Membangun Perhubungan untuk Mendukung Pariwisata dan Konektivitas Daerah
A
A
A
JAKARTA - Budi Karya Sumadi kembali dipercaya Presiden menjabat menteri perhubungan. Apakah program yang dilakukan sekadar melanjutkan program lama atau ada tugas baru yang harus dilakukan? Demikian wawancara dengan KORAN SINDO.
Anda kembali mendapat kepercayaan sebagai menteri perhubungan. Apakah ada program baru yang akan dilaksanakan untuk lima tahun ke depan?
Saya tegaskan bahwa program saya adalah turunan dari visi-misi presiden. Kalau sebelumnya namanya Nawacita, namun secara khusus Kemenhub itu ada tugas berkaitan dengan konektivitas berkaitan dengan perhubungan dan logistik.
Tapi sekarang ini, pesan khusus Bapak Presiden harus memajukan pariwisata, khususnya lima Bali baru. Kedua, karena konektivitas ini berkaitan dengan tantangan merekatkan persatuan Indonesia maka kita berkewajiban menjangkau daerah-daerah terluar, terpencil, dan wilayah perbatasan.
Dari berbagai program sebelumnya, apakah ada yang belum terselesaikan?
Yang namanya pelayanan perhubungan, akan selalu kontinu. Misalnya transportasi online, tol laut maupun kegiatan yang ada bandara dan pelabuhan. Oleh karena itu, Pak Presiden memberikan secara khusus penekanan kepada kami bahwa apa yang kami buat itu harus sampai kepada masyarakat, harus bisa melayani masyarakat.
Lazimnya kabinet baru, ada program 100 hari. Apakah Anda juga melakukan hal tersebut?
Secara spesifik, saya tidak ada program yang seperti itu, karena saya meneruskan apa yang sudah saya jalankan sebelumnya. Seperti penyerapan, saya akan selalu memaksimalkan bagaimana penyerapan anggaran itu baik dan semakin baik setiap tahun. Kita tahu ekonomi global sedang bermasalah.
Kemudian selain penyerapan yang besar, kita mencoba lakukan melakukan akselerasi dana-dana APBN supaya bisa menstimulasi kegiatan-kegiatan di sektor transportasi. Maka itu, semua kegiatan yang sifatnya pembangunan, kita lakukan reviu dan detail agar bisa berjalan dengan baik. Selain itu, berkaitan dengan layanan, kita lakukan sebaik dan semaksimal mungkin.
Presiden menggantungkan harapan besar kepada menterinya. Karena itu, Presiden bahkan mengingatkan menteri yang maksimal akan dicopot?
Kalau saya, presiden itu dipilih oleh masyarakat. Tentu harapan terhadap beliau sangat besar. Dan Pak Presiden punya pembantu, yang mana pembantunya harus all out men-drive berbagai proyek dengan baik. Kalau ada menteri yang tak perform, saya pikir itu adalah suatu rules of the game yang berlaku. Kalau tidak, kita juga tidak akan terpacu untuk bekerja.
Pembangunan infrastruktur transportasi tentu membutuhkan dana besar. Apakah APBN untuk Kemenhub cukup memenuhi target?
Memang menjadi satu skema yang umum dalam pengembangan suatu negara, yang namanya APBN itu adalah hal dasar. Di Indonesia, APBN itu hanya bisa memenuhi 15% dari total kebutuhan infrastruktur. Jadi kalau anggaran Kemenhub itu Rp43 triliun sekarang, riil yang dibutuhkan itu seharusnya Rp350 triliun.
Nah, bagaimana itu dicapai. Ada beberapa hal, pertama seperti penerbangan itu sudah dilakukan secara bisnis, dan perkapalan juga begitu. Tapi ada satu lagi special effort, yaitu merangkul keterlibatan swasta lebih jauh.
Langkahnya apa, ya kita lakukan kerja sama konsesi, ada di bandara, pelabuhan, terminal bahkan stasiun KA. Bahkan, kita sudah kerja sama (pemanfaatan) KSP untuk Angkasa Pura I dan II, melalui lima bandara.
Dari situ kita dapat uang satu tahun itu bisa Rp500 miliar. Artinya, uang ini bisa kita gunakan untuk bangun bandara-bandara kecil di Papua dan Maluku. Bahkan secara intensif, kita undang operator internasional yakni di Labuan Bajo dan Singkawang, dan alhamdulillah banyak peminat.
Ini kita lakukan juga dengan bandara AP I dan AP II dikembangkan bersama investor, misalnya Kualanamu dan Sam Ratulangi. Karena praktis tahun depan ekonomi itu melambat, sekarang bagaimana APBN yang ada itu kita maksimalkan.
