Jajal LRT, Penguasaan Teknologi Kereta Api Harus Dipercepat
A
A
A
JAKARTA - Kemampuan anak bangsa menguasai teknologi perkeretaapian berkembang pesat. Penguasaan teknologi akan terus meningkat seiring kian banyak kebutuhan kereta dari berbagai kota besar di Tanah Air untuk layanan transportasi massal.
Apresiasi ini disampaikan Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro saat menjajal kereta light rail transit (LRT) dari stasiun Cibubur menuju Stasiun Ciracas, kemarin. Di antara kemampuan yang adalah pembuatan gerbong dan pengujiannya yang dilakukan di dalam negeri.
Untuk mendukung akselerasi perkembangan industri kereta api nasional, pemerintah telah memasukkan keretaapi dalam prioritas riset nasional.
Hal ini sekaligus merespons Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional lima tahun ke depan, yang memproyeksikan ada lima sampai enam kota besar yang akan membangun sistem transportasi massal berbasis kereta api.
Bersamaan dengan itu, pemerintah mendorong tingkat komponen dalam negeri (TKDN)-nya semakin besar. Bukan hanya kebutuhan gerbong dan lokomotif, melainkan juga persinyalan hingga infrastruktur rel.
“Di situlah kita perlu memastikan bahwa ketika ada kegiatan besar terkait kereta api, kita upayakan lokal konten, TKDN semakin besar terutama dengan penguasaan teknologi oleh putra-putri bangsa kita sendiri,” ujar Bambang kemarin. Dalam uji coba tersebut, dia didampingi Kepala BPPT Hammam Riza dan Kepala LIPI Laksana Tri Handoko.
Dia mengungkapkan, untuk LRT yang dibuat PT INKA ini, komponen asing yang harus dibeli ialah perangkat motor listrik dan remnya saja. Sisanya sudah bisa dibuat sendiri. Namun, dia mengungkapkan saat PT INKA saat ini sedang memutakhirkan kemampuan teknologi mereka, termasuk keterlibatan BPPT dan LIPI untuk penguasaan teknologi kereta cepat. “Sehingga jika nanti kereta cepat juga beroperasi maka teknologinya sudah bisa dikuasai,” katanya.
Lebih jauh dia menuturkan, infrastruktur yang perlu dilengkapi salah satunya laboratorium pengujian. Dia mengungkapkan, lab uji untuk kereta cepat yang belum dimiliki di Indonesia. Dengan demikian jika kereta cepat beroperasi di Indonesia, kita tidak lagi bergantung kepada semata-mata yang dari luar negeri.
Kepala BPPT Hammam Riza menyebut pihaknya sejak awal pembangunan LRT ini terus melakukan pendampingan teknologi kepada PT INKA. “Mulai desain kereta LRT, uji beban, uji persinyalan, hingga uji bangunan stasiun LRT, BPPT terus mendukung PT INKA,” jelas Hammam.
Audit teknologi, sebut Hammam, juga dilaksanakan oleh BPPT agar LRT Jabodebek ini sesuai dengan standar internasional. Dia menuturkan, tim BPPT sejak 2018 lalu telah melakukan pengujian terhadap car body LRT Jabodebek difasilitas PT INKA Madiun. Aspek RAMS atau Reliability,Availability, Maintainability and Safety , jelas Hammam, menjadi titik perha tian. Dalam aspek RAMS, menurutnya, BPPT juga menyoroti perihal revieu, validasi, dan verifikasi desain dalam setiap langkah proses pengembangan teknis dan sistem kerja di dalam kereta api.
“Kontribusi utama BPPT secara teknis adalah agar aspek RAMS terpenuhi. Seperti untuk komponen utama yang disepakati, antara lain seperti door system dan bogie. Jadis elama proses rancang bangun dan rekayasa ini maka project management pembuatan LRT, serta pengawasan terhadap quality process menjadi perhatian besar. Pengawasan quality process, melalui fasilitas pengujian BPPT,” papar dia.
Uji beban dan kebisingan atau noise juga dilakukan oleh BPPT dalam pembangunan LRT tersebut. Uji kekuatan struktur dan noise kereta LRT Jabodebek ini, urainya, dilakukan guna memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna LRT.
“Uji beban atau kekuatan struktur LRT itu, bagaimana jika diberi beban yang besar, dapat terus berjalan dengan aman. Kemudian, rekomendasi desain terkait kebisingan dan vibrasi untuk kenyamanan selama perjalanan LRT ditujukan agar penumpang dapat berkomunikasi dengan nyaman selama perjalanan didalam LRT, dan penduduk sekitar daerah yang dilewati LRT tidak terganggu kebisingan,” paparnya.
Hammam menegaskan, pihaknya akan terus melakukan penguasaan dan pendayagunaan teknologi hingga menjadi inovasi yang dipakai bangsa sendiri, contohnya untuk LRT ini, yang akan terusdi kembangkan agar grade of automation (GoA) dan SIL atau system interlockingnya semakin meningkat grading-nya.
