Pendapatan Emiten Tahun 2020 Diprediksi Tumbuh 12%
A
A
A
JAKARTA - Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan melihat tren positif di pasar saham dan obligasi untuk tahun ini.
Kinerja pasar saham yang pada tahun 2018 dan 2019 mengecewakan kini mulai menunjukkan outlook yang lebih positif. Perubahan khususnya dari global dengan tensi dagang Amerika Serikat – China yang mereda dan juga ekspektasi membaiknya aktivitas perdagangan global.
"Iklim pasar global yang lebih positif ini memberi dampak positif. Selain itu di sisi domestik, pasar menaruh ekspektasi pertumbuhan earnings emiten lebih baik tahun ini di kisaran 10-12%. Ini jauh lebih tinggi dari 3-5% di 2019," ujar Katarina di Jakarta, Jumat (17/1/2020).
Dia juga menyebut iklim politik domestik sudah lebih kondusif setelah periode Pemilu dan pembentukan kabinet selesai. Rencana reformasi kebijakan perpajakan dan ketenagakerjaan pemerintah untuk menarik investasi asing dapat menjadi faktor katalis yang mengangkat daya tarik pasar saham Indonesia.
Tahun 2019 lalu merupakan periode yang suportif bagi pasar obligasi karena didukung tren penurunan suku bunga dan tingkat inflasi yang rendah. Menurut dia, iklim yang suportif ini masih akan berlanjut di 2020.
Suku bunga BI diperkirakan tetap akomodatif, inflasi terkendali dan nilai tukar Rupiah terjaga. Selain itu kondisi pasar obligasi dunia juga suportif bagi pasar obligasi Indonesia.
"Ada sekitar USD12 triliun obligasi pemerintah global menawarkan imbal hasil negatif. Ini bisa mendorong investasi ke pasar obligasi yang memiliki imbal hasil tinggi seperti di Indonesia," ujarnya.
Tahun baru disebutnya dapat menjadi momen yang ideal bagi investor untuk kembali mengevaluasi tujuan investasi dan kinerja portofolionya.
"Tanpa mengabaikan kondisi dan outlook pasar, penting bagi kita untuk fokus pada tujuan investasi yang sudah ditetapkan dan memastikan alokasi portofolio kita tetap sesuai dengan tujuan investasi kita," tuturnya.
Berbagai studi menunjukkan bahwa aset alokasi memiliki peran yang besar untuk menghasilkan return portofolio jangka panjang yang optimal, bahkan jika dibandingkan dengan peran dari market timing.
"Oleh karena itu pastikan kita menentukan tujuan investasi, melakukan alokasi aset, diversifikasi, dan rebalancing karena seluruh faktor tersebut menjadi komponen yang saling terkait untuk kesuksesan sebuah portofolio investasi," ujarnya.
Kinerja pasar saham yang pada tahun 2018 dan 2019 mengecewakan kini mulai menunjukkan outlook yang lebih positif. Perubahan khususnya dari global dengan tensi dagang Amerika Serikat – China yang mereda dan juga ekspektasi membaiknya aktivitas perdagangan global.
"Iklim pasar global yang lebih positif ini memberi dampak positif. Selain itu di sisi domestik, pasar menaruh ekspektasi pertumbuhan earnings emiten lebih baik tahun ini di kisaran 10-12%. Ini jauh lebih tinggi dari 3-5% di 2019," ujar Katarina di Jakarta, Jumat (17/1/2020).
Dia juga menyebut iklim politik domestik sudah lebih kondusif setelah periode Pemilu dan pembentukan kabinet selesai. Rencana reformasi kebijakan perpajakan dan ketenagakerjaan pemerintah untuk menarik investasi asing dapat menjadi faktor katalis yang mengangkat daya tarik pasar saham Indonesia.
Tahun 2019 lalu merupakan periode yang suportif bagi pasar obligasi karena didukung tren penurunan suku bunga dan tingkat inflasi yang rendah. Menurut dia, iklim yang suportif ini masih akan berlanjut di 2020.
Suku bunga BI diperkirakan tetap akomodatif, inflasi terkendali dan nilai tukar Rupiah terjaga. Selain itu kondisi pasar obligasi dunia juga suportif bagi pasar obligasi Indonesia.
"Ada sekitar USD12 triliun obligasi pemerintah global menawarkan imbal hasil negatif. Ini bisa mendorong investasi ke pasar obligasi yang memiliki imbal hasil tinggi seperti di Indonesia," ujarnya.
Tahun baru disebutnya dapat menjadi momen yang ideal bagi investor untuk kembali mengevaluasi tujuan investasi dan kinerja portofolionya.
"Tanpa mengabaikan kondisi dan outlook pasar, penting bagi kita untuk fokus pada tujuan investasi yang sudah ditetapkan dan memastikan alokasi portofolio kita tetap sesuai dengan tujuan investasi kita," tuturnya.
Berbagai studi menunjukkan bahwa aset alokasi memiliki peran yang besar untuk menghasilkan return portofolio jangka panjang yang optimal, bahkan jika dibandingkan dengan peran dari market timing.
"Oleh karena itu pastikan kita menentukan tujuan investasi, melakukan alokasi aset, diversifikasi, dan rebalancing karena seluruh faktor tersebut menjadi komponen yang saling terkait untuk kesuksesan sebuah portofolio investasi," ujarnya.
(ind)