Demi mendukung pembangunan infrastruktur penerbangan, apakah Indonesia perlu membuka investasi asing?
Sebenarnya untuk asing itu alternatif yang paling belakang sekali. Misalnya kalau memang teman-teman penerbangan welcome, dunia penerbangan ini adalah suatu dunia yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat.
Namun, penerbangan dunia ini adalah padat modal, padat tenaga kerja, juga teknologi, karena komponen-komponen dalam harga penerbangan ini sangat mahal dan itu fluktuatif dan bisa berubah-ubah.
Karena itu, kami intensif melakukan pembinaan agar di satu sisi mereka bisa survive mendapat keuntungan atau return yang baik, tapi mereka (airlines) tetap kita sarankan dan akomodasi melayani masyarakat dengan harga yang terjangkau dan kompetitif. Katakanlah untuk tarif pesawat di waktu weekend, katakanlah kita mengacu ke tarif batas atas. Namun kalau weekdays, itu kan low season, maka sewajarnya berilah harga yang murah.
Untuk transportasi udara, masyarakat merasakan sangat mahal. Apakah ada solusi sehingga harga tiket pesawat bisa terjangkau?
Mungkin begini, tiket pesawat itu ada suatu kejadian di mana masyarakat terbiasa dengan tiket murah karena adanya kompetisi antar-airlines. Memang ini tak bagus, karena seolah-olah harga itulah yang wajib disampaikan atau dibuat oleh penerbangan.
Tapi kalau kita kalkulasi, memang ada suatu average harga yang di atas rata-rata itu. Tapi bukan berarti kita tak bisa memberikan harga yang terjangku untuk masyarakat. Makanya ada solusi. Pertama, memangkas harga avtur yang merupakan 60% cost penerbangan. Kedua, kita memilah-milah hari mana yang kecenderungannya seat kosong atau penuh. Nah kalau penuh, mereka bisa menerapkan harga yang bersaing.
Sementara itu, harga yang rata-rata itu kalau penuh di peak season atau weekend. Kalau Selasa, Rabu, Kamis, itu kan jam sembilan bisa dengan tarif murah karena low season. Dan orang bisa menjangkau itu. Jadi kalau mau ketemu keluarga, baiknya di weekdays.
Kita memasyarakatkan yang seperti Itu. Tentu kita juga diskusi dengan Pertamina sebagai pemasok avtur supaya bisa memberikan harga relatif terjangkau, dan bisa memberikan efek pada harga tarif tiket yang affordable bagi masyarakat.
Sejauh ini apakah ada dampak kenaikan harga tiket dan tingkat okupansi pesawat?
Pada enam bulan lalu, memang cukup terasa turunnya. Kami rapat dengan airport operator, air regulation, dan semua itu sudah kita pantau. Untuk bandara utama seperti Bali dan Jakarta, itu sudah menuju angka normal penumpangnya. Namun, di luar itu memang penumpang belum kembali normal sepenuhnya. Itu tantangan kita ke depan.
Program tol laut tetap menjadi prioritas. Apakah pemerintah akan merangkul pihak swasta?
Masih, saya jelaskan bahwa tol laut ini memastikan distribusi dari barang yang ada di Indonesia barat ke timur terjadi. Kedua mengurangi disparitas. Mengapa harga barang di Surabaya murah, di Papua mahal, makanya solusi di tol laut.
Pertama kali ini dilakukan dengan PT Pelni, namun kita menjangkau swasta. Bahkan akan datang karena kebutuhan laut itu begitu penting maka akan kita lakukan dengan startup untuk memasarkan barang, barangkali juga nanti bisa mengumpulkan siapa calon-calon pembeli. Kita lakukan pertukaran sederhananya.
Transportasi berbasis online kian marak di Tanah Air. Kabarnya Kemenhub merancang undang-undang untuk mengatur perkembangan tersebut?
Begini, satu yang kita harus tahu. Bagaimanapun itu, kita sudah bisa membuat suatu peraturan walaupun itu diskresi yang menampung orang bekerja lebih kurang dua juta. Berarti ada 10 juta manusia yang dihidupi dari transportasi online ini.
Apalagi, online ini memberikan supporting dari kegiatan sehari-hari. Dari Grab Food, logistik, dan sebagainya. Nah dari kegiatan-kegiatan itu, ada substitusi yang dilakukan sehingga kegiatan masyarakat berkembang. Nah dikaitkan dengan UU, boleh saja dibuatkan UU di mana kita akan diskusi dengan DPR dan melihat realitasnya seperti apa.
