BI: Negara Berkembang Akan Kebanjiran Modal Asing
A
A
A
BALI - Bank Indonesia (BI) menyebutkan negara-negara berkembang akan kebanjiran likuiditas global atau modal asing dari yang sebelumnya tertanam di negara maju. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, likuiditas tersebut memiliki sifat volatilitas yang tinggi, tergantung pada yield yang ditawarkan masing-masing negara berkembang.
“Kondisi tersebut banyak direspons negara-negara yang mengalami perlambatan pertumbuhan dengan penurunan suku bunga yang dilakukan beberapa bank sentral,” jelas Onny di Bali, Jumat (27/9/2019).
Dia menambahkan, banyaknya likuiditas global yang mungkin akan masuk ke negara berkembang termasuk Indonesia disebabkan oleh tren pertumbuhan global yang sedang melambat. Ditambah serta volume perdagangan global juga turun akibat adanya perang dagang.
"Karena bank sentral AS yakni the Fed juga telah menurunkan suku bunganya pada Juli dan September masing-masing sebesar 25 basis poin," jelasnya
Menurut Onny, perlambatan ekonomi global terlihat dengan pertumbuhan ekonomi lima mesin penggerak perekonomian dunia yang cenderung melamban seperti AS, Eropa, Jepang, China, dan India sehingga mengoreksi pertumbuhan ekonomi global.
Hal ini membuat pertumbuhan Indonesia turut terpengaruh kondisi yang kurang menguntungkan. “Pertumbuhan ekonomi kita melandai, masih ada prospek naik tapi tidak begitu kuat,” jelasnya.
“Kondisi tersebut banyak direspons negara-negara yang mengalami perlambatan pertumbuhan dengan penurunan suku bunga yang dilakukan beberapa bank sentral,” jelas Onny di Bali, Jumat (27/9/2019).
Dia menambahkan, banyaknya likuiditas global yang mungkin akan masuk ke negara berkembang termasuk Indonesia disebabkan oleh tren pertumbuhan global yang sedang melambat. Ditambah serta volume perdagangan global juga turun akibat adanya perang dagang.
"Karena bank sentral AS yakni the Fed juga telah menurunkan suku bunganya pada Juli dan September masing-masing sebesar 25 basis poin," jelasnya
Menurut Onny, perlambatan ekonomi global terlihat dengan pertumbuhan ekonomi lima mesin penggerak perekonomian dunia yang cenderung melamban seperti AS, Eropa, Jepang, China, dan India sehingga mengoreksi pertumbuhan ekonomi global.
Hal ini membuat pertumbuhan Indonesia turut terpengaruh kondisi yang kurang menguntungkan. “Pertumbuhan ekonomi kita melandai, masih ada prospek naik tapi tidak begitu kuat,” jelasnya.
(akr)