Penurunan Suku Bunga Untungkan Instrumen Investasi Lain
A
A
A
JAKARTA - Dalam rentang tiga bulan terakhir, Bank Indonesia (BI) secara bertahap melakukan penurunan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate(BI7DRR) sebesar 75 basis poin (bps) dari 6% menjadi 5,25%.
Kebijakan tersebut dinilai konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah di bawah titik tengah sasaran dan imbal hasil investasi aset keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat.
Kebijakan penurunan suku bunga yang dilakukan oleh BI juga diikuti oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yang menurunkan suku bunga penjaminan simpanan rupiah pada bank umum sebesar 0,25% menjadi 6,50%. Kondisi tersebut akan berdampak terhadap imbal hasil yang diterima oleh nasabah.
"Di sisi lain, pasar obligasi tentunya mendapat berkah dengan tren penurunan suku bunga yang terjadi saat ini, khususnya obligasi pemerintah," ujar Marsangap P. Tamba, Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (DIM) dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/10/2019).
Hingga akhir September 2019, dalam kurun 3 bulan, Infovesta Government Bond Index mencatatkan kenaikan 1,79%, mengalahkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dalam periode yang sama memberikan kinerja -2,98%.
"Kami melihat sampai dengan akhir tahun 2019, pasar masih dipenuhi oleh volatilitas yang tinggi karena isu perang dagang yang belum mereda serta kebijakan suku bunga rendah dari bank sentral guna menetralkan efek negatif perang dagang," ujar Marsangap.
Konsensus memperkirakan mayoritas bank sentral, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara lain akan kembali melakukan 1 kali penurunan suku bunga acuan di sisa tahun 2019. Sementara Bank Indonesia diperkirakan juga akan melakukan langkah serupa mengingat nilai tukar mata uang rupiah yang stabil.
"Dengan melihat kondisi tersebut, investasi pada Reksa Dana Pendapatan Tetap merupakan instrumen investasi yang tepat. DIM memiliki 2 Reksa Dana Pendapatan Tetap unggulan yang dapat menjadi pilihan investor untuk melakukan investasi, yaitu Danareksa Melati Pendapatan Utama dan Danareksa Melati Premium Dolar," paparnya.
Danareksa Melati Pendapatan Utama merupakan Reksa Dana Pendapatan Tetap berdenominasi rupiah yang memiliki strategi berinvestasi pada obligasi pemerintah dan/atau obligasi korporasi dengan rating minimal A.
Danareksa Melati Premium Dolar merupakan Reksa Dana Pendapatan Tetap berdenominasi dolar Amerika Serikat yang memiliki strategi berinvestasi fokus pada obligasi pemerintah berdenominasi dolar Amerika Serikat.
"Danareksa Melati Pendapatan Utama memberikan imbal hasil 1 tahun sebesar 16,71%, unggul atas tolok ukurnya infovesta fixed income fund index (rata-rata kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap) yang memberikan imbal hasil sebesar 8,92%," paparnya.
Di sisi lain, dalam kurun waktu yang sama, Danareksa Melati Premium Dolar membukukan kinerja 10,82%, jauh di atas benchmark (rata-rata suku bunga 3 bulan Bank BUMN) yang hanya membukukan kinerja 1,26%.
Kebijakan tersebut dinilai konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah di bawah titik tengah sasaran dan imbal hasil investasi aset keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat.
Kebijakan penurunan suku bunga yang dilakukan oleh BI juga diikuti oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yang menurunkan suku bunga penjaminan simpanan rupiah pada bank umum sebesar 0,25% menjadi 6,50%. Kondisi tersebut akan berdampak terhadap imbal hasil yang diterima oleh nasabah.
"Di sisi lain, pasar obligasi tentunya mendapat berkah dengan tren penurunan suku bunga yang terjadi saat ini, khususnya obligasi pemerintah," ujar Marsangap P. Tamba, Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (DIM) dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/10/2019).
Hingga akhir September 2019, dalam kurun 3 bulan, Infovesta Government Bond Index mencatatkan kenaikan 1,79%, mengalahkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dalam periode yang sama memberikan kinerja -2,98%.
"Kami melihat sampai dengan akhir tahun 2019, pasar masih dipenuhi oleh volatilitas yang tinggi karena isu perang dagang yang belum mereda serta kebijakan suku bunga rendah dari bank sentral guna menetralkan efek negatif perang dagang," ujar Marsangap.
Konsensus memperkirakan mayoritas bank sentral, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara lain akan kembali melakukan 1 kali penurunan suku bunga acuan di sisa tahun 2019. Sementara Bank Indonesia diperkirakan juga akan melakukan langkah serupa mengingat nilai tukar mata uang rupiah yang stabil.
"Dengan melihat kondisi tersebut, investasi pada Reksa Dana Pendapatan Tetap merupakan instrumen investasi yang tepat. DIM memiliki 2 Reksa Dana Pendapatan Tetap unggulan yang dapat menjadi pilihan investor untuk melakukan investasi, yaitu Danareksa Melati Pendapatan Utama dan Danareksa Melati Premium Dolar," paparnya.
Danareksa Melati Pendapatan Utama merupakan Reksa Dana Pendapatan Tetap berdenominasi rupiah yang memiliki strategi berinvestasi pada obligasi pemerintah dan/atau obligasi korporasi dengan rating minimal A.
Danareksa Melati Premium Dolar merupakan Reksa Dana Pendapatan Tetap berdenominasi dolar Amerika Serikat yang memiliki strategi berinvestasi fokus pada obligasi pemerintah berdenominasi dolar Amerika Serikat.
"Danareksa Melati Pendapatan Utama memberikan imbal hasil 1 tahun sebesar 16,71%, unggul atas tolok ukurnya infovesta fixed income fund index (rata-rata kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap) yang memberikan imbal hasil sebesar 8,92%," paparnya.
Di sisi lain, dalam kurun waktu yang sama, Danareksa Melati Premium Dolar membukukan kinerja 10,82%, jauh di atas benchmark (rata-rata suku bunga 3 bulan Bank BUMN) yang hanya membukukan kinerja 1,26%.
(ven)