Kemenhub Persiapkan Sarana dan Prasarana Sambut Nataru 2019
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengimbau kepada segenap jajarannya maupun petugas Dinas Perhubungan di daerah untuk mulai turun ke lapangan guna mempersiapkan Penyelenggaraan Angkutan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 (Nataru) pada 19 Desember sampai 4 Januari 2020 mendatang.
“Kita harapkan insan Perhubungan tingkat pusat maupun daerah bersama dengan pihak Kepolisian akan aktif turun ke lapangan terutama di lokasi yang rawan,” demikian imbau Dirjen Budi saat menggelar konferensi pers di Kementerian Perhubungan, Senin (16/12/2019).
Dirjen Budi menjelaskan bahwa guna memperlancar Penyelenggaraan Angkutan Nataru pihaknya telah melakukan rampcheck pada bus pariwisata dan kapal penyeberangan/ kapal Ro-Ro. “Rampcheck ini sudah kita lakukan baik untuk bus maupun kapal penyeberangan. Untuk bus, kesiapan sarananya sebanyak 50.317 unit (total) dan kapal Ro-Ro 228 unit. Sementara kesiapan prasarana terminal sebanyak 48 Terminal Tipe A di 15 Provinsi yang akan menjadi fokus perhatian kita adalah daerah- daerah yang banyak merayakan Natal dan Tahun Baru juga 11 lintas SDP,” jelas Dirjen Budi.
Jumlah kendaraan yang telah dilakukan rampcheck oleh Ditjen Hubdat sebanyak 13.883 unit (92%) dari 15.000 unit bus pariwisata. Dari jumlah kendaraan yang sudah dilakukan rampcheck tersebut sebanyak 5.412 unit (38%) dan yang diizinkan operasional sebanyak 8.471 unit (61%).
"Kenapa 15.000 bus pariwisata saja? Karena untuk bus yang reguler sudah dilakukan rampcheck pada tiap saat masuk ke terminal. Di tahun 2019 ini kita harapkan juga ada rampcheck mandiri dilakukan oleh operator sendiri supaya ada tanggung jawab dari operator untuk menyiapkan kendaraan dengan baik,” ucap Dirjen Budi.
Sementara itu untuk Angkutan Penyeberangan, Ditjen Hubdat menyiapkan Contingency Plan berupa: 1. Penyediaan tugboat guna antisipasi cuaca buruk dan lain-lain; 2. Manajemen operasional lalu lintas terkait pelayanan dan e-ticketing serta pengendalian kecelakaan lalu lintas; 3. Menetapkan 1 (satu) komando pada setiap sektor operasional, untuk menghindari perbedaan pandangan dan penetapan pengambilan keputusan; 4. Penyediaan sarana kapal penyeberangan untuk ekstra trip jika terjadi penumpukan penumpang dan kendaraan di Pelabuhan Penyeberangan; 5. Himbauan kepada pengguna jasa penyeberangan untuk penyeberangan di siang hari, mengingat kepadatan cenderung terjadi di malam hari.
Dari sisi infrastruktur, jalan tol Trans Sumatera saat ini sudah terhubung dari Lampung sampai dengan Palembang. “Dari Kayu Agung sampai Palembang jalan tol-nya masih fungsional. Ini jadi perhatian khusus Bapak Menteri Perhubungan untuk melihat langsung kesiapan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Pertamina, juga rest area dari Lampung sampai Palembang. Infrastruktur ini akan memberikan stimulus masyarakat untuk melakukan perjalanan ke Jawa dan sebaliknya. Potensi peningkatan penyeberangan di Merak-Bakauheni akan cukup banyak, sementara kita punya dermaga hanya 6, karena dermaga 4 sedang dalam perbaikan,” simpul Dirjen Budi.
Tol Jakarta-Cikampek II Elevated Aktif Beroperasi
Sementara terkait Jakarta-Cikampek II Elevated Tol telah aktif beroperasi mulai Minggu (15/12) kemarin. Dirjen Budi melakukan pantauan ke lokasi Jakarta-Cikampek II Elevated mengungkapkan bahwa selama 1 hari kemarin sudah mulai banyak masyarakat yang menjajal Tol Elevated.
“Dari siang sampai malam terjadi pergerakan peningkatan terutama dari Bandung- Jakarta, artinya masyarakat secara bertahap mulai merasa terbantu. Rata-rata jalur Jakarta-Cikampek ada 20 kendaraan per menit, Cikampek- Jakarta puncaknya 40 kendaraan per menit. Dari sisi keselamatan diharapkan ada perbaikan dari jasa Marga yakni water barrier dan concrete barrier. Selain itu ada marka lama yang seharusnya segera dihapus agar tidak tumpang tindih dengan marka baru di area menuju Akses Masuk Jalan Tol Japek Elevated di KM 10,” jelas Dirjen Budi.
Ia menambahkan posisi Rambu Pendahulu Petunjuk Jurusan (RPPJ) agar diatur supaya lebih jelas terbaca oleh pengemudi dan ia juga meminta agar disediakan juga RPPJ yang disertai lampu (neon box) agar terbaca dengan jelas di malam hari. Dari sisi kecepatan, menurutnya masyarakat sudah sesuai yakni dengan 60-80 Km.
“Saran saya harus ada sosialisasi mengenai akses masuk ke Tol Japek Elevated yang di Jatiasih dan Rorotan karena sebagian orang masih mengira akses masuk hanya dari Cikunir (Km 10),” pungkas Dirjen Budi.
