Menristekdikti: Kendaraan Listrik Butuh Ekosistem Pendukung

Kamis, 05 September 2019 - 07:12 WIB
Menristekdikti: Kendaraan Listrik Butuh Ekosistem Pendukung
Menristekdikti: Kendaraan Listrik Butuh Ekosistem Pendukung
A A A
JAKARTA - Salah satu tujuan pemerintah mendorong pengembangan mobil listrik adalah untuk memulai suatu babak baru dalam dunia berkendara. Namun, pengembangan mobil listrik harus didukung oleh ekosistem dan dukungan semua pihak. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, untuk mengembangkan kendaraan listrik di Indonesia perlu diciptakan ekosistem yang mendukung.

Selain unsur perekayasa dan peneliti, sinergitas antarkementerian dan lembaga serta dunia industri sangat penting bagi kemajuan pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Tanpa adanya ekosistem yang baik, maka pengembangan mobil listrik di Indonesia akan sangat terhambat. Untuk mengembangkan mobil listrik, perlu adanya integritas sangat masif dari kementerian/lembaga negara ataupun BUMN terkait.

"Seperti tempat pengisian baterai di mana saja dan kapan saja dengan cepat, PLN harus berpartisipasi. Lalu, terkait bea masuk spare part dan lain-lain, Kemenkeu harus masuk. Semua K/L harus bersinergi,” kata Nasir saat memberikan keynote speech pada Pameran Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2019 di Balai Kartini Jakarta, kemarin.

Pameran, seminar, dan konvoi kendaraan berbasis listrik dalam IEMS 2019 diharapkan memberikan kontribusi pada percepatan kendaraan berbasis listrik serta memiliki daya ungkit besar bagi kesiapan Indonesia menghadapi era kendaraan berbasis listrik.

Hasil inovasi karya anak bangsa ini pun harus mampu unjuk gigi dan bersaing di tengah pesatnya perkembangan kendaraan listrik global dari berbagai pabrikan kendaraan ternama dunia, baik itu kendaraan listrik hybrid, kendaraan listrik berbasis baterai (battery electric vehicle), maupun autonomous vehicle.

Nasir mengatakan, pengembangan kendaraan listrik ini menandai masuknya Indonesia dalam tren dunia baru berkendara. Pemerintah pun sangat serius karena Presiden juga telah menerbitkan Perpres No 55/2019 tentang Percepatan Kendaraan Listrik Berbasis Baterai dan UU No 11/2019 tentang Sisnas Iptek.

“Ini adalah awal kita ingin memasuki dunia baru dalam dunia kendaraan. Perpres 55 tahun 2019 lalu diikuti UU 11 tahun 2019 bisa diintegrasikan dalam berbagai kegiatan, seperti penelitian, pengkajian, dan penerapan teknologi untuk invensi teknologi,” ungkap mantan Rektor Undip ini. Dalam memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) kendaraan listrik, Menristekdikti menyatakan untuk bahan baku komponen baterai segera diproduksi dari Morowali.

Selain ramah lingkungan, Menristekdikti juga memaparkan tiga manfaat apabila masyarakat beralih dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik, yakni membuat keuangan negara lebih sehat, membuat generasi mendatang yang lebih sehat, dan terakhir membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa mandiri serta berdaya saing tinggi dalam mengembangkan kendaraan listrik.

“Ada tiga benefit mobil listrik apabila dikembangkan di Indonesia, pertama adalah kebutuhan energi kita masih impor sekitar 60.000 barel per harinya, cukup besar kan anggaran negara untuk membeli itu. Kedua, kita harus memikirkan generasi selanjutnya agar lebih sehat. Ketiga, membangun kapasitas nasional untuk membuat kendaraan secara mandiri khususnya kendaraan listrik,” ujarnya.

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko juga berharap pengembangan mobil listrik ini didukung dengan ekosistem yang baik. Sebab untuk mewujudkan kendaraan listrik ini tidak bisa berdiri sendiri. Ekosistem yang dibangun itu mencakup ketersediaan listrik dan juga area pengisian baterai.

Dia juga mendukung peran BPPT dalam pembangunan stasiun pengisian kendaraan listrik. Moeldoko mengatakan, penggunaan mobil listrik sebagai sarana penunjang di ibu kota baru bisa menjadi masukan. Selain itu, juga perlu didukung penggunaan kendaraan listrik di daerah wisata sehingga wisatawan bisa menikmati udara bersih.

Menurut dia, ada empat manfaat dari kendaraan listrik ini, yakni hemat impor BBM, menciptakan lingkungan yang bersih untuk masa depan, membangun kapasitas nasional agar bisa memproduksi sendiri kendaraan listrik, dan memberikan keuntungan bagi PLN karena listrik bisa dipakai untuk pengisian kendaraan.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5786 seconds (0.1#10.140)