Triniti Dinamik Sabet Tiga Perghargaan di Indonesia Property Awards 2019
A
A
A
JAKARTA - Ditengah situasi pasar properti yang belum pulih sepenuhnya, PT Triniti Dinamik kembali membuat prestasi gemilang dengan meraih tiga penghargaan sekaligus pada Indonesia Property Awards 2019 yang diadakan oleh PropertyGuru Indonesia.
Triniti Dinamik mendapatkan tiga penghargaan sekaligus dari kategori berbeda, yakni Best Mid End Condo Development dan Best Mid End Condo Interior Design untuk proyek The Springwood Residence, serta Best High End Condo Development untuk The Smith Office SOHO Residence.
Presiden Direktur PT Triniti Dinamik, Samuel Stephanus Huang, mengungkapkan penghargaan tersebut menjadi bukti nyata atas kerja keras pihaknya, termasuk desainer, arsitek, supplier dan kontraktor yang membangun kedua proyek besutan mereka yakni The Springwood Residence dan The Smith Office SOHO Residence.
"Kami bersyukur kepada Tuhan bahwa Triniti Dinamik dapat eksis di tengah situasi yang kurang begitu baik, dan semua proyek yang kami kerjakan dapat terbangun dan terjual," kata Samuel dalam keterangan resmi, Minggu (22/9/2019).
Apa rahasia sukses Triniti Dinamik dalam pengembangan proyek residensialnya?Menurut Samuel, meski pasar properti kurang menguntungkan, namun setidaknya ada tiga faktor utama yang mendasari kesuksesan Triniti Dinamik, yaitu konsep pengembangan yang tepat dan jelas, lokasi yang strategis, dan harga terjangkau.
Dia memberi contoh The Springwood Residence yang dari awal memang dikonsep sebagai residensial di segmen mid-end. Meski dijual dengan harga terjangkau yakni mulai Rp300 jutaan per unit di awal pemasaran, namun dibangun dengan nuansa kemewahan.
"Kalau Anda lihat di Springwood itu, lobinya tidak kalah mewah dengan hotel bintang lima. Itu sejalan dengan konsep awalnya yaitu affordable luxury atau kemewahan yang terjangkau," jelas Samuel.
Dijelaskan, lobi utama Springwood menggunakan marmer dari Fagetti, lift apartemen dari Mitsubishi, semua peralatan gym menggunakan merk Fitness First, frame jendela dan kaca menggunakan YKK AP dari Jepang dan seluruh kaca di unit apartemen menggunakan kaca eurogray sehingga lebih teduh. Sementara pengelola gedung diserahkan kepada Jones Lang LaSalle (JLL).
Total unit di Springwood sebanyak 1.400 unit dalam enam bulan, menurut Samuel, sudah terjual habis. Springwood berada di lokasi strategis, yakni hanya berjarak 1,3 kilometer dari Kampus Binus di Alam Sutera.
Demikian juga The Smith yang berlokasi di CBD Alam Sutera, disebutkan mengusung tiga faktor utama yang mendorong sukses pengembangannya yaitu konsep jelas, lokasi strategis serta harga yang terjangkau dan kompetitif.
Samuel mengungkapkan, unit office di The Smith tidak terlalu besar yakni dari 80 m2 hingga 150 m2 dengan harga jual berkisar Rp3 miliar hingga Rp4 miliar per unit. Sedangkan harga ruko di kawasan Alam Sutera saat ini berkisar Rp5 miliar hingga Rp6 miliar per unit. Inilah yang membuat unit office di The Smith sangat diminati.
"Saat ini penjualan keseluruhan sudah mencapai 75%, dan serahterima awal ditargetkan pada Mei 2020," ujar Samuel yang juga menjabat Wakil Bendahara Umum DPP Realestat Indonesia (REI) itu.
The Smith dibangun dengan kualitas bangunan terbaik. Kontraktor utamanya adalah PT Total Bangun Persada (TOTAL) dan kontraktor mechanical electrical-nya adalah Jaya Kencana.
Lift yang dipakai juga dari Finlandia yaitu KONE, sanitari dari Jerman yaitu Kohler, serta untuk jendela dan kaca menggunakan produk YKK AP Jepang dengan kualitas kaca low E (mengurangi terik matahari). Pengelolaan juga diserahkan kepada JLL.
Dia menambahkan, The Smith juga telah bekerja sama dengan Go-Work untuk satu lantai full khusus untuk ruang rapat, ruang conference, auditorium, receptionist dan co-working area.
Menanggapi situasi pasar residensial terutama di segmen menengah atas (medium-up), diungkapkan Samuel, saat ini pasokan di segmen tersebut lebih besar dibandingkan permintaan. Di sisi lain, konsumen memilih wait and see atau bagi yang masih berminat investasi cenderung lebih berhati-hati dan selektif dalam memilih properti yang akan dibeli.
"Sebenarnya bukan tidak terserap atau daya beli yang menurun, tetapi kecenderungan konsumen di segmen medium-up itu sekarang wait and see. Jadi bukan karena masyarakat tidak ada uang, namun mereka lebih selektif. Oleh sebab itu, sebagai pengembang kita mesti kembangkan konsep yang kreatif, inovatif dan kompetitif," ujar dia.
