Garap Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya, PT SESM Gandeng ITB Soal Riset
A
A
A
BANDUNG - PT Sumber Energi Sukses Makmur (SESM), perusahaan perdagangan batu bara nasional melebarkan ekspansi dengan mengembangkan pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) khususnya melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dua proyek yang tengah di sasar PT SESM tersebut yakni PLTS apung (elevated) pada salah satu danau terbesar di Sumatera Utara (Sumut) dan PLTS di lokasi bekas lahan tambang BUMN di wilayah Sumatera Selatan.
Studi kelayakan yang sudah dilakukan untuk pembangunan PLTS apung di Sumut, rencananya berkapasitas 400 megawatt (MW). “Jaringan yang terpasang 150 kv sehingga PT SESM menggunakan kapasitas yang sesuai, yakni 20 MW siang dan 20 MW malam. Itu juga pemakaiannya sekitar 5 jam siang dan peak 5 jam malam,” jelas Direktur Utama SESM Zulfian Mirza lewat keterangannya di Bandung, Senin (9/9/2019).
Menurut Zulfian, pemilihan PLTS apung dan lokasi bekas lahan tambang, bertujuan agar biaya investasi PLTS bisa diminimalkan. Dengan demikian akan menghasilkan harga listrik yang sangat kompetitif kepada PLN untuk didistribusikan. Untuk program PLTS yang memanfaatkan lahan bekas tambang di Sumatera Selatan, PT SESM bekerjasama dengan perusahaan BUMN.
“Setelah PLTS di Sumut, kami akan masuk ke PLTS eks lahan tambang di Sumsel. Ada lahan 100 ha yang sudah digunakan oleh tambang, relatif flat dan milik BUMN. Kami tahun lalu sudah MoU dan sekarang sedang dilakukan studi kelayakan dan izin lainnya,” paparnya.
Sebagai upaya untuk mendukung keberlanjutan proyek-proyek tersebut, PT SESM menggandeng Jurusan Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk kerjasama riset. Pada 5 September 2019 kemarin, PT SESM dan FTTM ITB melakukan Peresmian dan Serah Terima hibah PLTS Atap mini berkapasitas 10 kWp (kilowatt peak) yang berlokasi di lantai 5 Gedung Tambang FTTM ITB, Bandung.
Penandatanganan Peresmian dan Serah Terima pengoperasian PLTS Atap tersebut dilakukan oleh Direktur Utama PT SESM dan Dekan FTTM, Prof Sri Widyantoro. Hibah PLTS Atap 10 kWp tersebut merupakan tindaklanjut dari penandatanganan kerjasama yang telah dilakukan sebelumnya pada 2 April 2019, dalam rangka pengembangan teknologi yang berkaitan dengan PLTS.
“April lalu kami sudah tandatangan Memorandum of Agreement di bidang riset dan dilanjutkan kerjasama pemasangan mini PLTS 10 kWp untuk mendukung kegiatan riset di teknik metalurgi ITB. Dengan kerjasama ini kami harap bisa menghasilkan satu inovasi produk-produk baru. Kita harapkan tahun depan untuk pelaksanaan proyek bisa mendapat dukungan dari profesional atau tenaga ahli dari Jurusan Teknik Metalurgi ITB untuk proyek di lapangan,” imbuh Zulfian.
Sementara itu, Dekan FTTM ITB, Sri Widyantoro mengaku, bangga dengan kerja sama dan hibah pembangunan PLTS Atap di lingkungan FTTM ITB tersebut. Kerja sama tersebut akan menjadi pengalaman berharga bagi pihaknya dalam bekerjasama dengan pihak industri.
“Jadi kami selalu membuka diri untuk kerjasama dengan industri dan banyak sekali manfaatnya bagi dosen dan mahasiswa FTTM untuk pembelajaran. PLTS berkapasitas 10 kWp bisa untuk menerangi satu lantai di gedung ini. Ke depan kita memang harus ke renewable energy dan kami sekarang sudah punya Program Studi S-2 Geothermal dan ke depan akan terus kami kembangkan untuk energi terbarukan,” terang Sri Widyantoro.
Pihak FTTM ITB berkomitmen untuk ikut melakukan riset dalam rangka mendorong efisiensi PLTS diantaranya untuk teknologi material photovoltaic solar sel dan baterai melalui Jurusan Teknik Metalurgi FTTM, juga memungkinkan kerjasama dengan lintas-fakultas di ITB untuk mengembangkan solar sel secara keseluruhan.
