Proyek Distribusi Gas di Jawa Tengah Diprioritaskan
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah (Jateng) meminta pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur gas bumi di wilayah itu.
Pasalnya, dengan berdirinya sejumlah kawasan industri baru seperti di Kendal, Semarang, dan Ungaran, kebutuhan energi yang lebih efisien menjadi sangat mendesak. Ketua Apindo Jateng Frans Kongi mengatakan, ketersediaan energi akan menjadi salah satu kunci utama ke ha diran investor ataupun pelaku usaha di Jateng.
Oleh karena itu, dia sangat bersyukur Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), melalui PT Pertagas, membangun jaringan pipa gas transmisi dari Gresik menuju Semarang. Proyek pembangunan pipa gas berdiameter 28 inci sepanjang 267 km itu dinilai akan memberikan dampak positif bagi Jateng. Karena selama ini para pelaku usaha di wilayah ini sangat bergantung pada BBM dan batu bara yang harganya fluktuatif dan tidak ramah lingkungan.
Frans mengatakan, agar kehadiran proyek pipa transmisi itu dapat segera dioptimalkan saat gas mulai masuk, pembangunan pipa distribusi yang akan mengalirkan gas ke konsumen akhir juga harus dipercepat."Pengusaha di Jateng sudah sejak lama menunggu hadirnya sumber energi alternatif selain BBM dan batu bara. Dengan adanya jaringan pipa gas bumi, kami berharap ketersediaan energi di Jateng semakin besar dan efisien," kata Frans Kongi kemarin. Pembangunan jalur pipa gas transmisi Gresik-Semarang merupakan tindak lanjut dari eksplorasi gas bumi di Blok Jambaran Tiung Biru (JTB) Bojonegoro, Jawa Timur.
Proyek JTB dikelola PT Pertamina EP Cepu (PEPC) dan telah ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). Dengan kapasitas sales gas sebesar 192 MMSCFD, produksi gas JTB akan dialirkan melalui pipa Gresik-Semarang.
Sesuai proyeksi, lapangan JTB memiliki kandungan gas hingga sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF). Selain memasok kebutuhan untuk Jawa Timur, gas dari JTB juga akan mengaliri PLTGU Tambak Lorok di Semarang dan pelaku usaha lainnya di Jateng.
Menurut Frans, para pelaku usaha di Jateng selama ini sudah sangat tertinggal dibandingkan pengusaha di Jawa Timur dan Jawa Barat yang telah lama menggunakan gas bumi. Dengan kualitas pembakaran yang stabil dan harga yang lebih efisien, gas bumi juga lebih ramah lingkungan.
Semua industri di Semarang dan Jateng seperti tekstil, baja, makanan, minuman membutuh gas untuk bersaing. "Harga gas mungkin lebih mahal daripada batu bara, tapi efisiensinya bisa sampai 30%. Jadi, tetap lebih menguntungkan dan ini akan membuat industri di Jateng bisa lebih kompetitif,” kata Frans.
Kepala Dinas ESDM Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko menyambut baik masuknya gas bumi ke daerahnya. Sebab, hingga saat ini sumber energi bagi para pelaku usaha di Jateng masih bergantung pada minyak dan batu bara. Selain harga yang fluktuatif, tingkat pencemaran akibat penggunaan batu bara juga tinggi.
"Selama ini industri Ja teng kalah dengan pelaku usaha di Jabar dan Jatim yang gunakan gas bumi. Karena itu, dengan adanya gas, industri di Jateng bisa bersaing," kata Sujarwanto. Sujarwanto menambahkan, dengan menggunakan gas bumi, industri dapat menghemat biaya hingga 30-40%.
Selain itu, tingkat pembakaran yang lebih terjaga membuat kualitas produk lebih baik. Itu sebabnya Sujarwanto berharap pembangunan jaringan transmisi gas dari Gresik-Semarang dapat segera didukung dengan percepatan pipa distribusi yang menghubungkan ke konsumen. "Pembangunan pipa distribusi akan menjadi kunci dalam program penggunaan gas bumi untuk industri di Jateng," kata Sujarwanto.
