Raih Banyak Penghargaan, Dirut Bank Sulselbar Malah Diganti
A
A
A
JAKARTA - Bank Sulselbar meraih penghargaan The Best Performance Bank dalam kategori Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam Bisnis Indonesia Financial Award 2019. Hal ini sejalan dengan konsistensi kinerja perseroan sekaligus mencetak pertumbuhan bisnis berkelanjutan.
"Kami mendapatkan penghargaan Best Performance di antara BPD lainnya. Bank Sulselbar dinilai menjadi bank daerah terbaik dalam transformasi kelembagaan," ujar Dirut Bank Sulselbar Andi Muhammad Rahmat dalam keterangan tertulis, Senin (23/9/2019).
Sepanjang semester I/2019, jelas dia, Bank Sulselbar menunjukkan performa positif dengan penyaluran kredit mencapai Rp16,09 triliun atau tumbuh 13,55% (year-on-year/yoy). Perseroan juga mampu meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) serta meningkatkan porsi dana murahnya. Pada Juni 2019, total DPK tercatat Rp17,36 triliun atau naik 14,36% dari periode sama tahun lalu.
Sementara itu, rasio dana murah (current account and savings account/CASA) per Juni 2019 tercatat naik 765 basis poin menjadi 68,78%. Tren ini menjadi motor utama bagi perseroan untuk dapat mempertahankan laba bersih Rp283,05 miliar pada paruh pertama tahun ini.
Rahmat menegaskan penghargaan ini menjadi ke-28 untuk Bank Sulselbar pada tahun ini. Sedangkan, pada tahun lalu, Bank Sulselbar mendapatkan 23 penghargaan dari seluruh institusi di tanah air.
Sejak 2014, Rahmat menakhodai Bank Sulselbar dan membawa perseroan pada titik konsistensi kinerja, menjalankan transformasi bank daerah hingga mencetak keberlanjutan pertumbuhan bisnis dalam beberapa tahun terakhir.
"Penghargaan ini diperuntukkan bagi seluruh elemen karyawan Bank Sulselbar, hasil kerja tim. Semangat membawa bank daerah yang berdaya saing menjadi daya ungkit Bank Sulselbar menorehkan kinerja konsisten," kata Rahmat.
Namun, dengan seluruh capaian tersebut, Andi Muhammad Rahmat justru dicopot dari jabatannya. Pencopotan tersebut dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung di Makassar, awal bulan ini.
Menurut Rahmat, pencopotan tersebut dilakukan dengan alasan meningkatnya kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) hingga 100% menjadi 1,2% dari sebelumnya 0,6%. Padahal, kata dia, NPL Bank Sulselbar menjadi nomor dua terendah dari Industri BPD seluruh Indonesia.
Dia juga menjelaskan, meningkatnya NPL tersebut salah satunya disebabkan tersendatnya pembayaran pinjaman rumah sakit yang arus kasnya terganggu akibat belum turunnya pembayaran dari BPJS Kesehatan.Mengenai status menuju bank devisa Rahmat menambahkan bahwa proses pengajuan izin telah dilakukan dengan persiapan yang matang. "Kelengkapan seluruh dokumen dan persyaratan telah kita penuhi dan telah diterima oleh OJK pada tanggal 12 Agustus 2019," ujarnya.
Di sisi lain, imbuh dia, Bank Sulselbar tetap mencatatkan kinerja positif. Aset bank tumbuh 24,53% menjadi Rp25,6 triliun dan berkontribusi 17% dari total aset perbankan di Sulsel pada semester I/2019.
Terkait pergantian manajemen, Rahmat berharap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator menjadi katalisator antara BPD dan pemerintah daerah untuk membuat sinergi yang lebih baik.
"Kami mendapatkan penghargaan Best Performance di antara BPD lainnya. Bank Sulselbar dinilai menjadi bank daerah terbaik dalam transformasi kelembagaan," ujar Dirut Bank Sulselbar Andi Muhammad Rahmat dalam keterangan tertulis, Senin (23/9/2019).
Sepanjang semester I/2019, jelas dia, Bank Sulselbar menunjukkan performa positif dengan penyaluran kredit mencapai Rp16,09 triliun atau tumbuh 13,55% (year-on-year/yoy). Perseroan juga mampu meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) serta meningkatkan porsi dana murahnya. Pada Juni 2019, total DPK tercatat Rp17,36 triliun atau naik 14,36% dari periode sama tahun lalu.
Sementara itu, rasio dana murah (current account and savings account/CASA) per Juni 2019 tercatat naik 765 basis poin menjadi 68,78%. Tren ini menjadi motor utama bagi perseroan untuk dapat mempertahankan laba bersih Rp283,05 miliar pada paruh pertama tahun ini.
Rahmat menegaskan penghargaan ini menjadi ke-28 untuk Bank Sulselbar pada tahun ini. Sedangkan, pada tahun lalu, Bank Sulselbar mendapatkan 23 penghargaan dari seluruh institusi di tanah air.
Sejak 2014, Rahmat menakhodai Bank Sulselbar dan membawa perseroan pada titik konsistensi kinerja, menjalankan transformasi bank daerah hingga mencetak keberlanjutan pertumbuhan bisnis dalam beberapa tahun terakhir.
"Penghargaan ini diperuntukkan bagi seluruh elemen karyawan Bank Sulselbar, hasil kerja tim. Semangat membawa bank daerah yang berdaya saing menjadi daya ungkit Bank Sulselbar menorehkan kinerja konsisten," kata Rahmat.
Namun, dengan seluruh capaian tersebut, Andi Muhammad Rahmat justru dicopot dari jabatannya. Pencopotan tersebut dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung di Makassar, awal bulan ini.
Menurut Rahmat, pencopotan tersebut dilakukan dengan alasan meningkatnya kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) hingga 100% menjadi 1,2% dari sebelumnya 0,6%. Padahal, kata dia, NPL Bank Sulselbar menjadi nomor dua terendah dari Industri BPD seluruh Indonesia.
Dia juga menjelaskan, meningkatnya NPL tersebut salah satunya disebabkan tersendatnya pembayaran pinjaman rumah sakit yang arus kasnya terganggu akibat belum turunnya pembayaran dari BPJS Kesehatan.Mengenai status menuju bank devisa Rahmat menambahkan bahwa proses pengajuan izin telah dilakukan dengan persiapan yang matang. "Kelengkapan seluruh dokumen dan persyaratan telah kita penuhi dan telah diterima oleh OJK pada tanggal 12 Agustus 2019," ujarnya.
Di sisi lain, imbuh dia, Bank Sulselbar tetap mencatatkan kinerja positif. Aset bank tumbuh 24,53% menjadi Rp25,6 triliun dan berkontribusi 17% dari total aset perbankan di Sulsel pada semester I/2019.
Terkait pergantian manajemen, Rahmat berharap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator menjadi katalisator antara BPD dan pemerintah daerah untuk membuat sinergi yang lebih baik.
(fjo)