Produk Impor Dikeluhkan, Edhy Prabowo: Sertifikasi Halal Jadi Keunggulan
A
A
A
MAGELANG - Guna merumuskan kebijakan yang tepat sasaran, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo terus membangun komunikasi dua arah dengan berbagai stakeholder kelautan dan perikanan. Salah satunya dengan berdiskusi dan menerima masukan dari pelaku usaha budidaya ikan, pengolah, dan pemasar hasil perikanan Jawa Tengah di Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Turut hadir dalam kesempatan ini Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (PB) Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Agus Suherman, dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Fendiawan Triskiantoro.
Edhy menyebut, Jateng merupakan provinsi kunci di Jawa yang tak boleh diabaikan. Oleh karena itu, Jateng akan menjadi salah satu fokus pembangunan industri kelautan dan perikanan ke depannya.
“Saya sudah berbicara dengan Pak Gubernur Jateng. Pada prinsipnya beliau sudah searah, tinggal bagaimana kita jalankan teknisnya karena implementasi adalah kunci. Hari ini saya datang ke salah satu pembenihan ikan di Jateng. Kita siap untuk membangun ini,” ujar Edhy di Magelang.
Ia menambahkan, dirinya juga sudah berbincang dengan para Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, termasuk Jateng, di Rakornas Kementerian Kelautan dan Perikanan 2019 yang dilangsungkan pada 4-5 Desember lalu. Tiap daerah telah diminta untuk menyampaikan program-program yang ingin diprioritaskan di wilayahnya ke DPR.
Edhy mengatakan bahwa anggaran tak menjadi masalah utama melainkan bagaimana menciptakan iklim industri perikanan yang kondusif ke depannya.
“Iklim yang kondusif jadi kunci. Jangan belum mulai apa-apa, pelaku usaha sudah suruh bayar IMB dan sebagainya. Kami baru selesai Rakornas dengan seluruh stakeholders. Beri kami waktu untuk mengevaluasi dan merumuskan Permen-Permen yang ada. Tidak akan lama tapi saya tidak mau gegabah,” ucapnya.
Dalam kesempatan ini, Agung Prasetyo, pengolah hasil perikanan dari Purwarejo meminta arahan Edhy untuk meningkatkan daya saing produk hasil perikanan lokal di pasar. Sebab, selama ini para pengolah terkendala oleh beratnya persaingan dengan produk impor yang memiliki harga jual yang cenderung lebih rendah karena diproduksi secara massal.
“Ongkos produksi kami sudah sangat tinggi, mulai dari bahan baku sampai sarana produksi yang lain sehingga ketika dilempar ke pasar pun harganya sudah tinggi. Sementara itu, kami harus bersaing dengan produk-produk impor yang kemasannya sudah cantik dan harganya murah,” tuturnya.
"Tapi dari kualitas pengolahan, kami yakin teman-teman pengolah tidak kalah. Ini mohon arahan dan regulasi dari Pak Menteri supaya ke depannya kita bisa bertahan. Terlebih, angka konsumsi ikan di Jateng masih rendah. Kami sebetulnya punya potensi luar biasa," lanjut Agung.
Merespon hal ini, Edhy mengatakan bahwa persaingan pasar dengan pengusaha-pengusaha besar memang menjadi tantangan. Meskipun begitu, ia menilai bahwa produk dalam negeri memiliki keunggulan atas keabsahan sertifikasi halal dibandingkan dengan produk impor.
“Nah, bagaimana membuat keunggulan ini jadi nilai ekonomi? Mari kita cari jalan keluar, kita cari model bisnisnya. Kalau perlu, kita bangun pusat pasar industri olahan. Kita kumpulkan di satu titik supaya ada efisiensi. Saya yakin ini luar biasa,” terangnya.
Turut hadir dalam kesempatan ini Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (PB) Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Agus Suherman, dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Fendiawan Triskiantoro.
Edhy menyebut, Jateng merupakan provinsi kunci di Jawa yang tak boleh diabaikan. Oleh karena itu, Jateng akan menjadi salah satu fokus pembangunan industri kelautan dan perikanan ke depannya.
“Saya sudah berbicara dengan Pak Gubernur Jateng. Pada prinsipnya beliau sudah searah, tinggal bagaimana kita jalankan teknisnya karena implementasi adalah kunci. Hari ini saya datang ke salah satu pembenihan ikan di Jateng. Kita siap untuk membangun ini,” ujar Edhy di Magelang.
Ia menambahkan, dirinya juga sudah berbincang dengan para Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, termasuk Jateng, di Rakornas Kementerian Kelautan dan Perikanan 2019 yang dilangsungkan pada 4-5 Desember lalu. Tiap daerah telah diminta untuk menyampaikan program-program yang ingin diprioritaskan di wilayahnya ke DPR.
Edhy mengatakan bahwa anggaran tak menjadi masalah utama melainkan bagaimana menciptakan iklim industri perikanan yang kondusif ke depannya.
“Iklim yang kondusif jadi kunci. Jangan belum mulai apa-apa, pelaku usaha sudah suruh bayar IMB dan sebagainya. Kami baru selesai Rakornas dengan seluruh stakeholders. Beri kami waktu untuk mengevaluasi dan merumuskan Permen-Permen yang ada. Tidak akan lama tapi saya tidak mau gegabah,” ucapnya.
Dalam kesempatan ini, Agung Prasetyo, pengolah hasil perikanan dari Purwarejo meminta arahan Edhy untuk meningkatkan daya saing produk hasil perikanan lokal di pasar. Sebab, selama ini para pengolah terkendala oleh beratnya persaingan dengan produk impor yang memiliki harga jual yang cenderung lebih rendah karena diproduksi secara massal.
“Ongkos produksi kami sudah sangat tinggi, mulai dari bahan baku sampai sarana produksi yang lain sehingga ketika dilempar ke pasar pun harganya sudah tinggi. Sementara itu, kami harus bersaing dengan produk-produk impor yang kemasannya sudah cantik dan harganya murah,” tuturnya.
"Tapi dari kualitas pengolahan, kami yakin teman-teman pengolah tidak kalah. Ini mohon arahan dan regulasi dari Pak Menteri supaya ke depannya kita bisa bertahan. Terlebih, angka konsumsi ikan di Jateng masih rendah. Kami sebetulnya punya potensi luar biasa," lanjut Agung.
Merespon hal ini, Edhy mengatakan bahwa persaingan pasar dengan pengusaha-pengusaha besar memang menjadi tantangan. Meskipun begitu, ia menilai bahwa produk dalam negeri memiliki keunggulan atas keabsahan sertifikasi halal dibandingkan dengan produk impor.
“Nah, bagaimana membuat keunggulan ini jadi nilai ekonomi? Mari kita cari jalan keluar, kita cari model bisnisnya. Kalau perlu, kita bangun pusat pasar industri olahan. Kita kumpulkan di satu titik supaya ada efisiensi. Saya yakin ini luar biasa,” terangnya.
(akr)