Dalam konferensi pers ini, Dirjen Budi didampingi oleh Direktur Sarana Transportasi Jalan Sigit Irfansyah dan Direktur Lalu Lintas Jalan Pandu Yunianto.
“Kita harapkan insan Perhubungan tingkat pusat maupun daerah bersama dengan pihak Kepolisian akan aktif turun ke lapangan terutama di lokasi yang rawan,” demikian imbau Dirjen Budi saat menggelar konferensi pers di Kementerian Perhubungan, Senin (16/12/2019).
Dirjen Budi menjelaskan bahwa guna memperlancar Penyelenggaraan Angkutan Nataru pihaknya telah melakukan rampcheck pada bus pariwisata dan kapal penyeberangan/ kapal Ro-Ro. “Rampcheck ini sudah kita lakukan baik untuk bus maupun kapal penyeberangan. Untuk bus, kesiapan sarananya sebanyak 50.317 unit (total) dan kapal Ro-Ro 228 unit. Sementara kesiapan prasarana terminal sebanyak 48 Terminal Tipe A di 15 Provinsi yang akan menjadi fokus perhatian kita adalah daerah- daerah yang banyak merayakan Natal dan Tahun Baru juga 11 lintas SDP,” jelas Dirjen Budi.
Jumlah kendaraan yang telah dilakukan rampcheck oleh Ditjen Hubdat sebanyak 13.883 unit (92%) dari 15.000 unit bus pariwisata. Dari jumlah kendaraan yang sudah dilakukan rampcheck tersebut sebanyak 5.412 unit (38%) dan yang diizinkan operasional sebanyak 8.471 unit (61%).
"Kenapa 15.000 bus pariwisata saja? Karena untuk bus yang reguler sudah dilakukan rampcheck pada tiap saat masuk ke terminal. Di tahun 2019 ini kita harapkan juga ada rampcheck mandiri dilakukan oleh operator sendiri supaya ada tanggung jawab dari operator untuk menyiapkan kendaraan dengan baik,” ucap Dirjen Budi.
Sementara itu untuk Angkutan Penyeberangan, Ditjen Hubdat menyiapkan Contingency Plan berupa: 1. Penyediaan tugboat guna antisipasi cuaca buruk dan lain-lain; 2. Manajemen operasional lalu lintas terkait pelayanan dan e-ticketing serta pengendalian kecelakaan lalu lintas; 3. Menetapkan 1 (satu) komando pada setiap sektor operasional, untuk menghindari perbedaan pandangan dan penetapan pengambilan keputusan; 4. Penyediaan sarana kapal penyeberangan untuk ekstra trip jika terjadi penumpukan penumpang dan kendaraan di Pelabuhan Penyeberangan; 5. Himbauan kepada pengguna jasa penyeberangan untuk penyeberangan di siang hari, mengingat kepadatan cenderung terjadi di malam hari.
Dari sisi infrastruktur, jalan tol Trans Sumatera saat ini sudah terhubung dari Lampung sampai dengan Palembang. “Dari Kayu Agung sampai Palembang jalan tol-nya masih fungsional. Ini jadi perhatian khusus Bapak Menteri Perhubungan untuk melihat langsung kesiapan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Pertamina, juga rest area dari Lampung sampai Palembang. Infrastruktur ini akan memberikan stimulus masyarakat untuk melakukan perjalanan ke Jawa dan sebaliknya. Potensi peningkatan penyeberangan di Merak-Bakauheni akan cukup banyak, sementara kita punya dermaga hanya 6, karena dermaga 4 sedang dalam perbaikan,” simpul Dirjen Budi.
Tol Jakarta-Cikampek II Elevated Aktif Beroperasi
Sementara terkait Jakarta-Cikampek II Elevated Tol telah aktif beroperasi mulai Minggu (15/12) kemarin. Dirjen Budi melakukan pantauan ke lokasi Jakarta-Cikampek II Elevated mengungkapkan bahwa selama 1 hari kemarin sudah mulai banyak masyarakat yang menjajal Tol Elevated.
“Dari siang sampai malam terjadi pergerakan peningkatan terutama dari Bandung- Jakarta, artinya masyarakat secara bertahap mulai merasa terbantu. Rata-rata jalur Jakarta-Cikampek ada 20 kendaraan per menit, Cikampek- Jakarta puncaknya 40 kendaraan per menit. Dari sisi keselamatan diharapkan ada perbaikan dari jasa Marga yakni water barrier dan concrete barrier. Selain itu ada marka lama yang seharusnya segera dihapus agar tidak tumpang tindih dengan marka baru di area menuju Akses Masuk Jalan Tol Japek Elevated di KM 10,” jelas Dirjen Budi.
Ia menambahkan posisi Rambu Pendahulu Petunjuk Jurusan (RPPJ) agar diatur supaya lebih jelas terbaca oleh pengemudi dan ia juga meminta agar disediakan juga RPPJ yang disertai lampu (neon box) agar terbaca dengan jelas di malam hari. Dari sisi kecepatan, menurutnya masyarakat sudah sesuai yakni dengan 60-80 Km.
“Saran saya harus ada sosialisasi mengenai akses masuk ke Tol Japek Elevated yang di Jatiasih dan Rorotan karena sebagian orang masih mengira akses masuk hanya dari Cikunir (Km 10),” pungkas Dirjen Budi.
Dalam konferensi pers ini, Dirjen Budi didampingi oleh Direktur Sarana Transportasi Jalan Sigit Irfansyah dan Direktur Lalu Lintas Jalan Pandu Yunianto.
(akn)