Pembicaraan Dagang AS-China Bergulir di Tengah Ketegangan Diplomatik

Jum'at, 11 Oktober 2019 - 15:29 WIB
Pembicaraan Dagang AS-China Bergulir di Tengah Ketegangan Diplomatik
Pembicaraan Dagang AS-China Bergulir di Tengah Ketegangan Diplomatik
A A A
WASHINGTON - China dan Amerika Serikat (AS) melanjutkan pembicaraan dagang tingkat tinggi di Washington dengan latar belakang ketegangan diplomatik antara kedua negara. Pekan ini pemerintah AS diketahui telah memasukkan 28 entitas asal China dalam daftar hitam, lantaran dituding terlihat dalam pelanggaran hak asasi manusia.

Dilansir BBC, Negeri Paman Sam -julukan AS- juga memberlakukan pembatasan visa tambahan untuk pejabat pemerintah China. Bahkan AS mengancam bakal menaikkan tarif senilai USD250 miliar terhadap produk asal China dari semua 25% menjadi 30% pada Selasa depan, jika pembicaraan terbaru ini tidak menghasilkan kemajuan.

Mendekati hari pertama sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan pembicaraan telah berjalan dengan baik. Dijadwalkan Trump bakal menemui Wakil Perdana Menteri Liu He pada hari Jumat. Tapi perselisihan diplomatik baru-baru ini diyakini bisa mempersulit negosiasi.

Dari sekian banyak entitas yang masuk daftar hitam AS, sebagian terkait dengan biro keamanan pemerintah serta berhubungan dengan kecerdasan buatan. Daftar hitam dapat membatasi akses perusahaan tersebut kepada microchips AS, yang saat ini diandalkan dalam produksi dan layanan mereka.

Kedutaan China di Washington telah mengecam kebijakan pembatasan visa dan mengatakan tuduhan terhadap pelanggaran hak asasi manusia sebagai campur tangan dalam urusan internal China. Para pejabat AS telah mengecam tindakan Beijing atas operasi keamanan besar-besaran di Xinjiang, di China bagian Barat.

"Kami akan terus berbicara tentang pelanggaran hak asasi manusia ini," ujar Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo kepada PBS. Ditambah Departemen Perdagangan AS menuduh entitas yang masuk daftar blacklist terlibat dalam "represi, penahanan sewenang-wenang secara massal, dengan teknologi tinggi surveilans".

Kelompok hak asasi manusia dan PBB mengatakan China telah menahan lebih dari satu juta orang dari etnis Uighur, dimana sebagian besar minoritas Muslim di kamp penahanan. Akan tetapi China menjelaskan, bahwa mereka berada dalam pusat pelatihan kejuruan yang bertujuan untuk mencegah terorisme, mempromosikan integrasi ke dalam masyarakat China dan menyediakan pekerjaan.

Ekspektasi Rendah

AS dan China telah terkunci dalam perdagangan jangka panjang di atas berbagai isu. Diketahui AS telah menuntut perlindungan yang lebih baik terhadap kekayaan intelektual atau hak cipta, serta mengakhiri pencurian Cyber dan transfer paksa teknologi untuk perusahaan China.

China juga diminta untuk mengurangi subsidi industri dan meningkatkan akses ke pasar Negeri Tirai Bambu bagi perusahaan AS. Pembicaraan ini merupakan negosiasi tingkat menteri pertama dalam lebih dari dua bulan.

Banyak ahli perdagangan memiliki harapan yang rendah terhadap babak baru pembicaraan AS dan China. Dimana diyakini hanya akan membuahkan kesepakatan sementara ketika kesepakatan besar diprediksi sulit tercapai.

"Saya pikir kedua belah pihak memiliki dorongan untuk sampai ke meja perundingan. Pertanyaannya adalah apakah dapat mencapai kesepakatan dengan skala kecil dari negosiasi ini. Tentu saja tidak ada yang komprehensif," kata Sherry Madera, mantan duta besar Inggris di Beijing.

Sementara Mantan wakil asisten Perwakilan Perdagangan AS Matt Gold mengatakan, bahwa jika pembicaraan berjalan dengan baik, China mungkin menambah pembelian komoditas pertanian AS. Sedangkan AS mungkin mengkaji kembali seputar rencana kenaikan tarif.

Namun dia mengatakan, Presiden China Xi Jinping atau Presiden AS Donald Trump tampaknya tidak berpikir untuk segera mengakhiri konflik dagang di antara mereka sebagai kebutuhan mendesak. Lantaran bagi Trump, ini merupakan masalah yang dapat digunakan dalam pemilihan Presiden yang akan datang.

Sedangkan untuk Xi, ini adalah permainan menunggu, kata Gold. "Dia ingin melihat Donald Trump gagal dan dia bersedia untuk menggali demi mewujudkannya," sambung Matt Gold.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6655 seconds (0.1#10.140)