Samuel berharap setelah pelantikan Presiden akan memasuki babak baru, dimana politik dan ekonomi lebih stabil, sehingga di akhir tahun ini atau awal tahun depan, pasar properti akan kembali naik. Apalagi situasi slow down sudah berlangsung cukup lama sejak 2014.
Triniti Dinamik mendapatkan tiga penghargaan sekaligus dari kategori berbeda, yakni Best Mid End Condo Development dan Best Mid End Condo Interior Design untuk proyek The Springwood Residence, serta Best High End Condo Development untuk The Smith Office SOHO Residence.
Presiden Direktur PT Triniti Dinamik, Samuel Stephanus Huang, mengungkapkan penghargaan tersebut menjadi bukti nyata atas kerja keras pihaknya, termasuk desainer, arsitek, supplier dan kontraktor yang membangun kedua proyek besutan mereka yakni The Springwood Residence dan The Smith Office SOHO Residence.
"Kami bersyukur kepada Tuhan bahwa Triniti Dinamik dapat eksis di tengah situasi yang kurang begitu baik, dan semua proyek yang kami kerjakan dapat terbangun dan terjual," kata Samuel dalam keterangan resmi, Minggu (22/9/2019).
Apa rahasia sukses Triniti Dinamik dalam pengembangan proyek residensialnya?Menurut Samuel, meski pasar properti kurang menguntungkan, namun setidaknya ada tiga faktor utama yang mendasari kesuksesan Triniti Dinamik, yaitu konsep pengembangan yang tepat dan jelas, lokasi yang strategis, dan harga terjangkau.
Dia memberi contoh The Springwood Residence yang dari awal memang dikonsep sebagai residensial di segmen mid-end. Meski dijual dengan harga terjangkau yakni mulai Rp300 jutaan per unit di awal pemasaran, namun dibangun dengan nuansa kemewahan.
"Kalau Anda lihat di Springwood itu, lobinya tidak kalah mewah dengan hotel bintang lima. Itu sejalan dengan konsep awalnya yaitu affordable luxury atau kemewahan yang terjangkau," jelas Samuel.
Dijelaskan, lobi utama Springwood menggunakan marmer dari Fagetti, lift apartemen dari Mitsubishi, semua peralatan gym menggunakan merk Fitness First, frame jendela dan kaca menggunakan YKK AP dari Jepang dan seluruh kaca di unit apartemen menggunakan kaca eurogray sehingga lebih teduh. Sementara pengelola gedung diserahkan kepada Jones Lang LaSalle (JLL).
Total unit di Springwood sebanyak 1.400 unit dalam enam bulan, menurut Samuel, sudah terjual habis. Springwood berada di lokasi strategis, yakni hanya berjarak 1,3 kilometer dari Kampus Binus di Alam Sutera.
Demikian juga The Smith yang berlokasi di CBD Alam Sutera, disebutkan mengusung tiga faktor utama yang mendorong sukses pengembangannya yaitu konsep jelas, lokasi strategis serta harga yang terjangkau dan kompetitif.
Samuel mengungkapkan, unit office di The Smith tidak terlalu besar yakni dari 80 m2 hingga 150 m2 dengan harga jual berkisar Rp3 miliar hingga Rp4 miliar per unit. Sedangkan harga ruko di kawasan Alam Sutera saat ini berkisar Rp5 miliar hingga Rp6 miliar per unit. Inilah yang membuat unit office di The Smith sangat diminati.
"Saat ini penjualan keseluruhan sudah mencapai 75%, dan serahterima awal ditargetkan pada Mei 2020," ujar Samuel yang juga menjabat Wakil Bendahara Umum DPP Realestat Indonesia (REI) itu.
The Smith dibangun dengan kualitas bangunan terbaik. Kontraktor utamanya adalah PT Total Bangun Persada (TOTAL) dan kontraktor mechanical electrical-nya adalah Jaya Kencana.
Lift yang dipakai juga dari Finlandia yaitu KONE, sanitari dari Jerman yaitu Kohler, serta untuk jendela dan kaca menggunakan produk YKK AP Jepang dengan kualitas kaca low E (mengurangi terik matahari). Pengelolaan juga diserahkan kepada JLL.
Dia menambahkan, The Smith juga telah bekerja sama dengan Go-Work untuk satu lantai full khusus untuk ruang rapat, ruang conference, auditorium, receptionist dan co-working area.
Menanggapi situasi pasar residensial terutama di segmen menengah atas (medium-up), diungkapkan Samuel, saat ini pasokan di segmen tersebut lebih besar dibandingkan permintaan. Di sisi lain, konsumen memilih wait and see atau bagi yang masih berminat investasi cenderung lebih berhati-hati dan selektif dalam memilih properti yang akan dibeli.
"Sebenarnya bukan tidak terserap atau daya beli yang menurun, tetapi kecenderungan konsumen di segmen medium-up itu sekarang wait and see. Jadi bukan karena masyarakat tidak ada uang, namun mereka lebih selektif. Oleh sebab itu, sebagai pengembang kita mesti kembangkan konsep yang kreatif, inovatif dan kompetitif," ujar dia.
Samuel berharap setelah pelantikan Presiden akan memasuki babak baru, dimana politik dan ekonomi lebih stabil, sehingga di akhir tahun ini atau awal tahun depan, pasar properti akan kembali naik. Apalagi situasi slow down sudah berlangsung cukup lama sejak 2014.
(ven)