Wall Street Melambung Ditengah Memanasnya AS-Iran

Selasa, 07 Januari 2020 - 07:11 WIB
Wall Street Melambung Ditengah Memanasnya AS-Iran
Wall Street Melambung Ditengah Memanasnya AS-Iran
A A A
NEW YORK - Bursa saham Amerika Serikat alias Wall Street ditutup melambung pada perdagangan Senin waktu setempat. Wall Street berakhir rebound dibandingkan sesi perdagangan Jumat pekan silam, dimana investor mengabaikan kekhawatiran geopolitik ditengah memanasnya hubungan AS dengan Iran.

Melansir dari CNBC, Selasa (7/1/2020), indeks Dow Jones Industrial Average melompat 68,50 poin atau 0,2% ke level 28.703,38. Indeks S&P 500 lebih tinggi 0,4% menjadi 3.246,28, dan Nasdaq bertambah 0,6% menjadi 9.071,46.

Saham-saham teknologi besar memimpin kenaikan yang menopang laju Wall Street, dimana saham Amazon dan Facebook naik lebih dari 1%. Sedangkan saham Netflix perkasa 3,1% dan Alphabet--induk dari Google--meningkat 2,7%.

Kepala Strategi Pasar di National Securities, Art Hogan, mengatakan bahwa pasar tidak menghiraukan soal memanasnya AS dan Iran, setelah pada Jumat pekan lalu, Presiden AS Donald Trump menyetujui serangan udara ke Bandara Internasional Baghdad yang menewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani.

"Latar belakang fundamental (ekonomi AS) tetap kuat. Jadi tidak ada alasan untuk menjual (saham). Pasar telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan," terang Art Hogan.

Berita memanasnya AS dan Iran telah meningkatkan harga minyak dunia. Harga si emas hitam menguat lebih dari 3% pada Jumat pekan lalu, naik ke level tertinggi sejak April 2019. Dan harga minyak kembali naik 2% pada sesi perdagangan Senin kemarin.

Trump mengatakan negaranya akan menjatuhkan sanksi terhadap Irak setelah parlemen Irak dianggap mendukung Iran. Sementara itu, Negeri Mullah mengatakan pihaknya tidak akan mematuhi batas pengayaan uranium yang telah ditetapkan dalam perjanjian nuklir 2015.

Ditengah memanasnya AS dan Iran, investor pun memburu aset safe haven seperti emas dan obligasi. Pada Senin kemarin, harga emas mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun. Pun dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang melayang 1,8%.

Ed Yardeni, kepala strategi investasi di Yardeni Research, menambahkan bahwa Wall Street akan tetap optimis dan bullish. "Krisis geopolitik cenderung menciptakan peluang pembelian di pasar saham selama tidak memicu resesi," ujarnya.

"Dan kami tidak percaya bahwa Iran akan mengganggu pasokan minyak di Timur Tengah karena AS akan tegas menggunakan kekuatan mematikan untuk mencegah perbuatan Iran di Timur Tengah," pungkas Yardeni.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7971 seconds (0.1#10.140)