuk melengkapi seluruh fasilitas yang diperlukan sesuai dengan master plan.
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Kemenko Ekonomi Wahyu Utomo menegaskan, pemerintah memberi dukungan penuh terhadap kelancaran pembangunan dan investasi di KEK Galang Batang yang memberi dampak ekonomi signifikan terhadap daerah dan juga nasional.
"Misalnya soal sertifikasi lahan dan proses perizinan, kita akan bantu koordinasikan dengan instansi terkait supaya semua berjalan lancar," tegasnya.
(fjo)