Pertamina Prioritaskan Pembangunan 4 Kilang Minyak
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) akan mempercepat pengembangan kilang minyak guna meningkatkan produksi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, terdapat empat pembangunan kilang minyak yang diprioritaskan oleh Pertamina.
"Dari 6 (proyek) kilang ada 4 yang diprioritaskan untuk meningkatkan daya saing. Bahkan bisa kalahkan kilang di region, Singapura, Malaysia dan Filipina," ujar Ignatius di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Pembangunan kilang-kilang ini, kata dia, sesuai refinery development master plan (RDMP) yang disusun Pertamina dalam agenda besar dalam rangka membangun kemandirian energi nasional.
"Pertamina sangat komit dan bahkan akan memercepat pencapaian target tadi dengan upaya akselerasi fast track yang akan kita tempuh," tegasnya.
Ignatius mengatakan, dengan memprioritaskan pembangunan kilang, Pertamina akan bisa menekan impor. "Kalau ini sudah jadi, per harinya kilang kita bisa memproduksi 1,5 juta barel (BBM) karena itu bisa kurangi impor," jelasnya.
Sebagai informasi, proyek Kilang Balikpapan Pertamina sudah memasuki tahap konstruksi. Pertamina telah menandatangani kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering procurement and construction/EPC) dengan SK Engineering & Construction Co. Ltd., Hyundai Engineering Co. Ltd., PT Rekayasa Industri, dan PT PP (Persero) Tbk.
Untuk Kilang Cilacap, Pertamina masih melakukan negosiasi dengan Saudi Aramco selaku mitra terkait valuasi aset yang dibutuhkan untuk pembentukan perusahaan patungan.
Berdasarkan data Pertamina, pada 2023 Kilang Balikpapan fase I dan Balongan fase I dijadwalkan mulai beroperasi. Pada saat itu, kapasitas kilang perseroan naik dari 1 juta barel per hari (bph) menjadi 1,1 juta bph.
Selain itu, Kilang Cilacap ditargetkan mulai beroperasi pada 2025. Yang terakhir, proyek Pertamina RDMP Balikpapan fase 2, RDMP Balongan fase 2, dan kilang petrokimia Balongan ditargetkan selesai pada 2026.
"Dari 6 (proyek) kilang ada 4 yang diprioritaskan untuk meningkatkan daya saing. Bahkan bisa kalahkan kilang di region, Singapura, Malaysia dan Filipina," ujar Ignatius di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Pembangunan kilang-kilang ini, kata dia, sesuai refinery development master plan (RDMP) yang disusun Pertamina dalam agenda besar dalam rangka membangun kemandirian energi nasional.
"Pertamina sangat komit dan bahkan akan memercepat pencapaian target tadi dengan upaya akselerasi fast track yang akan kita tempuh," tegasnya.
Ignatius mengatakan, dengan memprioritaskan pembangunan kilang, Pertamina akan bisa menekan impor. "Kalau ini sudah jadi, per harinya kilang kita bisa memproduksi 1,5 juta barel (BBM) karena itu bisa kurangi impor," jelasnya.
Sebagai informasi, proyek Kilang Balikpapan Pertamina sudah memasuki tahap konstruksi. Pertamina telah menandatangani kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering procurement and construction/EPC) dengan SK Engineering & Construction Co. Ltd., Hyundai Engineering Co. Ltd., PT Rekayasa Industri, dan PT PP (Persero) Tbk.
Untuk Kilang Cilacap, Pertamina masih melakukan negosiasi dengan Saudi Aramco selaku mitra terkait valuasi aset yang dibutuhkan untuk pembentukan perusahaan patungan.
Berdasarkan data Pertamina, pada 2023 Kilang Balikpapan fase I dan Balongan fase I dijadwalkan mulai beroperasi. Pada saat itu, kapasitas kilang perseroan naik dari 1 juta barel per hari (bph) menjadi 1,1 juta bph.
Selain itu, Kilang Cilacap ditargetkan mulai beroperasi pada 2025. Yang terakhir, proyek Pertamina RDMP Balikpapan fase 2, RDMP Balongan fase 2, dan kilang petrokimia Balongan ditargetkan selesai pada 2026.
(fjo)