Ekonom Prediksi Inflasi November Capai 0,20%
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi inflasi bulan November terkendali di kisaran 0,20% dari bulan sebelumnya yang tercatat di angka 0,02% (month on month/MoM). Sementara itu, inflasi tahunan per bulan November diperkirakan mencapai 3,05% (year on year/YoY) dari bulan sebelumnya yang tercatat 3,13%.
Adapun inflasi bulan November lebih didominasi oleh peningkatan inflasi inti dan inflasi harga bergejolak. Beberapa harga komoditas pangan yang cenderung meningkat dibandingkan bukan sebelumnya antara lain daging ayam (7,9%), bawang merah (16,5%) dan telur ayam (1,5%).
"Meskipun terdapat beberapa komoditas pangan yang cenderung menurun antara lain cabai merah (-8,6%) dan cabai rawit (-6,8%). Sementara itu, inflasi inti cenderung stabil di kisaran 3,13% (YoY) mempertimbangkan tren penurunan harga emas pada bulan November," ujar Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Minggu (1/12/2019).
Dia melanjutkan, meskipun inflasi akhir tahun diperkirakan tetap terkendali di kisaran 3,1%, namun tren inflasi cenderung meningkat pada awal tahun depan seiring turunnya produksi bahan pangan menjelasng musim panen. "Kemudian ditambah pula oleh efek kenaikan cukai rokok dan premi BPJS Kesehatan," jelasnya.
Adapun inflasi bulan November lebih didominasi oleh peningkatan inflasi inti dan inflasi harga bergejolak. Beberapa harga komoditas pangan yang cenderung meningkat dibandingkan bukan sebelumnya antara lain daging ayam (7,9%), bawang merah (16,5%) dan telur ayam (1,5%).
"Meskipun terdapat beberapa komoditas pangan yang cenderung menurun antara lain cabai merah (-8,6%) dan cabai rawit (-6,8%). Sementara itu, inflasi inti cenderung stabil di kisaran 3,13% (YoY) mempertimbangkan tren penurunan harga emas pada bulan November," ujar Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Minggu (1/12/2019).
Dia melanjutkan, meskipun inflasi akhir tahun diperkirakan tetap terkendali di kisaran 3,1%, namun tren inflasi cenderung meningkat pada awal tahun depan seiring turunnya produksi bahan pangan menjelasng musim panen. "Kemudian ditambah pula oleh efek kenaikan cukai rokok dan premi BPJS Kesehatan," jelasnya.
(fjo)