Butuh Sosok Komprehensif Guna Kerek Pertumbuhan Ekonomi Sektor Kelautan
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, perekonomian Indonesia baru bisa ditingkatkan bila kita memiliki SDM yang unggul dan inovatif dalam menyongsong era industri 4.0. Dengan demikian, Indonesia bisa mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 7%. Poin pidato kenegaraan Presiden Jokowi ini mendapat respon positif dari berbagai pengamat dan kalangan ekonomi, salah satunya Mohammad Faisal, Direktur CORE Indonesia.
Menurutnya peningkatan kualitas SDM sangat relevan, dan sudah saatnya untuk mewujudkan SDM unggul, dengan melakukan akselerasi dan bersinergi dengan berbagai pihak.
"Pembangunan SDM dimensinya luas, dan kita harus siapkan SDM berdaya saing unggul di dalam dan luar negeri," ujar Faisal kepada SINDOnews, Kamis (29/8/2019).
Faisal menambahkan, apa yang Jokowi sampaikan, terutama dalam hal menciptakan dan mewujudkan SDM unggul merupakan kerja yang musti dilakukan untuk periode kedua atau masa lima tahun ke depan.
"Program atau agenda ini pendekatan yang fokus agar menjadi kerja efisien dan efektif dengan hasil maksimal," tambah alumni S1 Jurusan Teknik Planologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Lanjut dia, hal ini merupakan program pembangunan yang sinerginya harus diarahkan pemerintah. Dalam hal SDM, harus dilakukan akselerasi atau percepatan dan vokasi atau pengarahan SDM berdasarkan keahliannya. Misal lulusan SMA dan SMK harus diarahkan dengan training yang membekali keahlian selanjutnya supaya menciptakan tenaga kerja yang berdaya saing unggul.
Faisal mengungkapkan, Indonesia sejatinya memiliki kemampuan untuk mewujudkan SDM unggul dan berinovasi. Dengan melihat potensi tenaga kerja kita yang diserap industri padat karya dan padat modal, itu bisa dilakukan dengan sistem sinergi pemerintah dan swasta, dari hulu ke hilir.
"Hal ini menjadi daya tarik bagi para investor asing yang akan investasi di Indonesia," ujar Faisal, lulusan terbaik ITB tahun 1998 dan peraih gelar Master di bidang Studi Pembangunan dari Universitas Melbourne, Australia pada 2006 ini.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Doktor Ekonomi Politik dari Universitas Queensland, Australia ini, masih akan berada pada 5%. Oleh karena itu, pemerintah perlu memiliki agenda dan program multi yang dikerjakan pada periode kepemimpinan lima tahun ke depan yaitu soal SDM Unggul, Inovasi, Industri 4.0. Lalu ada lagi tentang keberlanjutan program infrastruktur yang masih terus berjalan, dan juga tentang masalah pemindahan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan.
"Ini pekerjaan rumah Pak Jokowi yang berat. Karena, selain akan banyak biaya yang membebani negara, juga karena Indonesia masih mengalami tempaan eknomi dari faktor eksternal dan internal. Tetapi saya yakin, dengan sinergi yang berkesinambungan dan berkelanjutan dari hulu ke hilir akan menjadi probem solving terbaik," kata Faisal.
Sektor Kelautan Kekuatan Untuk Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi
Ketika ditanya komentarnya tentang Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman, Faisal yang pernah bergabung di Econit Advisory Group ini mengatakan, salah satu kekuatan besar Indonesia adalah potensi laut yang luar biasa. Tetapi hal ini, tidak memiliki arti besar, jika kita tidak memiliki sosok yang konprehensif untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi agar bisa melejit lebih dari 5%.
"Sayangnya, dari perikanan terutama ketenagakerjaan nelayan sering kali menjadi tenaga kerja yang tidak dipandang dan tidak memiliki daya saing unggul," ujar Faisal.
