BI Repo Rate Ditahan Demi Beri Waktu Perbankan Turunkan Bunga Kredit
A
A
A
JAKARTA - Langkah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan alias BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5%, menurut Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah udah sesuai prediksi. BI menurutnya memang sebaiknya menahan suku bunga untuk memberikan waktu bagi perbankan merespons dulu penurunan suku bunga dan juga pelonggaran GWM yang sudah diambil oleh BI sepanjang tahun 2019.
"Kita tahu penurunan suku bunga kredit sejauh ini masih sangat terbatas. Dengan ditahannya suku bunga di level 5% maka BI akan punya ruang nanti pada tahun 2020 untuk menurunkan suku bunga," katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Sementara Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menuturkan, keputusan RDG BI tepat dari sisi momentum untuk memberikan signal positif ke perbankan, sektor riil dan pasar uang. Pelaku perbankan dan dunia usaha terstimulasi untuk ekspansi dengan lebih optimis karena outlook perekonomian Indonesia 2020 membaik dari 5% pada tahun 2019 menjadi 5,1-5,3% di 2020.
"Pasar uang dan bursa saham pun terdampak positif dimana rupiah menguat dan stabil serta IHSG pun menghijau karena prospek usaha emiten akan membaik atau rebound," ungkap Ryan.
Ke depan, BI masih akan terus menelurkan kebijakan moneter dan makroprudensial serta diperkuat dengan bauran kebijakan dari keduanya untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dengan semboyan "growth over stability" di 2019 dan berlanjut di 2020 dan seterusnya.
Kebijakan BI akan lebih cespleng jika UU Omnibus Law tentang Cipta Lapangan Kerja dan tentang Perpajakan segera ditetapkan dan diimplementasikan. "Ada baiknya ditunggu keluarnya kebijakan fiskal yang countercyclical sehingga keputusan RDG BI bisa efektif mencapai tujuannya," imbuh dia.
"Kita tahu penurunan suku bunga kredit sejauh ini masih sangat terbatas. Dengan ditahannya suku bunga di level 5% maka BI akan punya ruang nanti pada tahun 2020 untuk menurunkan suku bunga," katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Sementara Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menuturkan, keputusan RDG BI tepat dari sisi momentum untuk memberikan signal positif ke perbankan, sektor riil dan pasar uang. Pelaku perbankan dan dunia usaha terstimulasi untuk ekspansi dengan lebih optimis karena outlook perekonomian Indonesia 2020 membaik dari 5% pada tahun 2019 menjadi 5,1-5,3% di 2020.
"Pasar uang dan bursa saham pun terdampak positif dimana rupiah menguat dan stabil serta IHSG pun menghijau karena prospek usaha emiten akan membaik atau rebound," ungkap Ryan.
Ke depan, BI masih akan terus menelurkan kebijakan moneter dan makroprudensial serta diperkuat dengan bauran kebijakan dari keduanya untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dengan semboyan "growth over stability" di 2019 dan berlanjut di 2020 dan seterusnya.
Kebijakan BI akan lebih cespleng jika UU Omnibus Law tentang Cipta Lapangan Kerja dan tentang Perpajakan segera ditetapkan dan diimplementasikan. "Ada baiknya ditunggu keluarnya kebijakan fiskal yang countercyclical sehingga keputusan RDG BI bisa efektif mencapai tujuannya," imbuh dia.
(akr)