Mentan dan Gubernur Jatim Lepas Ekspor di Pelabuhan Tanjung Perak
A
A
A
SURABAYA - Komitmen Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong ekspor tiga kali lipat semakin berpotensi terwujud. Hal itu dibuktikan dengan dilepasnya ekspor komoditas pertanian ke tiga negara tujuan: Brasil, Italia, dan Singapura.
Pelepasan ekspor tersebutdilakukan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, kemarin.
Ekspor 110 ton atau senilai Rp2 miliar tersebut terdiri atas 54 ton pupuk organik senilai Rp108,6 juta ke Singapura, 10 ton bunga cengkih senilai Rp877,8 juta ke Brasil, 46 ton biji kopi robusta senilai Rp1,02 miliar ke Italia.
Mentan SYL mengatakan, dengan dilepasnya ratusan ton komoditas pertanian ini membuktikan bahwa ekspor merupakan ruang yang cukup bagus untuk memfasilitasi berbagai komoditas yang ada di Indonesia sehingga bisa dikenal dan dinikmati negara luar. Ekspor ini merupakan gerakan yang sesuai dengan ajakan sekaligus instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menggiatkan ekspor dan investasi.
“Hari ini dengan segala kebanggaan saya bersama Gubernur Jawa Timur telah membuktikan ekspor kita memiliki ruang yang cukup bagus untuk menjadi bagian yang memberi energi ekonomi kita dan memfasilitasi berbagai komoditas yang kita miliki,” kata SYL dalam acara pelepasan ekspor tersebut.
Mantan Gubernur Sulsel ini juga mengungkapkan bahwa dirinya bersama Gubernur Jatim berkomitmen mendorong seluruh eksportir bisa berakselerasi lebih tinggi lagi. Kementan bersama kementerian terkait, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya membangun Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Grati-Eks) pertanian yang dilakukan secara bertahap, terukur terencana pada kurun waktu empat tahun mendatang secara bersama-sama.“Grati-Eks merupakan ajakan kepada seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian untuk bekerja dengan cara yang tidak biasa.Bekerja dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, jejaring, dan kerja sama yang kuat,” ujarnya.
Menurut SYL, Jatim memiliki segalanya. Dia bersama Gubernur Jatim berkomitmen mendorong seluruh eksportir bisa mengakselerasi ekspor lebih tinggi lagi. “Hari ini kita buktikan dengan melepas komoditas pertanian senilai Rp800 miliar,” ungkapnya.
Selain itu, SYL menegaskan, dilepasnya ekspor komoditas pertanian ini menjadi salah satu keyakinan bahwa ke depan ekspor bisa ditingkatkan lagi hingga 100%. Ini menjadi pemantikagar terus meningkatkan kualitas komoditas pertanian sehingga target tiga kali lipat ekspor bisa tercapai. “Seperti yang selalu diingatkan Bapak Presiden, saat ini kita tengah memasuki era kompetisi antar negara yang semakin sengit. Kita tidak boleh berhenti berkreasi dan berinovasi,” katanya.
SYL berharap seluruh pelaku agrobisnis dengan potensi dan iklim yang telah terbangun inidapat terus ditingkatkan. “Tiga kali loncatannya dalam lima tahun ke depan,” sambungnya.
Lebih lanjut SYL mengungkapkan penolakan dalam bentuk notification of non compliance (NNC) yang sangat kecil dari negara tujuan komoditas dari pelabuhan di Jatim merupakan sebuah tanda bahwa pemerintah dan seluruh jajaran di Jatim telah bekerja maksimal. Artinya, Karantina Pertanian telah bekerja dengan benar dan kompak.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, mobil ekspor yang dimiliki Badan Karantina Pertanian sebagai terobosan akselerasi eksporakan membantu para produsenskala menengah bisa terkonsolidasi. Sebab, tak semua terkonfirmasi apa saja yang menjadi persyaratan ekspor. “Makanya proses literasi dan edukasi yang masif akan membuka harapan seperti Pak Menteri sampaikan tiga kali lipat ekspor,” ujarnya.
Karenanya, mantan menteri sosial ini mendorong agar suasana perekonomian di Jatim bisa tumbuh signifikan. Sebab Jatim dan Jateng merupakan penopang ekonomi cukup tinggi. “Makanya, kita harus menjaga suasana stabilitas ekonomi, keamanan terjaga, masyarakat produktif, dan saya berharap Presiden meningkatkan ekspor dan membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya,” kata Khofifah.
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil mengatakan, kinerja ekspor produk pertanian melalui Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya menunjukkan tren menggembirakan. Menurut catatannya, hingga 2 Desember 2019 frekuensi ekspor meningkat hingga 8% jika dibandingkan pada 2018. Volume ekspor meningkat 18,6% dari 16,3 juta ton (2018) menjadi 20,1 juta ton (2019), sedangkan nilai ekspor meningkat 100% dari Rp35,3triliun (2018) menjadi Rp70,8triliun (2019). “Hal yang akan terus menjadi fokus kerja kami, selaku otoritas karantina, adalah memastikan produk pertanian yang akan diekspor telah terjamin kesehatan dan keamanan,” bebernya.
Menjalankan peran sebagai alat perdagangan atau economictools, kata Ali Jamil, Badan Karantina Pertanian mengambil langkah dengan layanan yang berorientasi mendorong akselerasi ekspor. “Selain itu, mengemban peran sebagai pelindung sumber daya alam hayati Indonesia dengan melakukan pengawasan lalu lintas hewan, tumbuhan dan produknya di seluruh pintu pemasukan dan pengeluaran NKRI,” paparnya.