Padahal Indonesia bisa mewujudkan nelayan sebagai SDM unggul dan berinovasi yang siap menuju industri 4.0. Caranya sinergi yang dilakukan pemerintah dari hulu ke hilir, sehingga bisa menjadikan para nelayan sebagai tenaga kerja yang berdaya saing unggul.
Menurut Faisal, bidang Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman bisa menjadi daya ungkit untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Karena itulah dibutuhkan sosok atau tokoh yang komprehensif yaitu memiliki aspek kapabel, berjiwa kepemimpinan, berani, berpengalaman atau pakar di bidangnya, memiliki program, dan memiliki kemampuan teknis manajemen," ujar Faisal.
Ia melihat sosok Menteri KKP Susi Pujiastuti memang berani, memiliki jiwa kepemimpinan dalam hal pengamanan teritorial. Tetapi bidang Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman bukan soal ini semata. "Bu Susi bisa kuat dengan pengamanan teritorial, tetapi ada hal utama juga mengenai pengelolaan, meningkatkan produktivitas, daya saing dan sebagainya," kata Faisal.
Karena itu, Faisal berpendapat ada beberapa tokoh lama yang dinilai pas atau tepat di bidang Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman. Faisal menyebut sosok seperti Rokhmin Dahuri yang namanya belakangan banyak disebut masuk dalam bursa para menteri.
"Saya tidak berkompeten menyebutkan tentang tokoh yang akan jadi menteri. Pada sosok Pak Rokhmin, saya melihat beliau memiliki kepakaran, berpengalaman dan berpengetahuan mumpuni di bidangnya. Namun memang harus dilihat lagi, apakah sosok yang belakangan namanya muncul, termasuk Pak Rokhmin akan banyak masukan dari berbagai pihak. Karena itu hak prerogatif Presiden Jokowi untuk memutuskan para pembantunya," kata Faisal.
Pria asal Kalimantan Timur ini juga meyakini untuk bidang ekonomi, kelautan dan sebagainya harus diisi kriteria yang seperti disebutkan tadi, termasuk mengerjakan dan mewujudkan multi agenda dan program pada lima tahun ke depan.
Sementara itu, Samsul B. Ibrahim, Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Teman Jokowi, mengatakan kondisi sosial ekonomi di Indonesia memiliki banyak masalah dalam hal pengangguran dan kemiskinan, ketimpangan sosial, disparitas pembangunan antar wilayah, penderita gizi buruk, daya saing dan indek Pembangunan Manusia (IPM) rendah serta kerusakan lingkungan.
"Kita butuh sosok komprehensif yang mengerti detail persoalan ekonomi dan kelautan," kata Samsul.
Pria asal Aceh ini, mengutip Rokhmin Dahuri tentang Indonesia yang belum maju dan sejahtera hingga saat ini, yang disebabkan pertumbuhan ekonomi masih rendah yaitu masih di bawah 7% per tahun. "Belum lagi masalah ketenagakerjaan yang kurang berkualitas, kurang inklusif dan unsustainable," ujar Samsul.
Menurutnya, sektor primer Indonesia seperti pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan dan pertambangan yang masih dikerjakan secara tradisional, bisa menjadi sela yang bagus dan positif demi meningkatkan SDM Unggul, Inovasi menuju industri 4.o seperti isi pidato Presiden Jokowi.
"Sosok Rokhmin, saya kira salah satu SDM yang tepat, kalau misalnya Pak Jokowi mempercayainya menjadi menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan," tegasnya.
Samsul yang sependapat dengan pernyataan Mohammad Faisal, bahwa Indonesia memiliki sektor primer Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman yang menjadi salah satu kekuatan besar untuk mewujudkan angka pertumbuhan ekonomi yang bisa melejit lebih dari 5%.
Samsul mengatakan, untuk sektor Kelautan, Perikanan dan Kemartiman tentunya membutuhkan sosok seseorang seperti Rokhmin. Sosok yang dinilai memiliki kemampuan dan kapasitas yang secara teknis, kepemimpinan, manajemen, memiliki program dan mampu mewujudkan sinergi yang harus dilakukan pemerintah dari hulu ke hilir.
