Hadapi Krisis Pangan, Kementan Tak Biarkan Sejengkal Tanah Nganggur

Sabtu, 16 Oktober 2021 - 22:59 WIB
loading...
Hadapi Krisis Pangan,...
Kementan menyiapkan sejumlah strategi utnuk menghadapi krisis pangan. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian ( Kementan ) melalui Direktur Jendral Tanaman Pangan Suwandi menyampaikan, ancaman global ke depan adalah krisis pangan . Menurutnya ancaman tersebut tecermin ketika di dalam negeri tidak tersedia pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, bergizi, merata, dan terjangkau.

Menurut Suwandi tantangan yang sedang dilewati saat ini adalah pandemi Covid-19, dengan memenuhi kebutuhan pangan 273 juta penduduk. Ada beberapa strategi dari Kementan untuk membangun pertanian menghindari krisis pangan.



"Yang pertama adalah meningkatkan kapasitas produksi, diimplementasikan ke dalam program-program, baik itu perluasan area, intensifikasi, termasuk food estate. Selain itu tidak boleh ada tanah sejengkal pun nganggur, harus kita dorong," ujarnya dalam webinar, Rembuk Daerah 1, Tantangan Pangan Masa Depan, Sabtu (16/10/2021).

Namun Suwandi mengatakan, di balik rencana ini ada tantangan lain, seperti adanya alih fungsi lahan, terutama di Pulau Jawa, yang penduduknya bertambah setiap tahun. "Kita maksimalkan cara bertindak satu, tetapi peluang-peluang pangan lokal kita dorong supaya ada peningkatan produksi," sambungnya.

Pangan lokal yang dimaksudkan oleh suwandi seperti singkong, ganyong, jagung, talas, sukun, dan lain-lain. Pangan tersebut harus didorong produksinya di daerah-daerah yang potensial.

"Masing-masing daerah agar fokus pada pangan lokal untuk mencukupi kebutuhan masing-masing," tambahnya.

Hal tersebut berfungsi agar lebih mudah mengenal sentra pangan lokal yang sesuai dengan daerah masing-masing. Hal selanjutnya yang akan dilakukan untuk menghadapi tantangan pangan masa depan adalah memperkuat cadangan pangan.

Menurutnya, selama ini cadangan pangan yang dimiliki adalah lewat Bulog, namun Kementan menyusun rencana supaya ada penguatan cadangan pangan di level rumah tangga.



"Level desa juga membikin lumbung atau gudang-gudang pangan. Kemudian ada cadangan pangan di level provinsi, kabupaten, dan seterusnya. Masing-masing itu nantinya saling mengisi dan memperkuat," tambahnya.

Selanjutnya yang masih perlu dibangun adalah smart farming, atau biasa disebut dengan pertanian modern. "Faktor pendorong perubahan yang lebih baik adalah inovasi dan teknologi. Itulah yang mampu menggeser pompa produksi," pungkasnya.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1322 seconds (0.1#10.140)