Tak Selamanya CEO Menikmati Perusahaan Rintisannya

Minggu, 29 September 2019 - 09:20 WIB
Tak Selamanya CEO Menikmati Perusahaan Rintisannya
Tak Selamanya CEO Menikmati Perusahaan Rintisannya
A A A
NEW YORK - Apa yang ditanam tidak selamanya bisa dinikmati. Begitulah kiranya nasib sejumlah pendiri perusahaan yang terpaksa hengkang dari perusahaannya karena suatu persoalan.

Kasus teranyar dialami pendiri yang juga chief executif officer (CEO) perusahaan startup WeWork, Adam Neumann. Dia memilih meninggalkan perusahaannya awal pekan ini karena merasa sudah tidak nyaman lagi. Neumann bukan orang pertama yang mengalami hal demikian. Mereka yang mengalami nasib serupa sebelumnya antara lain salah satu pendiri Uber Travis Kalanick, pendiri Twitter Jack Dorsey, pendiri Apple Steve Jobs, pendiri Maker Studios Danny Zappin, pendiri Groupon Andrew Mason.

Begitu pula salah satu pendiri Tesla Martin Eberhard, pendiri Zenefits Parker Conrad, pendiri Oculus Palmer Luckey, dan pendiri Yahoo Jerry Yang. Di Indonesia ada nama William Soerjadjaja yang terpaksa hengkang dari perusahaan yang didirikannya, PT Astra Internasional.

Neumann mengundurkan diri sebulan setelah eksodus para karyawan. Dia mengambil keputusan tersebut karena mengaku tidak nyaman bekerja setelah pengawasan di perusahaannya berjalan sangat ketat menyusul banyaknya isu miring, termasuk tuduhan penggunaan narkoba.

Kapitalisasi pasar WeWork pun anjlok dari USD47 miliar menjadi USD20 miliar dalam setahun. Mereka juga menunda IPO tanpa kepastian. Nasib lebih parah dialami Travis Kalanick. Sekitar tujuh tahun dia membantu mendirikan dan mengembangkan Uber hingga valuasi startup taksi online itu naik hampir USD70 miliar. Namun ternyata pemegang saham menolak mempertahankan posisinya di puncak manajemen karena dituduh sembrono.

Kendati mengalami pertumbuhan yang signifikan dan berkelanjutan, Uber juga didera berbagai isu negatif, mulai dari penyelidikan kriminal terkait penggunaan perangkat lunak untuk mengelak dari Konstitusi, tuduhan pelecehan seksual terhadap karyawan perempuan, hingga sengketa teknologi mobil self-driving.

”Sebagian besar anggota dewan direksi Uber melihat permasalahan itu sebagai dampak dari gaya kepemimpinan Kalanick,” ungkap Business Insider.

Awalnya Kalanick hanya mengumumkan akan absen sementara waktu untuk introspeksi dan mengenang ibunya yang meninggal dalam sebuah kecelakaan kapal layar. Namun para investor ternyata terus menekannya untuk lengser dari Uber.

Seperti dilansir The New York Times, dorongan itu datang dari sejumlah perusahaan modal ventura besar seperti Benchmark, First Round Capital, Lowercase Capital, Menlo Ventures, dan Fidelity Investment.

“Saya mencintai Uber lebih dari apa pun di dunia ini. Bagi saya, ini adalah momen yang paling sulit. Tapi saya tetap menerima permintaan investor untuk mengundurkan diri sehingga Uber dapat kembali fokus mengembangkan diri daripada terus berkelahi,” terang Kalanick pada 2017 silam.

Tapi, Uber menolak berkomentar. Salah satu pendiri Twitter Jack Dorsey juga mengalami hal serupa. Dia mendirikan Twitter pada 2006 dan menjadi CEO. Tapi gaya kepemimpinannya dianggap merusak.

Dia dituduh mencuri banyak waktu bekerja untuk menyalurkan hobi pribadi dan menciptakan budaya foya-foya dan minum alkohol di kantor. Dengan kebiasaan itu Dorsey tak jarang bersitegang dengan koleganya, Evan Williams, yang juga pendiri Twitter. Dia diminta memilih satu jalan di antara dua pilihan; desainer fashion atau CEO Twitter.

Dia lalu dipecat pada 2008 atau setahun setelah diangkat menjadi CEO dan hanya memegang jabatan pasif chairman. Sejak saat itu Dorsey mendirikan perusahaan startup Square pada 2010. Namun, bisnisnya tidak secerah Twitter. Dia lalu dituduh menyebarkan hasutan dengan mengguncang kepercayaan investor terhadap William. Kampanye itu berhasil. William dipecat. Adapun Dorsey kembali diangkat menjadi CEO Twitter pada 2015.

Sebelum Dorsey, Steve Jobs juga pernah dikeluarkan dari Apple sebelum akhirnya kembali dan menyulap Apple menjadi salah satu perusahaan paling berharga di dunia. Dia dianggap sulit diajak bekerja sama dan selalu mengambil jalannya sendiri di dalam perusahaan yang didirikannya pada tahun 1976 itu.

Jobs lalu dipecat dan mendirikan perusahaan pesaing NeXT. Tanpa diduga, Apple mengalami masa sulit dan penurunan penjualan saat berada di bawah kepemimpinan CEO John Sculley. Apple lalu mengakuisis NeXT dan mengembalikan Jobs pada posisi CEO pada 1997. Posisinya itu bertahan sam pai dia meninggal pada 2011. Berbeda dengan Jobs, salah satu pendiri Maker Studios, Danny Zappin, dipecat pada 2013 dan menuntut perusahaannya itu bersama tiga pendiri Maker Studios lainnya.

Dia menuduh dewan direksi melakukan operasi rahasia dan penipuan demi mengambil alih perusahaan. Dia lalu mendirikan perusahaan lain, Zealot. Dalam kasus lain, pendiri Groupon, Andrew Mason, mengakui kesalahannya atas krisis keuangan yang dialami perusahaannya setelah dia dipecat sebagai CEO.

Dia gagal memenuhi ekspektasi setelah diberi beberapa kali kesempatan. “Sebagai CEO, saya bertanggung jawab penuh. Keputusan saya tidak tepat,” terang Mason. Empat tahun setelah mendirikan Tesla bersama Elon Musk, Martin Eberhard juga dipecat sebagai presiden pada 2007. Dia merasa tidak diperlakukan secara adil dan menuntut balik Musk pada 2009, tapi tuntutan itu dibatalkan. “Saya tidak sepenuhnya senang dengan perlakuan mereka dan transisi ini,” tandasnya.

Nasib serupa juga menimpa pendiri Zenefits Parker Conrad, pendiri Oculus Palmer Luckey, dan pendiri Yahoo Jerry Yang. Conrad meninggalkan perusahaan rintisannya setelah muncul kontroversi lisensi, Luckey setelah dituduh mendanai grup anti-Hillary Clinton, dan Yang setelah menolak upaya akuisisi dari Microsoft. (Muh Shamil)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4219 seconds (0.1#10.140)