Perbaikan Darurat Tanggul Bendung Glapan Grobogan Ditarget Selesai 3 Hari
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengintruksikan agar perbaikan darurat tanggul Bendung Glapan, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah yang jebol akibat hujan lebat pada Rabu (8/1/2020) malam, dapat selesai dalam tiga hari ke depan. Hal tersebut dikatakan Basuki untuk mengantisipasi perkiraan BMKG yang menyatakan potensi curah hujan tinggi masih akan berlangsung hingga Februari 2020.
"Ini harus segera diselesaikan dalam waktu dua tiga hari ini, kita tutup dulu sementara, nanti permanennya akan kita lanjutkan. Untuk bantuan penanganan, saya akan tunjuk langsung BUMN Karya untuk mengerjakannya, karena ini merupakan kondisi darurat," kata Basuki di Jakarta, Minggu (12/1/2020).
Setelah perbaikan sementara selesai, Basuki mengungkapkan akan segera melanjutkan perbaikan permanen tanggul bendung tersebut pada tahun 2020 ini. "Untuk perbaikan permanennya sudah kami siapkan desainnya, saat ini dalam proses lelang. Keduanya sedang kami kerjakan dan harus cepat diselesaikan," ujarnya.
Menurut Basuki, secara umum kondisi banjir di Kota Semarang sudah jauh berkurang dari tahun-tahun sebelumnya setelah Kementerian PUPR secara bertahap dan terpadu melakukan penanganan banjir Kota Semarang mulai dari hulu seperti pembangunan Bendungan Jatibarang hingga ke hilir seperti pembangunan kanal banjir, normalisasi sungai, tanggul rob, stasiun pompa, kolam retensi, termasuk bendung gerak di Kanal Banjir Barat (KBB).
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Ruhban Ruzziyatno, mengatakan jebolan di Bendung Glapan tepatnya pada tanggul sebelah kiri disebabkan meluapnya aliran air Sungai Tuntang yang berasal dari hujan di hulu dengan curah hujan yang tercatat mencapai 57mm per jam.
Menurutnya untuk penanganan kontruksi yg dilaksanakan yakni tanggul darurat sepanjang kurang lebih 30 meter menggunakan pancang bambu dan diisi geobag. "Saat ini, penanganan darurat lapangan sedang dilaksanakan oleh tenaga kerja sebanyak 50 orang dan akan ditambah lagi sebanyak 100 orang. Sedangkan untuk alat berat yang dikerahkan sebanyak 3 excavator," kata Ruhban.
Sedangkan untuk perbaikan permanen, akan dilakukan perbaikan kembali ke kondisi semula ditambah dengan peninggian parapet agar saat curah hujan tinggi, air tidak kembali melimpas.
Ditargetkan konstruksi dapat dimulai sekitar April 2020 dengan perhitungan kebutuhan biaya semula untuk rehab intake dan jaringan irigasi di sisi kiri Bendung Glapan (Daerah Irigasi Glapan Barat) sebesar Rp34 miliar dan dan sisi kanan (DI Glapan Timur) sebesar Rp77 miliar. Dengan adanya tanggul yang jebol, maka biaya konstruksi akan dihitung ulang sesuai kebutuhan.
Bendung Glapan merupakan bendung peninggalan Belanda tahun 1852 untuk mengairi saluran irigasi. Bendung tersebut memiliki lebar 90 meter dengan kapasitas debit untuk DI Glapan Barat sebesar 13,57 m3 per detik dan DI Glapan Timur sebesar 11,71 m3 per detik untuk mengairi irigasi seluas 8672 hektar.
"Ini harus segera diselesaikan dalam waktu dua tiga hari ini, kita tutup dulu sementara, nanti permanennya akan kita lanjutkan. Untuk bantuan penanganan, saya akan tunjuk langsung BUMN Karya untuk mengerjakannya, karena ini merupakan kondisi darurat," kata Basuki di Jakarta, Minggu (12/1/2020).
Setelah perbaikan sementara selesai, Basuki mengungkapkan akan segera melanjutkan perbaikan permanen tanggul bendung tersebut pada tahun 2020 ini. "Untuk perbaikan permanennya sudah kami siapkan desainnya, saat ini dalam proses lelang. Keduanya sedang kami kerjakan dan harus cepat diselesaikan," ujarnya.
Menurut Basuki, secara umum kondisi banjir di Kota Semarang sudah jauh berkurang dari tahun-tahun sebelumnya setelah Kementerian PUPR secara bertahap dan terpadu melakukan penanganan banjir Kota Semarang mulai dari hulu seperti pembangunan Bendungan Jatibarang hingga ke hilir seperti pembangunan kanal banjir, normalisasi sungai, tanggul rob, stasiun pompa, kolam retensi, termasuk bendung gerak di Kanal Banjir Barat (KBB).
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Ruhban Ruzziyatno, mengatakan jebolan di Bendung Glapan tepatnya pada tanggul sebelah kiri disebabkan meluapnya aliran air Sungai Tuntang yang berasal dari hujan di hulu dengan curah hujan yang tercatat mencapai 57mm per jam.
Menurutnya untuk penanganan kontruksi yg dilaksanakan yakni tanggul darurat sepanjang kurang lebih 30 meter menggunakan pancang bambu dan diisi geobag. "Saat ini, penanganan darurat lapangan sedang dilaksanakan oleh tenaga kerja sebanyak 50 orang dan akan ditambah lagi sebanyak 100 orang. Sedangkan untuk alat berat yang dikerahkan sebanyak 3 excavator," kata Ruhban.
Sedangkan untuk perbaikan permanen, akan dilakukan perbaikan kembali ke kondisi semula ditambah dengan peninggian parapet agar saat curah hujan tinggi, air tidak kembali melimpas.
Ditargetkan konstruksi dapat dimulai sekitar April 2020 dengan perhitungan kebutuhan biaya semula untuk rehab intake dan jaringan irigasi di sisi kiri Bendung Glapan (Daerah Irigasi Glapan Barat) sebesar Rp34 miliar dan dan sisi kanan (DI Glapan Timur) sebesar Rp77 miliar. Dengan adanya tanggul yang jebol, maka biaya konstruksi akan dihitung ulang sesuai kebutuhan.
Bendung Glapan merupakan bendung peninggalan Belanda tahun 1852 untuk mengairi saluran irigasi. Bendung tersebut memiliki lebar 90 meter dengan kapasitas debit untuk DI Glapan Barat sebesar 13,57 m3 per detik dan DI Glapan Timur sebesar 11,71 m3 per detik untuk mengairi irigasi seluas 8672 hektar.
(ven)