“Grade of automation kereta LRT ini sudah standar dunia. Iot dan AI dapat dimanfaatkan agar kereta ini level otomatisasinya semakin tinggi, semakin otomatis. Saat ini GoA di level 3 dan SIL-nya level 4. Ke depan kita akan terus kuasai teknologi tersebut, untuk meningkatkan TKDN di dalam infrastruktur yang dibangun, guna mewujudkan Indonesia Maju,” pungkasnya. (Neneng Zubaidah)
Apresiasi ini disampaikan Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro saat menjajal kereta light rail transit (LRT) dari stasiun Cibubur menuju Stasiun Ciracas, kemarin. Di antara kemampuan yang adalah pembuatan gerbong dan pengujiannya yang dilakukan di dalam negeri.
Untuk mendukung akselerasi perkembangan industri kereta api nasional, pemerintah telah memasukkan keretaapi dalam prioritas riset nasional.
Hal ini sekaligus merespons Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional lima tahun ke depan, yang memproyeksikan ada lima sampai enam kota besar yang akan membangun sistem transportasi massal berbasis kereta api.
Bersamaan dengan itu, pemerintah mendorong tingkat komponen dalam negeri (TKDN)-nya semakin besar. Bukan hanya kebutuhan gerbong dan lokomotif, melainkan juga persinyalan hingga infrastruktur rel.
“Di situlah kita perlu memastikan bahwa ketika ada kegiatan besar terkait kereta api, kita upayakan lokal konten, TKDN semakin besar terutama dengan penguasaan teknologi oleh putra-putri bangsa kita sendiri,” ujar Bambang kemarin. Dalam uji coba tersebut, dia didampingi Kepala BPPT Hammam Riza dan Kepala LIPI Laksana Tri Handoko.
Dia mengungkapkan, untuk LRT yang dibuat PT INKA ini, komponen asing yang harus dibeli ialah perangkat motor listrik dan remnya saja. Sisanya sudah bisa dibuat sendiri. Namun, dia mengungkapkan saat PT INKA saat ini sedang memutakhirkan kemampuan teknologi mereka, termasuk keterlibatan BPPT dan LIPI untuk penguasaan teknologi kereta cepat. “Sehingga jika nanti kereta cepat juga beroperasi maka teknologinya sudah bisa dikuasai,” katanya.
Lebih jauh dia menuturkan, infrastruktur yang perlu dilengkapi salah satunya laboratorium pengujian. Dia mengungkapkan, lab uji untuk kereta cepat yang belum dimiliki di Indonesia. Dengan demikian jika kereta cepat beroperasi di Indonesia, kita tidak lagi bergantung kepada semata-mata yang dari luar negeri.
Kepala BPPT Hammam Riza menyebut pihaknya sejak awal pembangunan LRT ini terus melakukan pendampingan teknologi kepada PT INKA. “Mulai desain kereta LRT, uji beban, uji persinyalan, hingga uji bangunan stasiun LRT, BPPT terus mendukung PT INKA,” jelas Hammam.
Audit teknologi, sebut Hammam, juga dilaksanakan oleh BPPT agar LRT Jabodebek ini sesuai dengan standar internasional. Dia menuturkan, tim BPPT sejak 2018 lalu telah melakukan pengujian terhadap car body LRT Jabodebek difasilitas PT INKA Madiun. Aspek RAMS atau Reliability,Availability, Maintainability and Safety , jelas Hammam, menjadi titik perha tian. Dalam aspek RAMS, menurutnya, BPPT juga menyoroti perihal revieu, validasi, dan verifikasi desain dalam setiap langkah proses pengembangan teknis dan sistem kerja di dalam kereta api.
“Kontribusi utama BPPT secara teknis adalah agar aspek RAMS terpenuhi. Seperti untuk komponen utama yang disepakati, antara lain seperti door system dan bogie. Jadis elama proses rancang bangun dan rekayasa ini maka project management pembuatan LRT, serta pengawasan terhadap quality process menjadi perhatian besar. Pengawasan quality process, melalui fasilitas pengujian BPPT,” papar dia.
Uji beban dan kebisingan atau noise juga dilakukan oleh BPPT dalam pembangunan LRT tersebut. Uji kekuatan struktur dan noise kereta LRT Jabodebek ini, urainya, dilakukan guna memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna LRT.
“Uji beban atau kekuatan struktur LRT itu, bagaimana jika diberi beban yang besar, dapat terus berjalan dengan aman. Kemudian, rekomendasi desain terkait kebisingan dan vibrasi untuk kenyamanan selama perjalanan LRT ditujukan agar penumpang dapat berkomunikasi dengan nyaman selama perjalanan didalam LRT, dan penduduk sekitar daerah yang dilewati LRT tidak terganggu kebisingan,” paparnya.
Hammam menegaskan, pihaknya akan terus melakukan penguasaan dan pendayagunaan teknologi hingga menjadi inovasi yang dipakai bangsa sendiri, contohnya untuk LRT ini, yang akan terusdi kembangkan agar grade of automation (GoA) dan SIL atau system interlockingnya semakin meningkat grading-nya.
“Grade of automation kereta LRT ini sudah standar dunia. Iot dan AI dapat dimanfaatkan agar kereta ini level otomatisasinya semakin tinggi, semakin otomatis. Saat ini GoA di level 3 dan SIL-nya level 4. Ke depan kita akan terus kuasai teknologi tersebut, untuk meningkatkan TKDN di dalam infrastruktur yang dibangun, guna mewujudkan Indonesia Maju,” pungkasnya. (Neneng Zubaidah)
(nfl)