Kontraktor Migas Didorong Tingkatkan Produksi

Rabu, 04 Desember 2019 - 09:35 WIB
Kontraktor Migas Didorong...
Kontraktor Migas Didorong Tingkatkan Produksi
A A A
JAKARTA - Pemerintah mendorong Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) meningkatkan produksi minyak dengan menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Berdasarkan laporan KKKS terdapat potensi 1,6 juta miliar barel cadangan minyak yang bisa diproduksi dengan melakukan injeksi sumur.

“Masih ada cadangan 1,6 miliar barel yang bisa dilakukan EOR. Untuk itu, saya minta kepada mereka segera membuat rencana bagaimana menggunakan EOR,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, di Jakarta, kemarin.

Menurut dia apabila teknologi EOR tersebut dilakukan per sumur di seluruh lapangan, maka diyakini mampu mendongkrak produksi. Pihaknya telah meminta kepada KKKS besar seperti PT Pertamina (Persero), PT Chevron Pacific Indonesia, Exxonmobil, ConocoPhillips, Repsol, BP dan PT Total E&P Indonesie untuk mengidentifikasi sumur-sumur pada lapangan mana saja yang bisa segera diimplementasikan teknologi EOR.

“Jadi kami minta mereka melakukan identifikasi sumur-sumur yang bisa dilakukan EOR. Kalau itu nanti dikumpulkan per sumur itu masih ada cadangan 1,6 miliar barel,” ungkapnya.

Sementara itu, Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, potensi per sumur minyak tersebut dapat diproduksikan mencapai 100.000-200.000 barel apabila diinjeksi melalui teknologi EOR. Menurut dia apabila produksi per sumur di seluruh lapangan minyak tersebut dikumpulkan diharapkan mampu meningkatkan lifting minyak mencapai 1,6 miliar barel.

“Arahan dari Pak Menteri (Luhut Binsar Panjaitan) itu per sumur di lapangan mana saja. Mereka diminta untuk mendata lapangan mana saja yang bisa diterapkan dan kendalanya apa saja nanti dilaporkan lagi akhir Desember,” kata Djoko.

Dia mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah lapangan migas yang berpotensi diterapkan teknologi EOR yakni di Blok Rokan, Blok Rimau dan Lapangan Zulu ONWJ. “Itu yang besar kan Blok Rokan, Zulu PHE ONWJ dan Blok Rimau,” ujarnya.

Guru Besar Ilmu Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) Tutuka Ariadji menilai teknologi EOR memang lebih baik dilakukan per sumur dilakukan bersamaan pada lapangan migas. Kegiatan tersebut diyakini mampu mendongkrak produksi.

Pihaknya juga menyarankan penerapan teknologi EOR dijalankan pada lapangan yang lebih mudah. Sebagai gambaran, di Blok Rokan sebaiknya tidak dilakukan di Lapangan Minas terlebih dahulu karena tingkat kesulitan sangat tinggi di samping kandungan airnya sangat tinggi sedangkan kandungan minyaknya hanya 1%.

“Mending dilakukan pada lapangan yang mudah terlebih dulu. Apalagi Pertamina nanti kalau masuk belum berpengalaman uyang sulit seperti itu. Banyak lapangan lain yang bisa dikerjakan lebih mudah seperti Lapangan Basekap,” kata dia. (Nanang Wijayanto)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0816 seconds (0.1#10.140)