Realitasnya/faktanya bahwa ojek online ini sudah menjadi mata pencarian sebagian besar masyarakat. Karena itu, itu jadi pertimbangan bagaimana kita menjadikan pertimbangan mengakomodasi.
Pemerintah mendorong proyek mobil listrik. Nah, dari Kemenhub sendiri saat ini upaya apa yang akan terus dilakukan?
Mobil listrik ini merupakan suatu keniscayaan. Suatu waktu nanti kita dapatkan bahwa realitasnya, masyarakat akan menggunakan mobil listrik. Tapi tak serta-merta bisa langsung diterima. Karena itu, Bapak Presiden sudah menyampaikan bahwa taksi-taksi seperti Bluebird online dan angkutan darat Transjakarta maupun taksi online, mereka duluan sudah memasyarakatkan mobil listrik ini.
Jadi, saya sudah bicarakan. Ada motor dan mobil tertentu juga yang cocok. Dan operator ini juga sebenarnya concern dengan kendaraan ramah lingkungan. Harapannya, dengan pengenalan seperti ini, pasarnya makin banyak.
Saat pasarnya banyak, kami minta kepada swasta supaya meng-invite industri mobil listrik supaya bisa membuat mobil untuk kebutuhan masyarakat, sebab bukan tidak mungkin ada investor lokal kerja sama dengan industri mobil listrik internasional sehingga suatu saat kita bisa mengekspor.
Ini kerjaan bukan satu-dua tahun, namun lima sampai sepuluh tahun. Kita harapkan juga masyarakat makin confidence menggunakan kendaraan listrik seiring dengan semakin tingginya populasi yang berdampak pada tingkat pencemaran.
Dipercaya kembali menjadi menteri, berarti kesibukan tanpa henti kembali berlanjut. Bagaimana Anda bisa membagi waktu, baik untuk keluarga maupun untuk menyalurkan hobi?
Ada saya biasanya mengatur waktu, ada dengan keluarga, dan menyisihkan waktu ke daerah, karena Indonesia itu luas, sedangkan tugas saya memberikan motivasi kepada tim saya, sosialisasi dan pelayanan ke masyarakat.
Apakah kegiatan nge-band masih lanjut? Apakah akan ada band baru di kabinet ini?
Tetap lanjut, yang namanya hobi saya balancing ya. Sehari-hari saya juga aktif di alumni Kagama. Di situ saya berinteraksi dengan alumni milenial ya, seninya juga ada di situ. Kadang manggung, kadang nyanyi sendiri, tapi intinya untuk keseimbangan hidup saja.
Anda kembali mendapat kepercayaan sebagai menteri perhubungan. Apakah ada program baru yang akan dilaksanakan untuk lima tahun ke depan?
Saya tegaskan bahwa program saya adalah turunan dari visi-misi presiden. Kalau sebelumnya namanya Nawacita, namun secara khusus Kemenhub itu ada tugas berkaitan dengan konektivitas berkaitan dengan perhubungan dan logistik.
Tapi sekarang ini, pesan khusus Bapak Presiden harus memajukan pariwisata, khususnya lima Bali baru. Kedua, karena konektivitas ini berkaitan dengan tantangan merekatkan persatuan Indonesia maka kita berkewajiban menjangkau daerah-daerah terluar, terpencil, dan wilayah perbatasan.
Dari berbagai program sebelumnya, apakah ada yang belum terselesaikan?
Yang namanya pelayanan perhubungan, akan selalu kontinu. Misalnya transportasi online, tol laut maupun kegiatan yang ada bandara dan pelabuhan. Oleh karena itu, Pak Presiden memberikan secara khusus penekanan kepada kami bahwa apa yang kami buat itu harus sampai kepada masyarakat, harus bisa melayani masyarakat.
Lazimnya kabinet baru, ada program 100 hari. Apakah Anda juga melakukan hal tersebut?
Secara spesifik, saya tidak ada program yang seperti itu, karena saya meneruskan apa yang sudah saya jalankan sebelumnya. Seperti penyerapan, saya akan selalu memaksimalkan bagaimana penyerapan anggaran itu baik dan semakin baik setiap tahun. Kita tahu ekonomi global sedang bermasalah.
Kemudian selain penyerapan yang besar, kita mencoba lakukan melakukan akselerasi dana-dana APBN supaya bisa menstimulasi kegiatan-kegiatan di sektor transportasi. Maka itu, semua kegiatan yang sifatnya pembangunan, kita lakukan reviu dan detail agar bisa berjalan dengan baik. Selain itu, berkaitan dengan layanan, kita lakukan sebaik dan semaksimal mungkin.
