Kuartal III/2019, BTPN Syariah Telah Salurkan Pembiayaan Rp8,9 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPN Syariah Tbk) hingga kuartal III/2019 telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp8,9 triliun kepada 3,65 juta keluarga prasejahtera produktif. Pembiayaan ini tumbuh sebesar 28% dari Rp6,97 triliun pada periode yang sama di tahun 2018.
Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty mengatakan, dengan cara pendampingan yang Tepat dalam menyalurkan pembiayaan pada segmen ini turut menekan rasio kredit bermasalah (non perfoming finance/NPF) sebesar 1,30%. Hingga periode ini, total aset BTPN Syariah juga tumbuh 29% menjadi Rp14,59 triliun dari Rp11,31 triliun (year on year).
"Sedangkan dana Pihak Ketiga mencapai Rp9,03 triliun tumbuh 24% dari 7,25 triliun (year on year)," ujar Ratih di Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Perseroan juga telah meningkatkan efisiensi dalam mengoperasikan bisnis dimana beban operasional terhadap pendapatan operasional tercatat 59,6%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya 62,6%.
Pertumbuhan pembiayaan yang positif disertai dengan efisiensi perseroan dalam mengoperasikan bisnis mampu menopang pertumbuhan laba bersih setelah pajak (net performing after tax/NPAT) mencapai Rp976 miliar. Menurut Ratih, angka tersebut tumbuh 40% dari Rp698 miliar (year on year), dengan capital adequacy ratio (CAR) berada di posisi 41,1%.
Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty mengatakan, dengan cara pendampingan yang Tepat dalam menyalurkan pembiayaan pada segmen ini turut menekan rasio kredit bermasalah (non perfoming finance/NPF) sebesar 1,30%. Hingga periode ini, total aset BTPN Syariah juga tumbuh 29% menjadi Rp14,59 triliun dari Rp11,31 triliun (year on year).
"Sedangkan dana Pihak Ketiga mencapai Rp9,03 triliun tumbuh 24% dari 7,25 triliun (year on year)," ujar Ratih di Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Perseroan juga telah meningkatkan efisiensi dalam mengoperasikan bisnis dimana beban operasional terhadap pendapatan operasional tercatat 59,6%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya 62,6%.
Pertumbuhan pembiayaan yang positif disertai dengan efisiensi perseroan dalam mengoperasikan bisnis mampu menopang pertumbuhan laba bersih setelah pajak (net performing after tax/NPAT) mencapai Rp976 miliar. Menurut Ratih, angka tersebut tumbuh 40% dari Rp698 miliar (year on year), dengan capital adequacy ratio (CAR) berada di posisi 41,1%.
(fjo)