Anabatic Technologies Incar Pendapatan Rp6,1 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Anabatic Technologies Tbk (ATIC), perusahaan solusi teknologi dan informasi (TI), optimistis pendapatan hingga akhir tahun ini bisa mencapai Rp6,1 triliun, atau naik 12,9% dibandingkan realisasi 2018 sebesar Rp5,4 triliun. Hal ini ditopang oleh tiga lini bisnis utama Anabatic.
Presiden Direktur Anabatic Technologies Harry Surjanto Hambali mengatakan, pendapatan perseroan dikontribusikan tiga lini bisnis utama, yaitu Mission Critical Digital Solution (MCDS) yang menyediakan solusi TI dengan target market industri perbankan, asuransi, dan pemerintah. Lini bisnis kedua Digitally Enriched Outsourcing Service (DEOS) menyediakan layanan outsourcing proses bisnis terintegrasi yakni layanan sumber daya manusia (SDM), proses bisnis, dan pemasaran digital.
Ketiga adalah Cloud & Digital Platform Partner (CDPP) yang menyediakan solusi infrastruktur TI high-end, keamanan siber & konsultasi TI, Implementasi perangkat lunak, serta layanan migrasi data. “Kami yakin bisa meraih pendapatan Rp6,1 triliun dengan laba bersih sekitar Rp86 miliar,” kata Harry dalam paparan publik perseroan di Jakarta kemarin.
Direktur Anabatic Technologies Adriansyah menambahkan, hingga November 2019 realisasi belanja modal (capital expenditure/capex) perseroan mencapai Rp150 miliar. Angka ini kemungkinan besar tidak berubah hingga Desember 2019. Dari alokasi capex, sebesar Rp60 miliar untuk pengembangan bisnis, Rp40 miliar untuk fix asset dan sebesar Rp50 miliar untuk akuisisi perusahaan financial technologies (fintech). Sepanjang 2019 Anabatic sudah melakukan akuisisi tiga perusahaan fintech dan mendirikan satu perusahaan sendiri. Sementara sumber pendanaan capex mayoritas dari kas internal dan convertible bond dengan porsi lebih dari 70%, sementara sisanya dari pinjaman bank.
Adriansyah mengungkapkan, fintech di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar sehingga Anabatic juga turut melakukan pengembangan bisnis ini dengan meluncurkan IKI yang merupakan brand layanan dari anak perusahaan Anabatic. Saat ini IKI telah memiliki layanan PPOB (Payment Point Online Banking),pengiriman uang (remitansi), dan peer to peer lending untuk UMKM.
Saat ini IKI telah memiliki lebih dari 150K partner/agen di seluruh Indonesia. (Heru Febrianto)
Presiden Direktur Anabatic Technologies Harry Surjanto Hambali mengatakan, pendapatan perseroan dikontribusikan tiga lini bisnis utama, yaitu Mission Critical Digital Solution (MCDS) yang menyediakan solusi TI dengan target market industri perbankan, asuransi, dan pemerintah. Lini bisnis kedua Digitally Enriched Outsourcing Service (DEOS) menyediakan layanan outsourcing proses bisnis terintegrasi yakni layanan sumber daya manusia (SDM), proses bisnis, dan pemasaran digital.
Ketiga adalah Cloud & Digital Platform Partner (CDPP) yang menyediakan solusi infrastruktur TI high-end, keamanan siber & konsultasi TI, Implementasi perangkat lunak, serta layanan migrasi data. “Kami yakin bisa meraih pendapatan Rp6,1 triliun dengan laba bersih sekitar Rp86 miliar,” kata Harry dalam paparan publik perseroan di Jakarta kemarin.
Direktur Anabatic Technologies Adriansyah menambahkan, hingga November 2019 realisasi belanja modal (capital expenditure/capex) perseroan mencapai Rp150 miliar. Angka ini kemungkinan besar tidak berubah hingga Desember 2019. Dari alokasi capex, sebesar Rp60 miliar untuk pengembangan bisnis, Rp40 miliar untuk fix asset dan sebesar Rp50 miliar untuk akuisisi perusahaan financial technologies (fintech). Sepanjang 2019 Anabatic sudah melakukan akuisisi tiga perusahaan fintech dan mendirikan satu perusahaan sendiri. Sementara sumber pendanaan capex mayoritas dari kas internal dan convertible bond dengan porsi lebih dari 70%, sementara sisanya dari pinjaman bank.
Adriansyah mengungkapkan, fintech di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar sehingga Anabatic juga turut melakukan pengembangan bisnis ini dengan meluncurkan IKI yang merupakan brand layanan dari anak perusahaan Anabatic. Saat ini IKI telah memiliki layanan PPOB (Payment Point Online Banking),pengiriman uang (remitansi), dan peer to peer lending untuk UMKM.
Saat ini IKI telah memiliki lebih dari 150K partner/agen di seluruh Indonesia. (Heru Febrianto)
(nfl)