Pertumbuhan Ekonomi Berisiko Melambat, Bank Dunia Rekomendasikan Ini

Kamis, 10 Oktober 2019 - 15:40 WIB
Pertumbuhan Ekonomi...
Pertumbuhan Ekonomi Berisiko Melambat, Bank Dunia Rekomendasikan Ini
A A A
JAKARTA - "Weathering Grow Risk", laporan East Asia and Pacific Economic Update dari Bank Dunia edisi Oktober 2019 yang baru dirilis hari ini menyebutkan bahwa negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik sedang menghadapi risiko melambatnya pertumbuhan seiring meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS-China dan ketidakpastian global.

"Untuk menghadapi risiko yang terus meningkat, Bank Dunia merekomendasikan bahwa negara-negara dengan ruang kebijakan yang cukup menggunakan langkah-langkah fiskal dan atau moneter untuk membantu merangsang ekonomi mereka sambil menjaga kesinambungan fiskal dan utang," ujar Ekonom Utama Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Andrew Mason, Kamis (10/10/2019).

Andrew menambahkan bahwa di saat beberapa negara memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga dan memotong rasio cadangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, bank-bank sentral harus menggunakan kebijakan moneter secara pruden, jangan sampai mereka justru memperburuk sektor swasta dan rumah tangga yang sudah terlewat tinggi.

(Baca Juga: Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Melambat)

"Negara-negara juga harus meningkatkan kualitas pengeluaran dan menjaga sustainabilitas fiskal. Alat anggaran, seperti kerangka kerja pengeluaran jangka menengah dan sistem informasi keuangan yang terintegrasi dapat memberikan informasi yang berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang sehat," jelasnya.

Di saat yang sama, manajemen investasi publik yang efektif dibutuhkan untuk memastikan bahwa proyek-proyek yang ada diselesaikan tepat waktu, sesuai budget, dan berkualitas. Terlebih lagi, memperkuat koordinasi antar lembaga-lembaga pemerintah bisa membantu meningkatkan efisiensi implementasi proyek.

"Negara-negara ini juga harus mengembangkan strategi manajemen utang yang baik dan sehat untuk mengelola eksposur risiko dari portofolio utang mereka. Dengan strategi tersebut, pemerintah bisa mengelola variasi dari biaya pembayaran utang dan risiko roll-over, mendukung kebijakan fiskal dan moneter, dan mengurangi risiko makro finansial," jelas Andrew.

Selain itu, para pemerintah negara harus mempertimbangkan langkah-langkah administrasi pajak dan pendapatan yang baru dan lebih baik untuk meningkatkan pendapatan pemerintah dalam upayanya mengamankan sustainabilitas fiskal.

"Negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik ini juga akan mendapatkan manfaat dengan terus mempertahankan keterbukaan perdagangan serta memperdalam integrasi perdagangan regional," lanjut Andrew.

Perselisihan perdagangan AS-China yang sedang berlangsung, bersama dengan melambatnya pertumbuhan global, juga meningkatkan kebutuhan bagi negara-negara di kawasan untuk melakukan reformasi agar produktivitas mereka meningkat dan mendorong pertumbuhan.

"Ini termasuk reformasi peraturan yang meningkatkan iklim perdagangan dan investasi untuk menarik investasi, khususnya investasi asing (FDI) dan juga memfasilitasi pergerakan barang, teknologi, dan keterampilan. Dengan reformasi ini, diharapkan akan ada kemudahan berbisnis, menaikkan daya saing dan meningkatnya iklim perdagangan dan investasi," tutur Andrew.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5113 seconds (0.1#10.140)