(Rakhmat Baihaqi)
Pasalnya, dengan berdirinya sejumlah kawasan industri baru seperti di Kendal, Semarang, dan Ungaran, kebutuhan energi yang lebih efisien menjadi sangat mendesak. Ketua Apindo Jateng Frans Kongi mengatakan, ketersediaan energi akan menjadi salah satu kunci utama ke ha diran investor ataupun pelaku usaha di Jateng.
Oleh karena itu, dia sangat bersyukur Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), melalui PT Pertagas, membangun jaringan pipa gas transmisi dari Gresik menuju Semarang. Proyek pembangunan pipa gas berdiameter 28 inci sepanjang 267 km itu dinilai akan memberikan dampak positif bagi Jateng. Karena selama ini para pelaku usaha di wilayah ini sangat bergantung pada BBM dan batu bara yang harganya fluktuatif dan tidak ramah lingkungan.
Frans mengatakan, agar kehadiran proyek pipa transmisi itu dapat segera dioptimalkan saat gas mulai masuk, pembangunan pipa distribusi yang akan mengalirkan gas ke konsumen akhir juga harus dipercepat."Pengusaha di Jateng sudah sejak lama menunggu hadirnya sumber energi alternatif selain BBM dan batu bara. Dengan adanya jaringan pipa gas bumi, kami berharap ketersediaan energi di Jateng semakin besar dan efisien," kata Frans Kongi kemarin. Pembangunan jalur pipa gas transmisi Gresik-Semarang merupakan tindak lanjut dari eksplorasi gas bumi di Blok Jambaran Tiung Biru (JTB) Bojonegoro, Jawa Timur.
Proyek JTB dikelola PT Pertamina EP Cepu (PEPC) dan telah ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). Dengan kapasitas sales gas sebesar 192 MMSCFD, produksi gas JTB akan dialirkan melalui pipa Gresik-Semarang.
Sesuai proyeksi, lapangan JTB memiliki kandungan gas hingga sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF). Selain memasok kebutuhan untuk Jawa Timur, gas dari JTB juga akan mengaliri PLTGU Tambak Lorok di Semarang dan pelaku usaha lainnya di Jateng.
Menurut Frans, para pelaku usaha di Jateng selama ini sudah sangat tertinggal dibandingkan pengusaha di Jawa Timur dan Jawa Barat yang telah lama menggunakan gas bumi. Dengan kualitas pembakaran yang stabil dan harga yang lebih efisien, gas bumi juga lebih ramah lingkungan.
Semua industri di Semarang dan Jateng seperti tekstil, baja, makanan, minuman membutuh gas untuk bersaing. "Harga gas mungkin lebih mahal daripada batu bara, tapi efisiensinya bisa sampai 30%. Jadi, tetap lebih menguntungkan dan ini akan membuat industri di Jateng bisa lebih kompetitif,” kata Frans.
Kepala Dinas ESDM Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko menyambut baik masuknya gas bumi ke daerahnya. Sebab, hingga saat ini sumber energi bagi para pelaku usaha di Jateng masih bergantung pada minyak dan batu bara. Selain harga yang fluktuatif, tingkat pencemaran akibat penggunaan batu bara juga tinggi.
"Selama ini industri Ja teng kalah dengan pelaku usaha di Jabar dan Jatim yang gunakan gas bumi. Karena itu, dengan adanya gas, industri di Jateng bisa bersaing," kata Sujarwanto. Sujarwanto menambahkan, dengan menggunakan gas bumi, industri dapat menghemat biaya hingga 30-40%.
Selain itu, tingkat pembakaran yang lebih terjaga membuat kualitas produk lebih baik. Itu sebabnya Sujarwanto berharap pembangunan jaringan transmisi gas dari Gresik-Semarang dapat segera didukung dengan percepatan pipa distribusi yang menghubungkan ke konsumen. "Pembangunan pipa distribusi akan menjadi kunci dalam program penggunaan gas bumi untuk industri di Jateng," kata Sujarwanto.
(Rakhmat Baihaqi)
(nfl)