Dalam pelepasan ekspor ini Mentan SYL sekaligus menyerahkan sertifikat ekspor dan dilakukan juga penandatanganan deklarasi ekspor pertanian Jatim tiga kali lipat. (Sudarsono)
Pelepasan ekspor tersebutdilakukan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, kemarin.
Ekspor 110 ton atau senilai Rp2 miliar tersebut terdiri atas 54 ton pupuk organik senilai Rp108,6 juta ke Singapura, 10 ton bunga cengkih senilai Rp877,8 juta ke Brasil, 46 ton biji kopi robusta senilai Rp1,02 miliar ke Italia.
Mentan SYL mengatakan, dengan dilepasnya ratusan ton komoditas pertanian ini membuktikan bahwa ekspor merupakan ruang yang cukup bagus untuk memfasilitasi berbagai komoditas yang ada di Indonesia sehingga bisa dikenal dan dinikmati negara luar. Ekspor ini merupakan gerakan yang sesuai dengan ajakan sekaligus instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menggiatkan ekspor dan investasi.
“Hari ini dengan segala kebanggaan saya bersama Gubernur Jawa Timur telah membuktikan ekspor kita memiliki ruang yang cukup bagus untuk menjadi bagian yang memberi energi ekonomi kita dan memfasilitasi berbagai komoditas yang kita miliki,” kata SYL dalam acara pelepasan ekspor tersebut.
Mantan Gubernur Sulsel ini juga mengungkapkan bahwa dirinya bersama Gubernur Jatim berkomitmen mendorong seluruh eksportir bisa berakselerasi lebih tinggi lagi. Kementan bersama kementerian terkait, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya membangun Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Grati-Eks) pertanian yang dilakukan secara bertahap, terukur terencana pada kurun waktu empat tahun mendatang secara bersama-sama.“Grati-Eks merupakan ajakan kepada seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian untuk bekerja dengan cara yang tidak biasa.Bekerja dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, jejaring, dan kerja sama yang kuat,” ujarnya.
Menurut SYL, Jatim memiliki segalanya. Dia bersama Gubernur Jatim berkomitmen mendorong seluruh eksportir bisa mengakselerasi ekspor lebih tinggi lagi. “Hari ini kita buktikan dengan melepas komoditas pertanian senilai Rp800 miliar,” ungkapnya.
Selain itu, SYL menegaskan, dilepasnya ekspor komoditas pertanian ini menjadi salah satu keyakinan bahwa ke depan ekspor bisa ditingkatkan lagi hingga 100%. Ini menjadi pemantikagar terus meningkatkan kualitas komoditas pertanian sehingga target tiga kali lipat ekspor bisa tercapai. “Seperti yang selalu diingatkan Bapak Presiden, saat ini kita tengah memasuki era kompetisi antar negara yang semakin sengit. Kita tidak boleh berhenti berkreasi dan berinovasi,” katanya.
SYL berharap seluruh pelaku agrobisnis dengan potensi dan iklim yang telah terbangun inidapat terus ditingkatkan. “Tiga kali loncatannya dalam lima tahun ke depan,” sambungnya.
Lebih lanjut SYL mengungkapkan penolakan dalam bentuk notification of non compliance (NNC) yang sangat kecil dari negara tujuan komoditas dari pelabuhan di Jatim merupakan sebuah tanda bahwa pemerintah dan seluruh jajaran di Jatim telah bekerja maksimal. Artinya, Karantina Pertanian telah bekerja dengan benar dan kompak.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, mobil ekspor yang dimiliki Badan Karantina Pertanian sebagai terobosan akselerasi eksporakan membantu para produsenskala menengah bisa terkonsolidasi. Sebab, tak semua terkonfirmasi apa saja yang menjadi persyaratan ekspor. “Makanya proses literasi dan edukasi yang masif akan membuka harapan seperti Pak Menteri sampaikan tiga kali lipat ekspor,” ujarnya.
Karenanya, mantan menteri sosial ini mendorong agar suasana perekonomian di Jatim bisa tumbuh signifikan. Sebab Jatim dan Jateng merupakan penopang ekonomi cukup tinggi. “Makanya, kita harus menjaga suasana stabilitas ekonomi, keamanan terjaga, masyarakat produktif, dan saya berharap Presiden meningkatkan ekspor dan membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya,” kata Khofifah.
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil mengatakan, kinerja ekspor produk pertanian melalui Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya menunjukkan tren menggembirakan. Menurut catatannya, hingga 2 Desember 2019 frekuensi ekspor meningkat hingga 8% jika dibandingkan pada 2018. Volume ekspor meningkat 18,6% dari 16,3 juta ton (2018) menjadi 20,1 juta ton (2019), sedangkan nilai ekspor meningkat 100% dari Rp35,3triliun (2018) menjadi Rp70,8triliun (2019). “Hal yang akan terus menjadi fokus kerja kami, selaku otoritas karantina, adalah memastikan produk pertanian yang akan diekspor telah terjamin kesehatan dan keamanan,” bebernya.
Menjalankan peran sebagai alat perdagangan atau economictools, kata Ali Jamil, Badan Karantina Pertanian mengambil langkah dengan layanan yang berorientasi mendorong akselerasi ekspor. “Selain itu, mengemban peran sebagai pelindung sumber daya alam hayati Indonesia dengan melakukan pengawasan lalu lintas hewan, tumbuhan dan produknya di seluruh pintu pemasukan dan pengeluaran NKRI,” paparnya.
Dalam pelepasan ekspor ini Mentan SYL sekaligus menyerahkan sertifikat ekspor dan dilakukan juga penandatanganan deklarasi ekspor pertanian Jatim tiga kali lipat. (Sudarsono)
(nfl)