"Tokoh seperti beliau bisa menjadi salah satu tokoh pemegang amanat Kabinet Kerja Presiden Jokowi berikutnya, untuk optimis Indonesia Maju," pungkasnya.
Menurutnya peningkatan kualitas SDM sangat relevan, dan sudah saatnya untuk mewujudkan SDM unggul, dengan melakukan akselerasi dan bersinergi dengan berbagai pihak.
"Pembangunan SDM dimensinya luas, dan kita harus siapkan SDM berdaya saing unggul di dalam dan luar negeri," ujar Faisal kepada SINDOnews, Kamis (29/8/2019).
Faisal menambahkan, apa yang Jokowi sampaikan, terutama dalam hal menciptakan dan mewujudkan SDM unggul merupakan kerja yang musti dilakukan untuk periode kedua atau masa lima tahun ke depan.
"Program atau agenda ini pendekatan yang fokus agar menjadi kerja efisien dan efektif dengan hasil maksimal," tambah alumni S1 Jurusan Teknik Planologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Lanjut dia, hal ini merupakan program pembangunan yang sinerginya harus diarahkan pemerintah. Dalam hal SDM, harus dilakukan akselerasi atau percepatan dan vokasi atau pengarahan SDM berdasarkan keahliannya. Misal lulusan SMA dan SMK harus diarahkan dengan training yang membekali keahlian selanjutnya supaya menciptakan tenaga kerja yang berdaya saing unggul.
Faisal mengungkapkan, Indonesia sejatinya memiliki kemampuan untuk mewujudkan SDM unggul dan berinovasi. Dengan melihat potensi tenaga kerja kita yang diserap industri padat karya dan padat modal, itu bisa dilakukan dengan sistem sinergi pemerintah dan swasta, dari hulu ke hilir.
"Hal ini menjadi daya tarik bagi para investor asing yang akan investasi di Indonesia," ujar Faisal, lulusan terbaik ITB tahun 1998 dan peraih gelar Master di bidang Studi Pembangunan dari Universitas Melbourne, Australia pada 2006 ini.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Doktor Ekonomi Politik dari Universitas Queensland, Australia ini, masih akan berada pada 5%. Oleh karena itu, pemerintah perlu memiliki agenda dan program multi yang dikerjakan pada periode kepemimpinan lima tahun ke depan yaitu soal SDM Unggul, Inovasi, Industri 4.0. Lalu ada lagi tentang keberlanjutan program infrastruktur yang masih terus berjalan, dan juga tentang masalah pemindahan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan.
"Ini pekerjaan rumah Pak Jokowi yang berat. Karena, selain akan banyak biaya yang membebani negara, juga karena Indonesia masih mengalami tempaan eknomi dari faktor eksternal dan internal. Tetapi saya yakin, dengan sinergi yang berkesinambungan dan berkelanjutan dari hulu ke hilir akan menjadi probem solving terbaik," kata Faisal.
Sektor Kelautan Kekuatan Untuk Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi
Ketika ditanya komentarnya tentang Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman, Faisal yang pernah bergabung di Econit Advisory Group ini mengatakan, salah satu kekuatan besar Indonesia adalah potensi laut yang luar biasa. Tetapi hal ini, tidak memiliki arti besar, jika kita tidak memiliki sosok yang konprehensif untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi agar bisa melejit lebih dari 5%.
"Sayangnya, dari perikanan terutama ketenagakerjaan nelayan sering kali menjadi tenaga kerja yang tidak dipandang dan tidak memiliki daya saing unggul," ujar Faisal.
Padahal Indonesia bisa mewujudkan nelayan sebagai SDM unggul dan berinovasi yang siap menuju industri 4.0. Caranya sinergi yang dilakukan pemerintah dari hulu ke hilir, sehingga bisa menjadikan para nelayan sebagai tenaga kerja yang berdaya saing unggul.
