Harga Minyak Merugi Akibat Kekhawatiran Resesi Ekonomi
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah mengalami kerugian pada perdagangan Kamis (3/10/2019), seiring kekhawatiran akan resesi ekonomi global, membaca dari data ekonomi Amerika Serikat, China, dan Uni Eropa yang melambat.
Mengutip dari Reuters, kondisi tersebut membuat harga minyak mentah Brent International turun 17 sen atau 0,3% menjadi USD57,52 per barel pada pukul 00:52 GMT, setelah jatuh 2% pada sesi sebelumnya.
Begitu pula dengan harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), yang turun 9 sen atau 0,2% menjadi USD52,55 per barel, setelah tenggelam 1,8% pada hari Rabu malam.
Data ekonomi dan pasar keuangan yang suram berdampak pada prospek permintaan global sehingga membuat harga minyak memperpanjang kerugian. Benchmark pasar saham dunia yaitu Wall Street mengalami level terendah dalam sebulan pada Rabu seiring tanda-tanda perlambatan ekonomi AS, pelemahan di Eropa, dan masih adanya perang dagang AS-China yang dapat mendorong ekonomi global ke arah resesi.
"Dan tentu saja pasar keungan yang suram berhubungan dengan permintaan minyak. Pembicaraan dagang AS dan China pada pekan depan meski sulit diketahui hasilnya, semoga dapat memberi sedikit dukungan," kata Stephen Innes, ahli strategi pasar di SPI Asset Management di Singapura.
Selain kekhawatiran resesi, harga minyak tertekan karena melubernya persediaan minyak mentah AS. Administrasi Informasi Energi mengatakan pada Rabu lalu, persediaan minyak mentah AS naik 3,1 juta barel pada pekan lalu, melebihi ekspektasi analis yaitu meningkat 1,6 juta barel. AS terus meningkatkan produksi minyaknya seiring OPEC dan non OPEC yang mengurangi pasokan minyak.
Mengutip dari Reuters, kondisi tersebut membuat harga minyak mentah Brent International turun 17 sen atau 0,3% menjadi USD57,52 per barel pada pukul 00:52 GMT, setelah jatuh 2% pada sesi sebelumnya.
Begitu pula dengan harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), yang turun 9 sen atau 0,2% menjadi USD52,55 per barel, setelah tenggelam 1,8% pada hari Rabu malam.
Data ekonomi dan pasar keuangan yang suram berdampak pada prospek permintaan global sehingga membuat harga minyak memperpanjang kerugian. Benchmark pasar saham dunia yaitu Wall Street mengalami level terendah dalam sebulan pada Rabu seiring tanda-tanda perlambatan ekonomi AS, pelemahan di Eropa, dan masih adanya perang dagang AS-China yang dapat mendorong ekonomi global ke arah resesi.
"Dan tentu saja pasar keungan yang suram berhubungan dengan permintaan minyak. Pembicaraan dagang AS dan China pada pekan depan meski sulit diketahui hasilnya, semoga dapat memberi sedikit dukungan," kata Stephen Innes, ahli strategi pasar di SPI Asset Management di Singapura.
Selain kekhawatiran resesi, harga minyak tertekan karena melubernya persediaan minyak mentah AS. Administrasi Informasi Energi mengatakan pada Rabu lalu, persediaan minyak mentah AS naik 3,1 juta barel pada pekan lalu, melebihi ekspektasi analis yaitu meningkat 1,6 juta barel. AS terus meningkatkan produksi minyaknya seiring OPEC dan non OPEC yang mengurangi pasokan minyak.
(ven)