Sebagai informasi, selain berekspansi membangun PLTS, PT SESM merupakan perusahaan yang memasok batu bara ke 16 lokasi PLTU untuk PT PLN (Persero). Batu bara yang disuplai ke PLN berasal dari Kalimantan Selatan, Kaltim dan Sumsel.
Studi kelayakan yang sudah dilakukan untuk pembangunan PLTS apung di Sumut, rencananya berkapasitas 400 megawatt (MW). “Jaringan yang terpasang 150 kv sehingga PT SESM menggunakan kapasitas yang sesuai, yakni 20 MW siang dan 20 MW malam. Itu juga pemakaiannya sekitar 5 jam siang dan peak 5 jam malam,” jelas Direktur Utama SESM Zulfian Mirza lewat keterangannya di Bandung, Senin (9/9/2019).
Menurut Zulfian, pemilihan PLTS apung dan lokasi bekas lahan tambang, bertujuan agar biaya investasi PLTS bisa diminimalkan. Dengan demikian akan menghasilkan harga listrik yang sangat kompetitif kepada PLN untuk didistribusikan. Untuk program PLTS yang memanfaatkan lahan bekas tambang di Sumatera Selatan, PT SESM bekerjasama dengan perusahaan BUMN.
“Setelah PLTS di Sumut, kami akan masuk ke PLTS eks lahan tambang di Sumsel. Ada lahan 100 ha yang sudah digunakan oleh tambang, relatif flat dan milik BUMN. Kami tahun lalu sudah MoU dan sekarang sedang dilakukan studi kelayakan dan izin lainnya,” paparnya.
Sebagai upaya untuk mendukung keberlanjutan proyek-proyek tersebut, PT SESM menggandeng Jurusan Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk kerjasama riset. Pada 5 September 2019 kemarin, PT SESM dan FTTM ITB melakukan Peresmian dan Serah Terima hibah PLTS Atap mini berkapasitas 10 kWp (kilowatt peak) yang berlokasi di lantai 5 Gedung Tambang FTTM ITB, Bandung.
Penandatanganan Peresmian dan Serah Terima pengoperasian PLTS Atap tersebut dilakukan oleh Direktur Utama PT SESM dan Dekan FTTM, Prof Sri Widyantoro. Hibah PLTS Atap 10 kWp tersebut merupakan tindaklanjut dari penandatanganan kerjasama yang telah dilakukan sebelumnya pada 2 April 2019, dalam rangka pengembangan teknologi yang berkaitan dengan PLTS.
“April lalu kami sudah tandatangan Memorandum of Agreement di bidang riset dan dilanjutkan kerjasama pemasangan mini PLTS 10 kWp untuk mendukung kegiatan riset di teknik metalurgi ITB. Dengan kerjasama ini kami harap bisa menghasilkan satu inovasi produk-produk baru. Kita harapkan tahun depan untuk pelaksanaan proyek bisa mendapat dukungan dari profesional atau tenaga ahli dari Jurusan Teknik Metalurgi ITB untuk proyek di lapangan,” imbuh Zulfian.
Sementara itu, Dekan FTTM ITB, Sri Widyantoro mengaku, bangga dengan kerja sama dan hibah pembangunan PLTS Atap di lingkungan FTTM ITB tersebut. Kerja sama tersebut akan menjadi pengalaman berharga bagi pihaknya dalam bekerjasama dengan pihak industri.
“Jadi kami selalu membuka diri untuk kerjasama dengan industri dan banyak sekali manfaatnya bagi dosen dan mahasiswa FTTM untuk pembelajaran. PLTS berkapasitas 10 kWp bisa untuk menerangi satu lantai di gedung ini. Ke depan kita memang harus ke renewable energy dan kami sekarang sudah punya Program Studi S-2 Geothermal dan ke depan akan terus kami kembangkan untuk energi terbarukan,” terang Sri Widyantoro.
Pihak FTTM ITB berkomitmen untuk ikut melakukan riset dalam rangka mendorong efisiensi PLTS diantaranya untuk teknologi material photovoltaic solar sel dan baterai melalui Jurusan Teknik Metalurgi FTTM, juga memungkinkan kerjasama dengan lintas-fakultas di ITB untuk mengembangkan solar sel secara keseluruhan.
Sebagai informasi, selain berekspansi membangun PLTS, PT SESM merupakan perusahaan yang memasok batu bara ke 16 lokasi PLTU untuk PT PLN (Persero). Batu bara yang disuplai ke PLN berasal dari Kalimantan Selatan, Kaltim dan Sumsel.
(akr)