Presiden menggantungkan harapan besar kepada menterinya. Karena itu, Presiden bahkan mengingatkan menteri yang maksimal akan dicopot?
Kalau saya, presiden itu dipilih oleh masyarakat. Tentu harapan terhadap beliau sangat besar. Dan Pak Presiden punya pembantu, yang mana pembantunya harus all out men-drive berbagai proyek dengan baik. Kalau ada menteri yang tak perform, saya pikir itu adalah suatu rules of the game yang berlaku. Kalau tidak, kita juga tidak akan terpacu untuk bekerja.
Pembangunan infrastruktur transportasi tentu membutuhkan dana besar. Apakah APBN untuk Kemenhub cukup memenuhi target?
Memang menjadi satu skema yang umum dalam pengembangan suatu negara, yang namanya APBN itu adalah hal dasar. Di Indonesia, APBN itu hanya bisa memenuhi 15% dari total kebutuhan infrastruktur. Jadi kalau anggaran Kemenhub itu Rp43 triliun sekarang, riil yang dibutuhkan itu seharusnya Rp350 triliun.
Nah, bagaimana itu dicapai. Ada beberapa hal, pertama seperti penerbangan itu sudah dilakukan secara bisnis, dan perkapalan juga begitu. Tapi ada satu lagi special effort, yaitu merangkul keterlibatan swasta lebih jauh.
Langkahnya apa, ya kita lakukan kerja sama konsesi, ada di bandara, pelabuhan, terminal bahkan stasiun KA. Bahkan, kita sudah kerja sama (pemanfaatan) KSP untuk Angkasa Pura I dan II, melalui lima bandara.
Dari situ kita dapat uang satu tahun itu bisa Rp500 miliar. Artinya, uang ini bisa kita gunakan untuk bangun bandara-bandara kecil di Papua dan Maluku. Bahkan secara intensif, kita undang operator internasional yakni di Labuan Bajo dan Singkawang, dan alhamdulillah banyak peminat.
Ini kita lakukan juga dengan bandara AP I dan AP II dikembangkan bersama investor, misalnya Kualanamu dan Sam Ratulangi. Karena praktis tahun depan ekonomi itu melambat, sekarang bagaimana APBN yang ada itu kita maksimalkan.
Demi mendukung pembangunan infrastruktur penerbangan, apakah Indonesia perlu membuka investasi asing?
Sebenarnya untuk asing itu alternatif yang paling belakang sekali. Misalnya kalau memang teman-teman penerbangan welcome, dunia penerbangan ini adalah suatu dunia yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat.
Namun, penerbangan dunia ini adalah padat modal, padat tenaga kerja, juga teknologi, karena komponen-komponen dalam harga penerbangan ini sangat mahal dan itu fluktuatif dan bisa berubah-ubah.
Karena itu, kami intensif melakukan pembinaan agar di satu sisi mereka bisa survive mendapat keuntungan atau return yang baik, tapi mereka (airlines) tetap kita sarankan dan akomodasi melayani masyarakat dengan harga yang terjangkau dan kompetitif. Katakanlah untuk tarif pesawat di waktu weekend, katakanlah kita mengacu ke tarif batas atas. Namun kalau weekdays, itu kan low season, maka sewajarnya berilah harga yang murah.
Untuk transportasi udara, masyarakat merasakan sangat mahal. Apakah ada solusi sehingga harga tiket pesawat bisa terjangkau?
Mungkin begini, tiket pesawat itu ada suatu kejadian di mana masyarakat terbiasa dengan tiket murah karena adanya kompetisi antar-airlines. Memang ini tak bagus, karena seolah-olah harga itulah yang wajib disampaikan atau dibuat oleh penerbangan.
Tapi kalau kita kalkulasi, memang ada suatu average harga yang di atas rata-rata itu. Tapi bukan berarti kita tak bisa memberikan harga yang terjangku untuk masyarakat. Makanya ada solusi. Pertama, memangkas harga avtur yang merupakan 60% cost penerbangan. Kedua, kita memilah-milah hari mana yang kecenderungannya seat kosong atau penuh. Nah kalau penuh, mereka bisa menerapkan harga yang bersaing.
Sementara itu, harga yang rata-rata itu kalau penuh di peak season atau weekend. Kalau Selasa, Rabu, Kamis, itu kan jam sembilan bisa dengan tarif murah karena low season. Dan orang bisa menjangkau itu. Jadi kalau mau ketemu keluarga, baiknya di weekdays.
Kita memasyarakatkan yang seperti Itu. Tentu kita juga diskusi dengan Pertamina sebagai pemasok avtur supaya bisa memberikan harga relatif terjangkau, dan bisa memberikan efek pada harga tarif tiket yang affordable bagi masyarakat.
