Ekonom : BI 7 Day Repo Rate Berpeluang Kembali Turun
A
A
A
JAKARTA - Dengan mempertimbangkan ekspektasi inflasi yang rendah (3,3% FY) dan arah gerakan suku bunga acuan di sejumlah negara yang menurun. Bahkan ada yang negatif termasuk penurunan GWM dan kebijakan quantitative easing, maka ada peluang Bank Indonesia (BI) dalam RDG BI yang digelar besok (19/9) bakal kembali menurunkan bunga acuan (BI7DRRR) sebesar 25 bps menjadi 5,25%.
Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, lending facility rate dan Deposit facility juga akan turun 25 bps. "Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan stimulan bagi perbankan untuk meningkatkan ekspansi kreditnya seiring dengan melonggarnya likuiditas bank sehingga momentum pertumbuhan tetap bisa dilanjutkan," ujar Ryan saat dihubungi di Jakarta, Rabu (18/9/2019).
Kalaupun RDG BI belum akan menurunkan BI rate di RDG besok, maka terbuka peluangnya RDG BI mengeluarkan kebijakan makroprudensial untuk membantu melonggarkan likuiditas bank dengan cara merelaksasi ketentuan GWM yang diturunkan.
"Atau bisa pula dengan merelaksasi aturan tentang RIM yang semangatnya juga menstimulasi suku bunga simpanan bergerak turun supaya permintaan kredit melonjak guna menopang pertumbuhan ekonomi," bebernya.
Jadi BI bisa memilih menggunakan kebijakan moneter melalui penurunan BI rate atau menggunakan kebijakan makroprudensial melalui mekanisme RIM, GWM atau lainnya. "Agak sulit bagi BI untuk menggunakan kedua kebijakan tadi sekaligus (bauran kebijakan) dalam keputusan RDG BI besok, karena faktor eksternal (trade war, Brexit, geopolitik) yang masih membayangi," ungkap Ryan.
Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, lending facility rate dan Deposit facility juga akan turun 25 bps. "Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan stimulan bagi perbankan untuk meningkatkan ekspansi kreditnya seiring dengan melonggarnya likuiditas bank sehingga momentum pertumbuhan tetap bisa dilanjutkan," ujar Ryan saat dihubungi di Jakarta, Rabu (18/9/2019).
Kalaupun RDG BI belum akan menurunkan BI rate di RDG besok, maka terbuka peluangnya RDG BI mengeluarkan kebijakan makroprudensial untuk membantu melonggarkan likuiditas bank dengan cara merelaksasi ketentuan GWM yang diturunkan.
"Atau bisa pula dengan merelaksasi aturan tentang RIM yang semangatnya juga menstimulasi suku bunga simpanan bergerak turun supaya permintaan kredit melonjak guna menopang pertumbuhan ekonomi," bebernya.
Jadi BI bisa memilih menggunakan kebijakan moneter melalui penurunan BI rate atau menggunakan kebijakan makroprudensial melalui mekanisme RIM, GWM atau lainnya. "Agak sulit bagi BI untuk menggunakan kedua kebijakan tadi sekaligus (bauran kebijakan) dalam keputusan RDG BI besok, karena faktor eksternal (trade war, Brexit, geopolitik) yang masih membayangi," ungkap Ryan.
(akr)