Menurut Faisal, bidang Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman bisa menjadi daya ungkit untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Karena itulah dibutuhkan sosok atau tokoh yang komprehensif yaitu memiliki aspek kapabel, berjiwa kepemimpinan, berani, berpengalaman atau pakar di bidangnya, memiliki program, dan memiliki kemampuan teknis manajemen," ujar Faisal.
Ia melihat sosok Menteri KKP Susi Pujiastuti memang berani, memiliki jiwa kepemimpinan dalam hal pengamanan teritorial. Tetapi bidang Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman bukan soal ini semata. "Bu Susi bisa kuat dengan pengamanan teritorial, tetapi ada hal utama juga mengenai pengelolaan, meningkatkan produktivitas, daya saing dan sebagainya," kata Faisal.
Karena itu, Faisal berpendapat ada beberapa tokoh lama yang dinilai pas atau tepat di bidang Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman. Faisal menyebut sosok seperti Rokhmin Dahuri yang namanya belakangan banyak disebut masuk dalam bursa para menteri.
"Saya tidak berkompeten menyebutkan tentang tokoh yang akan jadi menteri. Pada sosok Pak Rokhmin, saya melihat beliau memiliki kepakaran, berpengalaman dan berpengetahuan mumpuni di bidangnya. Namun memang harus dilihat lagi, apakah sosok yang belakangan namanya muncul, termasuk Pak Rokhmin akan banyak masukan dari berbagai pihak. Karena itu hak prerogatif Presiden Jokowi untuk memutuskan para pembantunya," kata Faisal.
Pria asal Kalimantan Timur ini juga meyakini untuk bidang ekonomi, kelautan dan sebagainya harus diisi kriteria yang seperti disebutkan tadi, termasuk mengerjakan dan mewujudkan multi agenda dan program pada lima tahun ke depan.
Sementara itu, Samsul B. Ibrahim, Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Teman Jokowi, mengatakan kondisi sosial ekonomi di Indonesia memiliki banyak masalah dalam hal pengangguran dan kemiskinan, ketimpangan sosial, disparitas pembangunan antar wilayah, penderita gizi buruk, daya saing dan indek Pembangunan Manusia (IPM) rendah serta kerusakan lingkungan.
"Kita butuh sosok komprehensif yang mengerti detail persoalan ekonomi dan kelautan," kata Samsul.
Pria asal Aceh ini, mengutip Rokhmin Dahuri tentang Indonesia yang belum maju dan sejahtera hingga saat ini, yang disebabkan pertumbuhan ekonomi masih rendah yaitu masih di bawah 7% per tahun. "Belum lagi masalah ketenagakerjaan yang kurang berkualitas, kurang inklusif dan unsustainable," ujar Samsul.
Menurutnya, sektor primer Indonesia seperti pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan dan pertambangan yang masih dikerjakan secara tradisional, bisa menjadi sela yang bagus dan positif demi meningkatkan SDM Unggul, Inovasi menuju industri 4.o seperti isi pidato Presiden Jokowi.
"Sosok Rokhmin, saya kira salah satu SDM yang tepat, kalau misalnya Pak Jokowi mempercayainya menjadi menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan," tegasnya.
Samsul yang sependapat dengan pernyataan Mohammad Faisal, bahwa Indonesia memiliki sektor primer Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman yang menjadi salah satu kekuatan besar untuk mewujudkan angka pertumbuhan ekonomi yang bisa melejit lebih dari 5%.
Samsul mengatakan, untuk sektor Kelautan, Perikanan dan Kemartiman tentunya membutuhkan sosok seseorang seperti Rokhmin. Sosok yang dinilai memiliki kemampuan dan kapasitas yang secara teknis, kepemimpinan, manajemen, memiliki program dan mampu mewujudkan sinergi yang harus dilakukan pemerintah dari hulu ke hilir.
"Tokoh seperti beliau bisa menjadi salah satu tokoh pemegang amanat Kabinet Kerja Presiden Jokowi berikutnya, untuk optimis Indonesia Maju," pungkasnya.
(ven)