Belanja Wisatawan MICE Lebih Tinggi Dibanding Leisure
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) bidang Promosi dan Pemasaran Budi Tirtawisata mengatakan, kontribusi belanja wisatawan MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) lebih tinggi dibandingkan wisatawan leisure. Untuk itu, pemerintah perlu mendorong perkembangan bisnis MICE.
Dia mengungkapkan, wisatawan yang datang untuk liburan hanya menghabiskan pengeluaran rata-rata USD150 per hari dengan rata-rata lama tinggal sekitar 7 hari. Sementara wisatawan untuk tujuan bisnis bisa menghabiskan USD2.000 per hari dengan rata-rata tinggal sekitar 4 hari.
"Kontribusi wisata leisure ke Indonesia itu sebesar 75% dan MICE 25%. Tapi belanja wisatawan bisnis lebih besar dari wisatawan leisure," ujarnya pada seminar IDX Channel Economic Outlook "Sinergi Membangun Destinasi Pariwisata Prioritas" di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Kamis (16/1/2020).
Menurut Budi, wisatawan bisnis biasanya dibiayai institusi dan mereka juga biasanya memperpanjang lama tinggal 1-2 hari. Wisatawan bisnis juga datang ketika low season, berbeda dengan wisatawan leisure yang datang saat musim liburan.
"MICE ini terbukti dari pertemuan tahunan IMF-World Bank di Bali kemarin. Wisatawan yang ikut kongres internasional membelanjakan uang lebih besar, bahkan bisa tiga kali lipat," ungkapnya.
Asisten Deputi Investasi Pariwisata bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Hengky Manurung mengatakan, pemerintah akan mengawinkan kegiatan meeting dengan paket leisure untuk wisatawan.
"Jadi misalnya, dia meeting di Medan, leisure-nya bisa ke Aceh, Padang. Itu kita akan mengombinasikan ke depannya dengan event sehingga kita bisa menangkap pasar dari situ juga," ujarnya.
Hengky menambahkan, dari jumlah total wisman setiap tahunnya ditargetkan MICE bisa berkontribusi 25-30%. Di tahun 2020, diperkirakan jumlah wisman mencapai 17 juta kunjungan. "Jadi kalau perkiraan 17 juta kunjungan tahun ini, berarti hampir 5 juta adalah MICE atau bisnis traveler," tandasnya.
Dia mengungkapkan, wisatawan yang datang untuk liburan hanya menghabiskan pengeluaran rata-rata USD150 per hari dengan rata-rata lama tinggal sekitar 7 hari. Sementara wisatawan untuk tujuan bisnis bisa menghabiskan USD2.000 per hari dengan rata-rata tinggal sekitar 4 hari.
"Kontribusi wisata leisure ke Indonesia itu sebesar 75% dan MICE 25%. Tapi belanja wisatawan bisnis lebih besar dari wisatawan leisure," ujarnya pada seminar IDX Channel Economic Outlook "Sinergi Membangun Destinasi Pariwisata Prioritas" di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Kamis (16/1/2020).
Menurut Budi, wisatawan bisnis biasanya dibiayai institusi dan mereka juga biasanya memperpanjang lama tinggal 1-2 hari. Wisatawan bisnis juga datang ketika low season, berbeda dengan wisatawan leisure yang datang saat musim liburan.
"MICE ini terbukti dari pertemuan tahunan IMF-World Bank di Bali kemarin. Wisatawan yang ikut kongres internasional membelanjakan uang lebih besar, bahkan bisa tiga kali lipat," ungkapnya.
Asisten Deputi Investasi Pariwisata bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Hengky Manurung mengatakan, pemerintah akan mengawinkan kegiatan meeting dengan paket leisure untuk wisatawan.
"Jadi misalnya, dia meeting di Medan, leisure-nya bisa ke Aceh, Padang. Itu kita akan mengombinasikan ke depannya dengan event sehingga kita bisa menangkap pasar dari situ juga," ujarnya.
Hengky menambahkan, dari jumlah total wisman setiap tahunnya ditargetkan MICE bisa berkontribusi 25-30%. Di tahun 2020, diperkirakan jumlah wisman mencapai 17 juta kunjungan. "Jadi kalau perkiraan 17 juta kunjungan tahun ini, berarti hampir 5 juta adalah MICE atau bisnis traveler," tandasnya.
(ind)