Sejauh ini apakah ada dampak kenaikan harga tiket dan tingkat okupansi pesawat?
Pada enam bulan lalu, memang cukup terasa turunnya. Kami rapat dengan airport operator, air regulation, dan semua itu sudah kita pantau. Untuk bandara utama seperti Bali dan Jakarta, itu sudah menuju angka normal penumpangnya. Namun, di luar itu memang penumpang belum kembali normal sepenuhnya. Itu tantangan kita ke depan.
Program tol laut tetap menjadi prioritas. Apakah pemerintah akan merangkul pihak swasta?
Masih, saya jelaskan bahwa tol laut ini memastikan distribusi dari barang yang ada di Indonesia barat ke timur terjadi. Kedua mengurangi disparitas. Mengapa harga barang di Surabaya murah, di Papua mahal, makanya solusi di tol laut.
Pertama kali ini dilakukan dengan PT Pelni, namun kita menjangkau swasta. Bahkan akan datang karena kebutuhan laut itu begitu penting maka akan kita lakukan dengan startup untuk memasarkan barang, barangkali juga nanti bisa mengumpulkan siapa calon-calon pembeli. Kita lakukan pertukaran sederhananya.
Transportasi berbasis online kian marak di Tanah Air. Kabarnya Kemenhub merancang undang-undang untuk mengatur perkembangan tersebut?
Begini, satu yang kita harus tahu. Bagaimanapun itu, kita sudah bisa membuat suatu peraturan walaupun itu diskresi yang menampung orang bekerja lebih kurang dua juta. Berarti ada 10 juta manusia yang dihidupi dari transportasi online ini.
Apalagi, online ini memberikan supporting dari kegiatan sehari-hari. Dari Grab Food, logistik, dan sebagainya. Nah dari kegiatan-kegiatan itu, ada substitusi yang dilakukan sehingga kegiatan masyarakat berkembang. Nah dikaitkan dengan UU, boleh saja dibuatkan UU di mana kita akan diskusi dengan DPR dan melihat realitasnya seperti apa.
Realitasnya/faktanya bahwa ojek online ini sudah menjadi mata pencarian sebagian besar masyarakat. Karena itu, itu jadi pertimbangan bagaimana kita menjadikan pertimbangan mengakomodasi.
Pemerintah mendorong proyek mobil listrik. Nah, dari Kemenhub sendiri saat ini upaya apa yang akan terus dilakukan?
Mobil listrik ini merupakan suatu keniscayaan. Suatu waktu nanti kita dapatkan bahwa realitasnya, masyarakat akan menggunakan mobil listrik. Tapi tak serta-merta bisa langsung diterima. Karena itu, Bapak Presiden sudah menyampaikan bahwa taksi-taksi seperti Bluebird online dan angkutan darat Transjakarta maupun taksi online, mereka duluan sudah memasyarakatkan mobil listrik ini.
Jadi, saya sudah bicarakan. Ada motor dan mobil tertentu juga yang cocok. Dan operator ini juga sebenarnya concern dengan kendaraan ramah lingkungan. Harapannya, dengan pengenalan seperti ini, pasarnya makin banyak.
Saat pasarnya banyak, kami minta kepada swasta supaya meng-invite industri mobil listrik supaya bisa membuat mobil untuk kebutuhan masyarakat, sebab bukan tidak mungkin ada investor lokal kerja sama dengan industri mobil listrik internasional sehingga suatu saat kita bisa mengekspor.
Ini kerjaan bukan satu-dua tahun, namun lima sampai sepuluh tahun. Kita harapkan juga masyarakat makin confidence menggunakan kendaraan listrik seiring dengan semakin tingginya populasi yang berdampak pada tingkat pencemaran.
Dipercaya kembali menjadi menteri, berarti kesibukan tanpa henti kembali berlanjut. Bagaimana Anda bisa membagi waktu, baik untuk keluarga maupun untuk menyalurkan hobi?
Ada saya biasanya mengatur waktu, ada dengan keluarga, dan menyisihkan waktu ke daerah, karena Indonesia itu luas, sedangkan tugas saya memberikan motivasi kepada tim saya, sosialisasi dan pelayanan ke masyarakat.
Apakah kegiatan nge-band masih lanjut? Apakah akan ada band baru di kabinet ini?
Tetap lanjut, yang namanya hobi saya balancing ya. Sehari-hari saya juga aktif di alumni Kagama. Di situ saya berinteraksi dengan alumni milenial ya, seninya juga ada di situ. Kadang manggung, kadang nyanyi sendiri, tapi intinya untuk keseimbangan hidup saja.
(don)