Sri Mulyani Tegaskan Utang Indonesia Terjaga Baik
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengklaim posisi utang Indonesia sudah semakin membaik. Rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) pun tetap terjaga.
Sri Mulyani menyebutkan, posisi utang saat ini baru mencapai 30% dari PDB. Rasio utang yang relatif rendah ini, tegas dia, akan terus dijaga oleh pemerintah.
"Ini akan terus dijaga dan (rasio utang) kita lebih baik dari Malaysia yang di atas 50% dan Jepang yang mana rasio utangnya mencapai 200% dari ekonominya," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/10/2019).
Dia melanjutkan, pengelolaan yang hati-hati akan membuat rasio pembayaran utang makin rendah. Hal ini juga seiring dengan komitmen pemerintah dalam menjaga fundamental ekonomi yang kuat. "Kita jaga dari sisi level dan pertumbuhannya, utang kita sudah mengalami penurunan," jelasnya
Dia menambahkan, APBN juga didesain agar terjadi efisiensi utang serta bisa dikendalikan secara baik. "Kita juga akan melindungi sisi kesehatan ekonomi dan APBN kita," jelasnya.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri Indonesia pada Agustus 2019 tumbuh melambat dengan struktur yang sehat. Utang luar negeri Indonesia pada akhir Agustus 2019 tercatat sebesar USD393,5 miliar, terdiri dari utang luar negeri publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD196,3 miliar serta utang luar negeri swasta (termasuk BUMN) sebesar USD197,2 miliar.
Adapun utang luar negeri Indonesia tersebut tumbuh 8,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,9% (yoy). Hal ini terutama dipengaruhi oleh transaksi pembayaran neto utang luar negeri.
Utang luar negeri pemerintah tumbuh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya. Utang luar negeri pemerintah pada bulan Agustus 2019 tumbuh 8,6% (yoy) menjadi sebesar USD193,5 miliar melambat dari bulan Juli 2019 yang tumbuh 9,7% (yoy).
Sri Mulyani menyebutkan, posisi utang saat ini baru mencapai 30% dari PDB. Rasio utang yang relatif rendah ini, tegas dia, akan terus dijaga oleh pemerintah.
"Ini akan terus dijaga dan (rasio utang) kita lebih baik dari Malaysia yang di atas 50% dan Jepang yang mana rasio utangnya mencapai 200% dari ekonominya," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/10/2019).
Dia melanjutkan, pengelolaan yang hati-hati akan membuat rasio pembayaran utang makin rendah. Hal ini juga seiring dengan komitmen pemerintah dalam menjaga fundamental ekonomi yang kuat. "Kita jaga dari sisi level dan pertumbuhannya, utang kita sudah mengalami penurunan," jelasnya
Dia menambahkan, APBN juga didesain agar terjadi efisiensi utang serta bisa dikendalikan secara baik. "Kita juga akan melindungi sisi kesehatan ekonomi dan APBN kita," jelasnya.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri Indonesia pada Agustus 2019 tumbuh melambat dengan struktur yang sehat. Utang luar negeri Indonesia pada akhir Agustus 2019 tercatat sebesar USD393,5 miliar, terdiri dari utang luar negeri publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD196,3 miliar serta utang luar negeri swasta (termasuk BUMN) sebesar USD197,2 miliar.
Adapun utang luar negeri Indonesia tersebut tumbuh 8,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,9% (yoy). Hal ini terutama dipengaruhi oleh transaksi pembayaran neto utang luar negeri.
Utang luar negeri pemerintah tumbuh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya. Utang luar negeri pemerintah pada bulan Agustus 2019 tumbuh 8,6% (yoy) menjadi sebesar USD193,5 miliar melambat dari bulan Juli 2019 yang tumbuh 9,7% (yoy).
(fjo)